
Pelindung Senyap Nyala Api Warga RI

Jakarta, CNBC Indonesia - Di balik nyala api kompor gas jutaan dapur rumah tangga di Indonesia, terdapat kisah yang cukup menarik untuk diulas. Terletak di Prabumulih, Sumatera Selatan, operator-operator tangguh nampak tak kenal lelah menjaga denyut energi nasional.
Ya, mereka adalah garda terdepan dari PT Perta Samtan Gas, anak usaha PT Pertamina Gas (Pertagas), yang merupakan penghasil Liquefied Petroleum Gas (LPG) terbesar kedua setelah Kilang Balongan, Jawa Barat.
Yoanetha Williaty dan Riski Adi Nugraha merupakan sosok penjaga yang tak pernah lelah siang dan malam memantau ruang kontrol berukuran sekitar 5x6 meter persegi. Mereka memastikan setiap kilang berjalan sebagaimana mestinya.
Bagi mereka, kata "shutdown" bukanlah sekadar risiko teknis yang harus dihadapi, melainkan ancaman bagi jutaan keluarga Indonesia yang mengharapkan nyala api dari kompor gas melon tetap menyala.
Yoanetha Williaty sendiri merupakan salah satu wanita operator senior yang telah bertugas sejak 2012. Selama lebih dari satu dekade, ia tetap setia bekerja di balik panel kontrol untuk memastikan pasokan LPG tidak terputus.
Menurut dia, menjaga kestabilan operasional kilang bukanlah hal mudah karena seluruh jaringan saling terhubung. Mulai dari sumber pasokan gas yang berasal dari hulu hingga ke hilir.
"Jadi kita termasuk salah satu juga yang memegang peranan penting ketika ada trouble di sini, sampai ke hulu juga," kata wanita asal Bumi Brawijaya ini saat ditemui di ruang kontrol Kilang Ekstraksi Prabumulih, Kamis (18/9/2025).
Sekalipun industri minyak dan gas (migas) selama ini masih didominasi oleh pekerja laki-laki, tak pernah membuat Yoanetha kecil hati. Terlebih, ia mendapat dukungan penuh dari keluarga untuk pekerjaannya.
Ia pun membeberkan tantangan utama dalam profesinya adalah sistem kerja shift, yang kadang menuntutnya bekerja dari pagi hingga malam. Namun, Yoanetha menyadari hal tersebut merupakan konsekuensi atas pekerjaan yang ia lakoni.
Meski dalam satu shift biasanya hanya ada satu perempuan, Yoanetha merasa aman dan dihormati oleh karyawan lainnya. Ia bersyukur karena tidak pernah menghadapi diskriminasi gender.
"Jadi semuanya sama-sama seperti keluarga, saling menghormati, sudah seperti keluarga kedua bagi kami di sini," tambahnya.
Tak pulang ke rumah ketika suara takbir Idul Fitri menggema sudah menjadi momen yang sering ditemui. Selain Yoanetha, banyak di antara mereka masih tetap setia memastikan pasokan LPG tetap andal di balik ruang kontrol.
Salah satunya seperti yang dilakukan oleh Riski Adi Nugraha yang merupakan sebagai panel operator. Ia bekerja siang malam suntuk tanpa mengeluh.
Menurutnya, jika jadwal kerja bertepatan dengan Hari Raya Idul Fitri, ia dan rekan-rekannya tetap masuk kerja sesuai jadwal, baik waktu shift pagi maupun malam. Bagi mereka yang merayakan Lebaran di kilang, situasi ini sudah menjadi hal yang umum.
Riski sendiri telah bergabung dengan PT Perta-Samtan Gas sejak 2013. Sebagai panel operator, tugasnya adalah memantau berbagai parameter mulai dari aliran, tekanan, hingga temperatur untuk menjaga stabilitas kilang.
"Kalau kilang ini ya biasa gitu, pada saat kita lagi monitoring, kondisi smooth gitu kan, tiba-tiba trouble, turbine shutdown, itu kita langsung gerak cepat, antisipasi untuk mengamankan alat-alat yang lain, dan koordinasi dengan atasan dan teman-teman di lapangan," katanya.
Riski mengungkapkan kondisi produksi kilang saat ini berjalan lancar. Setidaknya produksi NGL berada di kisaran 700 metrik ton, sedangkan produksi LPG mencapai sekitar 500 metrik ton.
Sementara, Yoanetha menambahkan capaian produksi pada semester pertama tahun ini juga sudah memenuhi Key Performance Indicator (KPI) yang ditetapkan. Ia berharap, dengan tren positif tersebut, target tahunan bisa tercapai hingga akhir tahun.
Untuk LPG, target produksi tahunan ditetapkan sekitar 188 ribu metrik ton. Sementara, hingga pertengahan tahun realisasi produksi telah di atas 90 ribu ton.
"Kalau untuk LPG target per tahun sekitar 188 ribu metric ton. Di semester ini sudah di atas itu 90 ribuan ya, 90 ribuan ton," ujarnya.
Kontribusi Perta-Samtan Gas
General Manager Operation Perta-Samtan Gas Teguh Eko Purwadi mengatakan, dari total produksi LPG domestik yang mencapai 1,96 juta metrik ton per tahun, perusahaan setidaknya telah berkontribusi sekitar 9%.
Selain itu, perusahaan juga memenuhi 59% kebutuhan LPG di wilayah Sumatera Bagian Selatan (Sumbagsel), dengan permintaan harian mencapai 850 metrik ton.
"Kebutuhan Indonesia itu kan 6-8 jutaan metrik ton per tahun. Kami juga ingin menambahkan, Perta Samtan gas itu nomor 2 terbesar di Indonesia. Yang pertama kan Kilang Balongan," ujar Teguh ditemui di tempat yang sama.
Teguh menjelaskan Perta-Samtan sendiri didirikan pada 7 Mei 2008 sebagai hasil kerja sama Pemerintah Indonesia dan Korea Selatan. Khususnya melalui program Government to Government (G2G).
Menurut dia, sejak awal berdiri perusahaan mempunyai visi untuk memenuhi kebutuhan LPG domestik. Hal ini sebagai bagian dari dukungan terhadap program pemerintah dalam konversi minyak tanah ke LPG pada saat itu.
"Kami pada saat itu memiliki peran untuk bisa memenuhi kebutuhan LPG domestik. Karena pada saat itu ada konversi minyak tanah ke LPG. Dan sejalan dengan visi-misi kami juga, kami terus berupaya untuk terus memenuhi kebutuhan domestik," katanya.
Meski demikian, ia menekankan pentingnya dukungan pemerintah untuk memastikan pasokan gas sebagai bahan baku produksi LPG. Sebab, tantangan utama yang dihadapi perusahaan saat ini adalah potensi penurunan pasokan gas dari sektor hulu.
Teguh menilai, produksi gas yang semakin menurun dari tahun ke tahun mendorong perusahaan harus mencari sumber tambahan gas dari lapangan lain.
"Sebenarnya sekarang sih kami, harapan-harapan kami adalah terkait sumber dari PHE Jambi Merang, ya. PHE Jambi Merang, cuma memang itu masih proses," kata dia.
Selama ini, pasokan gas untuk bahan baku pembuatan LPG dipasok dari PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) Zona Empat khususnya dari lapangan Pendopo dan Adera. Dimana gas dari lapangan tersebut mempunyai kandungan campuran Propane (C3) dan Butane (C4) yang dapat diekstraksi menjadi LPG.
(ven/wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bahlil Sebut Ada Potensi 1,6 Juta Ton Gas Bisa Diolah Jadi LPG
