
Purbaya Ogah APBN Tanggung Utang Kereta Cepat, Ini Alasannya

Jakarta, CNBC Indonesia - Proyek Kereta Cepat Jakarta - Bandung menelan biaya yang tinggi dalam pembangunannya. Kini, PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) harus menanggung beban berat dari pembayaran utang pokok dan bunga atas pinjaman terhadap negara China.
Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menolak agar APBN ikut menanggung beban utang proyek kereta cepat yang dinamai Whoosh ini.
Menurutnya, seharusnya tanggung jawab keuangan proyek ini bisa dikelola secara mandiri oleh Danantara sebagai holding BUMN yang sudah memiliki kemampuan finansial sendiri, karena dividen sudah langsung masuk dalam kasnya.
"Mereka kan sudah punya manajemen sendiri, sudah punya dividen sendiri, yang rata-rata setahun bisa dapat Rp 80 triliun atau lebih," kata Purbaya, dalam diskusi, dikutip Minggu (10/10/2025).
"Harusnya mereka manage dari situ, jangan sampai kita lagi, karena kan kalau enggak ya semuanya kita lagi," tegasnya.
Meski begitu, Purbaya menegaskan, dirinya belum diajak diskusi langsung oleh pihak manajemen Danantara untuk mengelola utang proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung.
"Saya belum dihubungi untuk masalah itu sih. Nanti begitu ada saya kasih tau updatenya seperti apa," ujar Purbaya.
Diketahui, proyek ini mengalami pembengkakan nilai proyek dari US$ 6,07 miliar menjadi sekitar US$ 7,27 miliar. Mayoritas porsi utang dari pembiayaan proyek ini didominasi oleh pinjaman dari China Development Bank (CDB) dengan bunga utang mencapai 3,7% - 3,8% dengan tenor hingga 35 tahun.
Adapun komposisi konsorsium BUMN memegang saham di KCIC sebesar 60% melalui PT Pilar Sinergi BUMN, sedangkan China melalui Beijing Yawan HSR Co. Ltd memiliki 40%.
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Heboh Gegara 'Sebat', Pria Ini Gelantungan di Luar Kereta Cepat
