Pemerintah Diam-Diam Kaji DMO Emas, Cek Sebesar Ini Produksi Emas RI
Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tengah mempertimbangkan untuk menerapkan kebijakan Domestic Market Obligation (DMO) untuk komoditas emas.
Hal ini dilakukan guna mengurangi ketergantungan impor emas oleh PT Aneka Tambang Tbk (Antam) dalam jumlah besar.
Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara (Minerba) Kementerian ESDM Tri Winarno mengatakan, sejatinya Antam telah mendapat jaminan pasokan emas sebanyak 30 ton dari PT Freeport Indonesia (PTFI). Namun, situasi berubah sejak adanya penutupan tambang bawah tanah milik Freeport di Grasberg, Papua, karena longsoran material basah pada 8 September 2025 lalu.
"Sebetulnya sudah ada perjanjian sama Freeport kan. Terus kemudian atas perjanjian itu sebetulnya gak ada masalah, sudah oke. Nah cuma karena ini ada kejadian ini kan, ya kita bahas lah, nanti kita evaluasi gimana baiknya," kata Tri di Kementerian ESDM, Jakarta, dikutip Selasa (14/10/2025).
Oleh sebab itu, pemerintah tengah mengevaluasi kebijakan DMO untuk komoditas emas guna memenuhi kebutuhan emas di dalam negeri. Terutama, yang setiap tahunnya terus mengalami peningkatan.
"Cuma kalau misalnya nanti ada DMO, seandainya ada DMO, nanti kalau misalnya sananya beroperasi seperti apa. Jangan sampai juga terus malah numpuk," kata Tri.
Sebelumnya, Direktur Utama PT Aneka Tambang Tbk (Antam) Achmad Ardianto mengatakan, pihaknya mengimpor sekitar 30 ton emas per tahun. Pasalnya, permintaan emas masyarakat di dalam negeri mencapai lebih dari 40 tahun per tahun, sedangkan produksi emas dari tambang Antam hanya sekitar 1 ton per tahun.
Dia menyebut, pada tahun 2024 lalu permintaan emas mencapai 43 ton per tahun, dan pada 2025 ini diperkirakan naik menjadi 45 ton per tahun.
Dia pun mengatakan, impor emas perusahaan berasal dari Australia dan Singapura.
"Nah oleh karena tidak ada kepastian ketersediaan di dalam negeri Pak, berarti tidak ada kewajiban bagi perusahaan tambang yang menambang di Indonesia untuk menjual ke Antam. Dan B to B-nya tidak selalu menguntungkan bagi perusahaan tersebut untuk menjual kepada Antam emasnya saja, maka Antam masuk ke porsi ketiga Pak. Jadi buyback, kemudian local sourcing, kemudian yang ketiga adalah membeli sourcing emas dari luar negeri. Impor emas Pak judulnya Pak," tuturnya.
"Dari mana Antam mengimpornya? Dari semua perusahaan ataupun lembaga yang terafiliasi dengan LBMA. Jadi kita tidak asal Pak mengimpor dari selalu perusahaan-perusahaan terafiliasi. Ada tiga Pak, bullion bank, refinery, maupun trader," ujarnya.
Dia pun menyebut Antam tidak pernah mengeskpor emas. Ekspor emas dilakukan oleh perusahaan-perusahaan tambang emas lainnya.
"Nah inilah yang kemudian terasosiasikan bahwa seakan-akan kita mengekspor emas, padahal Antam tidak pernah mengekspor emas kita Pak. Jadi yang mengekspor emas itu adalah perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia," ujarnya.
"Nah kita membeli dari bullion bank maupun refinery maupun bullion trader yang ada di Singapura maupun Australia. Dengan harga apa? Dengan harga pasar Pak. Jadi semuanya itu sebenarnya transparan dan bisa dilacak," jelasnya.
"Lalu kenapa Antam impor? Ya judulnya terpaksa Pak. Karena kebutuhan masyarakat besar sementara sumber tidak ada," tandasnya.
Data Cadangan dan Produksi Emas RI
Lantas, seberapa besar sebenarnya cadangan dan produksi emas RI?
Berdasarkan data U.S. Geological Survey, Mineral Commodity Summaries (USGS) yang dirilis Januari 2025, total cadangan emas Indonesia mencapai 3.600 metrik ton. Jumlah tersebut menjadikan Indonesia sebagai pemilik cadangan emas terbesar keempat di dunia.
Cadangan emas di Indonesia bahkan mengalahkan Kanada yang mencapai 3.200 metrik ton, China yang hanya 3.100 metrik ton dan Amerika Serikat (AS) yang mencapai 3.000 metrik ton.
Pemilik cadangan emas terbesar di dunia menurut data USGS ini adalah Australia dan Rusia dengan cadangan masing-masing negara mencapai 12.000 metrik ton. Diikuti oleh Afrika Selatan sebesar 5.000 metrik ton.
Bukan hanya cadangan, produksi emas Indonesia juga menjadi yang terbesar ke-10 di dunia, atau di tahun 2023 produksinya mencapai 100 ton per tahun.
Sementara itu, posisi pertama sebagai produsen emas terbesar di dunia diduduki oleh China dengan produksi pada tahun 2023 mencapai 375 metrik ton per tahun. Diikuti oleh Rusia dengan produksi mencapai 313 metrik ton per tahun.
Negara dengan produksi emas terbesar di dunia (per tahun), dikutip dari data USGS yang dirilis Januari 2025:
China: 375 metrik ton
Rusia: 313 metrik ton
Australia: 296 metrik ton
Kanada: 198 metrik ton
Amerika Serikat: 170 metrik ton
Kazakhstan: 133 metrik ton
Meksiko: 127 metrik ton
Uzbekistan: 120 metrik ton
Afrika Selatan: 104 metrik ton
Indonesia: 100 metrik ton
Peru: 100 metrik ton
Brazil: 71 metrik ton
Mali: 67 metrik ton
Kolombia: 61 metrik ton
Burkina Faso: 57 metrik ton
Tanzania: 55 metrik ton
Ghana: 16 metrik ton
Negara lainnya: 777 metrik ton
Total: 3.250 metrik ton.
(wia)