Kelapa RI Diburu Dunia, Mentan Amran Lakukan Ini Biar Cuan Rp 2.400 T

Martyasari Rizky, CNBC Indonesia
14 October 2025 15:20
Kelapa Genjah
Foto: Kementerian Pertanian

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Pertanian sekaligus Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Amran Sulaiman menargetkan percepatan hilirisasi komoditas kelapa dalam sebagai salah satu sumber cuan besar bagi Indonesia. Menurutnya, jika potensi ini dimaksimalkan, nilai tambah yang dihasilkan bisa mencapai hingga Rp2.400 triliun per tahun.

"Hilirisasi kelapa dalam (bisa menghasilkan devisa hingga Rp2.400 triliun per tahun) itu artinya kalau 100 persen (terealisasi) kan. Nah, kalau 50 persen bisa Rp1.200 triliun. Kalau naik lagi, dan seterusnya," kata Amran saat ditemui di kantornya, Jakarta, Selasa (14/10/2025).

Amran mengatakan, program hilirisasi kelapa dalam akan bergerak mulai tahun ini di daerah-daerah yang memiliki potensi perkebunan kelapa. "Kita melihat daerah yang potensi kelapa," ujarnya.

Ia menyebut pengembangan hilirisasi akan dilakukan melalui dua jalur sekaligus, yaitu pembangunan industri pengolahan dan pembukaan lahan baru untuk perkebunan kelapanya. "Dua-duanya jalan, industri dan lahan baru," kata Amran.

Untuk mendukung langkah itu, pemerintah telah menyiapkan tambahan anggaran sebesar Rp9,95 triliun. Menurut Amran, dana tersebut menjadi bagian penting dari program hilirisasi yang tengah dijalankan Kementerian Pertanian.

"Ya, itu (Anggaran Belanja Tambahan/ABT) Rp9,95 triliun kan bagian dari program hilirisasi. Hilirisasi kelapa dalam masuk itu," sebut dia.

Amran pun menyebut pelaksanaan program sudah mulai dilakukan saat ini. "Sudah mulai bergerak sekarang," ujarnya.

Kelapa Wulung. (Istimewa)Foto: Kelapa Wulung. (Istimewa)
Kelapa Wulung. (Istimewa)

Sebelumnya, Amran mengatakan pihaknya mendapatkan kucuran Anggaran Belanja Tambahan (ABT) sebesar Rp9,95 triliun untuk mempercepat program hilirisasi di sektor hortikultura dan perkebunan. Dana besar ini digunakan untuk menyediakan benih dan bibit unggul bagi petani di seluruh Indonesia serta membuka jutaan lapangan kerja baru dalam dua tahun ke depan.

Amran menjelaskan, tambahan anggaran ini merupakan bentuk komitmen pemerintah memperkuat hilirisasi dan meningkatkan nilai tambah komoditas pertanian di dalam negeri.

"Kami akan memberikan benih, bibit pada seluruh petani Indonesia untuk produk kakao, kopi, kelapa dalam, mete, pala. Kurang lebih 800 ribu hektare seluruh Indonesia, dan itu gratis," kata Amran di Istana Negara, Jakarta, Kamis (9/10/2025).

Ia menjelaskan, produksi kelapa dalam nasional mengalami peningkatan signifikan. "Bisa dilihat datanya, 33 juta ton (produksi kelapa secara nasional tahun ini), tahun lalu hanya 29 juta ton," sebutnya.

Namun, Amran menilai ekspor kelapa selama ini masih didominasi dalam bentuk bahan mentah. Padahal, jika diolah di dalam negeri menjadi produk turunan, nilai ekonominya bisa meningkat berkali lipat, seperti batok, sabut kelapa, santan, dan lainnya.

"Sekarang kita ekspor 2,8 juta ton setiap tahun. Nilainya Rp24 triliun. Kemudian rencana kita, hilirisasi kelapa ini tidak dijual gelondongan ke luar negeri yang total volumenya 2,8 juta ton," jelasnya.

Ia mengungkapkan, jika seluruh kelapa yang diekspor itu diolah menjadi produk jadi seperti santan (coconut milk) dan turunannya, potensi nilai tambahnya sangat besar.

"Kita hilirisasi nanti itu dari kelapa dalam menjadi coconut milk, harganya bisa naik 100 kali lipat. Kita hitung rata-rata saja, itu bisa menghasilkan Rp2.400 triliun. Katakanlah separuh saja, dikali 50, itu sudah bisa menghasilkan Rp1.200 triliun devisa. Itu baru kelapa," tegas Amran.

Dia menegaskan, hilirisasi menjadi arah baru pembangunan pertanian nasional agar nilai tambah hasil pertanian dapat dinikmati rakyat Indonesia sendiri.

"Nilai tambah-nya harus ada di Indonesia. Kalau ini kita lakukan terus menerus, membuka lapangan kerja, menekan kemiskinan, dan meningkatkan kesejahteraan," pungkasnya.


(wur)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Pasokan Kelapa Turun, Pemerintah Siapkan Pungutan Ekspor

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular