Internasional

Update Perang Perbatasan Afghanistan-Pakistan, Korban Jiwa Melonjak

luc, CNBC Indonesia
Senin, 13/10/2025 07:05 WIB
Foto: Orang-orang berjalan melewati kendaraan yang diparkir berisi barang-barang milik warga negara Afghanistan, saat mereka kembali ke negara mereka, setelah Pakistan menutup perlintasan perbatasan dengan Afghanistan, menyusul baku tembak antara pasukan kedua negara di Chaman, Perlintasan Perbatasan di sepanjang Perbatasan Pakistan-Afghanistan di Provinsi Balochistan, di Chaman, Pakistan, 12 Oktober 2025. (REUTERS/Saeed Ali Achakzai)

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketegangan di perbatasan Pakistan dan Afghanistan meningkat tajam setelah bentrokan bersenjata semalamam diklaim menewaskan ratusan tentara, dalam pertempuran paling serius sejak Taliban mengambil alih kekuasaan di Kabul pada 2021.

Militer Pakistan pada Minggu (12/10/2025) menyatakan 23 tentaranya tewas dalam pertempuran di sepanjang wilayah perbatasan barat laut, sementara pihak Taliban melaporkan sembilan anggotanya juga terbunuh.

Namun, kedua pihak mengeklaim telah menimbulkan korban jauh lebih banyak di kubu lawan, meski tanpa bukti yang bisa diverifikasi secara independen. Pakistan menyebut telah menewaskan lebih dari 200 pejuang Taliban dan sekutunya, sementara Taliban mengeklaim 58 tentara Pakistan tewas dalam baku tembak tersebut.


Konfrontasi ini terjadi di tengah hubungan yang memburuk antara Islamabad dan pemerintahan Taliban, menyusul tudingan Pakistan bahwa militan yang menyerang wilayahnya berlindung di Afghanistan. Taliban menolak keras tudingan itu.

"Ketika pihak berwenang Pakistan menuduh bahwa militan beroperasi dari tanah Afghanistan, kami menegaskan tidak ada ancaman semacam itu di wilayah kami," kata Zabihullah Mujahid, juru bicara pemerintahan Taliban, dilansir Reuters.

"Emirat Islam dan rakyat Afghanistan akan mempertahankan tanah air mereka, dan tetap teguh dalam pembelaan ini."

Adapun bentrokan terbaru ini dipicu oleh serangan udara Pakistan pada Kamis lalu di wilayah Kabul dan sebuah pasar di Afghanistan timur. Serangan itu, menurut pejabat keamanan Pakistan dan Taliban, memicu serangan balasan besar-besaran dari pihak Afghanistan.

Meski belum secara resmi diakui oleh Islamabad, pejabat keamanan Pakistan menyebut pasukan mereka menembakkan senjata artileri dan senjata berat setelah pos-pos perbatasan ditembaki pasukan Taliban pada Sabtu malam.

Kedua negara sama-sama mengeklaim telah menghancurkan pos militer lawan. Pihak Pakistan bahkan membagikan rekaman video yang disebut menunjukkan pos perbatasan Afghanistan dihantam artileri.

Menurut pejabat keamanan Pakistan, intensitas pertempuran mulai menurun pada Minggu pagi, namun tembakan sporadis masih terdengar di wilayah Kurram, daerah suku yang berbatasan langsung dengan Afghanistan.

Kementerian Pertahanan Afghanistan sebelumnya menyebut operasi militer mereka berakhir pada tengah malam waktu setempat, namun Mujahid mengatakan baku tembak masih berlangsung di beberapa titik.

Sementara itu, Kabul pada Minggu menyatakan telah menghentikan serangan setelah menerima permintaan dari Qatar dan Arab Saudi, dua negara Teluk yang menyatakan keprihatinan atas meningkatnya konflik bersenjata di kawasan itu.

Dalam pernyataan resminya, pemerintah Taliban menegaskan bahwa Afghanistan kini "aman dan tanpa ancaman di seluruh wilayahnya," namun tetap berkomitmen untuk mempertahankan kedaulatan negaranya.

Sebagai dampak dari pertempuran tersebut, Pakistan menutup seluruh jalur lintas perbatasan dengan Afghanistan sepanjang 2.600 kilometer, batas yang dikenal sebagai Garis Durand, warisan penjajahan Inggris yang masih menjadi sengketa hingga kini.

Menurut pejabat lokal, dua jalur utama di Torkham dan Chaman, serta tiga jalur kecil di Kharlachi, Angoor Adda, dan Ghulam Khan, telah ditutup total.

Penutupan ini memperparah situasi ekonomi masyarakat di sepanjang perbatasan, di mana perdagangan lintas batas menjadi sumber penghidupan utama bagi ribuan warga.

 


(luc/luc)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Menlu Pakistan: Proposal Trump Soal Gaza Bukan Dokumen Pakistan