Pemerintah Kaji DMO Emas & Curhatan Bos Antam

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
Selasa, 14/10/2025 19:20 WIB
Foto: Suasana gerai ANTAM di Pondok Indah Mall (PIM), Jakarta, Minggu (6/5/2025). (CNBC Indonesia/Emir Yanwardhana)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tengah mengkaji kebijakan Domestic Market Obligation (DMO) untuk komoditas emas. Hal tersebut dilakukan guna mengurangi ketergantungan impor emas dalam jumlah besar yang dilakukan PT Aneka Tambang Tbk (Antam).

Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara (Minerba) Kementerian ESDM Tri Winarno mengatakan, sejatinya Antam telah mendapat jaminan pasokan emas sebanyak 30 ton dari PT Freeport Indonesia (PTFI).

Namun, situasi berubah sejak dihentikannya operasional tambang bawah tanah milik Freeport di Grasberg, Papua setelah insiden longsoran material basah pada 8 September 2025 lalu.


"Sebetulnya sudah ada perjanjian sama Freeport kan. Terus kemudian atas perjanjian itu sebetulnya gak ada masalah, sudah oke. Nah cuma karena ini ada kejadian ini kan, ya kita bahas lah, nanti kita evaluasi gimana baiknya," kata Tri di Kementerian ESDM, Jakarta, dikutip Selasa (14/10/2025).

Oleh karena itu, pihaknya tengah mempertimbangkan kebijakan DMO untuk komoditas emas guna memenuhi kebutuhan emas di dalam negeri. Terutama, yang setiap tahunnya terus mengalami peningkatan.

"Cuma kalau misalnya nanti ada DMO, seandainya ada DMO, nanti kalau misalnya sananya beroperasi seperti apa. Jangan sampai juga terus malah numpuk," kata Tri.

Seperti diketahui, PT Aneka Tambang Tbk pada November 2024 lalu resmi menandatangani perjanjian jual beli emas sebanyak 30 ton emas batangan dengan PT Freeport Indonesia. Pasokan emas batangan ini berasal dari pabrik emas PMR PTFI di Gresik, Jawa Timur.

Langkah ini diperkirakan akan menghemat devisa negara hingga ratusan triliun rupiah. Adapun kontrak jual beli emas Freeport dengan Antam ini berlangsung selama lima tahun senilai US$ 12,5 miliar atau Rp 200 triliun.

Direktur Utama Antam Achmad Ardianto sempat menyebut, perusahaan diperkirakan akan menyerap emas batangan dengan kadar kemurnian 99,99% dari pabrik emas PTFI ini sebanyak 9 ton hingga akhir 2025.

"Jadi mereka sudah mulai menghasilkan di bulan April. Sampai akhir tahun itu perkiraan mungkin ada sekitar maksimum 9 ton. Jadi ada kontrak kita sampai 25 ton bahkan 30 ton itu bisa kita ambil," ujar Achmad dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VI DPR RI, Senin (29/9/2025).

Curhatan Bos Antam

Direktur Utama Antam Achmad Ardianto PT Aneka Tambang Tbk (Antam) sempat mengungkapkan tantangan yang cukup besar dalam memenuhi permintaan emas di dalam negeri. Pasalnya, dari total kebutuhan puluhan ton per tahun, produksi perusahaan hanya mencapai 1 ton per tahun.

Dia menyebut, pada 2024 lalu permintaan emas mencapai 43 ton per tahun, dan pada 2025 ini diperkirakan naik menjadi 45 ton per tahun.

"Persoalannya adalah tambang milik Antam yang saat ini satu-satunya ada di Pongkor itu produksinya cuma 1 ton setahun Pak. Cuma 1 ton setahun, jadi emas yang dihasilkan oleh Antam, ditambang oleh Antam itu cuma 1 ton setahun," ungkap Achmad dalam RDP bersama Komisi VI DPR RI, Senin (29/9/2025).

Menurut dia, guna memenuhi kebutuhan emas selama ini Antam memiliki standar tersendiri dengan mengutamakan pasokan dari dalam negeri. Salah satunya melalui mekanisme buyback, emas milik masyarakat yang sebelumnya dibeli kemudian dijual kembali.

"Itu menjadi sumber bagi kami untuk dicetak dengan versi yang baru. Itu cuma 2,5 ton satu tahun dapatnya, jadi kita masih shortage banyak," katanya.

Selain itu, Antam juga mendapat pasokan emas melalui mekanisme pembelian langsung dari perusahaan tambang lain. Namun demikian, tidak ada regulasi yang mewajibkan penambang menjual emas ke Antam.

"Nah soalnya adalah tidak ada aturan yang mewajibkan mereka untuk menjual ke Antam. Jadi menjadi fleksibilitas bagi perusahaan tambang di Indonesia untuk menjualnya di dalam negeri ataupun mengekspor," ujarnya.

Kondisi ini lantas membuat proses pasokan emas ke Antam harus melalui mekanisme tawar menawar. Terlebih, perusahaan tambang kebanyakan lebih memilih opsi ekspor emas dibanding menjualnya ke Antam karena adanya beban pajak.

Selain itu, perusahaan tambang yang menjual emasnya ke Antam biasanya mereka juga meminta agar peraknya juga dibeli oleh Antam. Pasalnya, sulit bagi mereka untuk menjual peraknya saja apabila emasnya sudah diambil Antam.

"Dengan bundling ini ada pajak juga Pak yang muncul di situ PPN 13% yang itu berat bagi mereka dan bagi Antam juga tentunya," katanya.

Dia pun mengatakan, impor emas perusahaan berasal dari Australia dan Singapura. Tak tanggung-tanggung, jumlahnya mencapai sekitar 30 ton per tahun.

"Nah oleh karena tidak ada kepastian ketersediaan di dalam negeri Pak, berarti tidak ada kewajiban bagi perusahaan tambang yang menambang di Indonesia untuk menjual ke Antam. Dan B to B-nya tidak selalu menguntungkan bagi perusahaan tersebut untuk menjual kepada Antam emasnya saja, maka Antam masuk ke porsi ketiga Pak. Jadi buyback, kemudian local sourcing, kemudian yang ketiga adalah membeli sourcing emas dari luar negeri. Impor emas Pak judulnya Pak," tuturnya.

"Dari mana Antam mengimpornya? Dari semua perusahaan ataupun lembaga yang terafiliasi dengan LBMA. Jadi kita tidak asal Pak mengimpor dari selalu perusahaan-perusahaan terafiliasi. Ada tiga Pak, bullion bank, refinery, maupun trader," ujarnya.

Dia pun menyebut Antam tidak pernah mengekspor emas. Ekspor emas dilakukan oleh perusahaan-perusahaan tambang emas lainnya.

"Nah inilah yang kemudian terasosiasikan bahwa seakan-akan kita mengekspor emas padahal Antam tidak pernah mengekspor emas kita Pak. Jadi yang mengekspor emas itu adalah perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia," ujarnya.

"Nah kita membeli dari bullion bank maupun refinery maupun bullion trader yang ada di Singapura maupun Australia. Dengan harga apa? Dengan harga pasar Pak. Jadi semuanya itu sebenarnya transparan dan bisa dilacak," jelasnya.

"Lalu kenapa Antam impor? Ya judulnya terpaksa Pak. Karena kebutuhan masyarakat besar sementara sumber tidak ada," tandasnya.

"Mungkin (impor) 30-an ton Pak. Potensi kita 90 ton," ujarnya.


(wia)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Bahlil Bakal Cari Solusi Kendala Pasokan Emas Untuk Antam