
Negara Terkaya di Dunia Bangkrut Gara-gara Borong Mobil Mewah

Jakarta, CNBC Indonesia - Nauru, negara kecil di Samudra Pasifik, pernah menyandang status sebagai salah satu negara terkaya di dunia. Namun kini, negara itu justru dikenal sebagai contoh nyata kehancuran akibat eksploitasi sumber daya alam dan salah urus pemerintah.
Pulau seluas 21 km² itu awalnya makmur berkat cadangan fosfat berkualitas tinggi yang ditemukan pada awal 1900-an oleh perusahaan Inggris. Bahan tersebut banyak digunakan untuk pupuk, dan selama puluhan tahun dieksploitasi oleh Inggris, Australia, dan Selandia Baru.
Setelah merdeka pada 1968, Nauru mengambil alih tambang fosfatnya sendiri. Produksi yang tinggi membuat ekonomi negara itu meledak. Laporan The New York Times tahun 1982 bahkan menyebut pendapatan per kapita Nauru melampaui negara-negara kaya minyak di Timur Tengah.
Kemakmuran terlihat di mana-mana. Pemerintah menyediakan sekolah, layanan kesehatan, transportasi, bahkan surat kabar secara gratis. Warga yang membutuhkan perawatan medis di luar negeri diterbangkan ke Australia dengan biaya negara.
Namun, kekayaan besar itu juga melahirkan keserakahan. Sejumlah pejabat menggunakan uang negara untuk membeli mobil mewah seperti Lamborghini dan Ferrari, padahal Nauru hanya memiliki satu jalan utama dengan batas kecepatan 25 mph.
Dalam video tahun 2024, YouTuber Ruhi Çenet menggambarkan masa kejayaan itu sebagai "kegilaan konsumsi". Ia menemukan mobil-mobil mewah berkarat terbengkalai di pinggir jalan, simbol kehancuran ekonomi yang dulu gemilang.
Ketika cadangan fosfat menipis di tahun 1990-an, ekonomi Nauru runtuh. Pemerintah yang terbiasa hidup mewah tidak siap menghadapi kenyataan bahwa sumber kekayaan mereka telah habis.
Dalam upaya menyelamatkan keuangan negara, Nauru sempat menjadi surga pajak dan menjual lisensi perbankan serta paspor asing. Bahkan, sekitar £55 miliar uang mafia Rusia dilaporkan sempat dicuci melalui bank-bank di Nauru dalam waktu satu tahun. Akibatnya, Amerika Serikat memasukkan Nauru ke daftar hitam negara pencucian uang pada 2002.
Krisis ekonomi itu membuat Australia turun tangan dengan bantuan finansial, dengan imbalan Nauru menampung pusat detensi pencari suaka yang menuju Australia.
Kini, kondisi sosial Nauru juga memprihatinkan. Menurut Federasi Obesitas Dunia, negara ini memiliki tingkat obesitas tertinggi di dunia, sekitar 70% penduduknya mengalami kelebihan berat badan. MacroTrends mencatat, hampir setengah populasinya adalah perokok aktif.
Dengan jumlah penduduk hanya sekitar 12.000 jiwa dari 12 suku utama, kisah Nauru menjadi pengingat bahwa kekayaan alam tanpa pengelolaan bijak hanya akan membawa kehancuran.
(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Industri Terpuruk, Grup Raksasa Mobil Listrik Ini Ajukan Pailit
