Internasional

Eropa Terang-terangan Sebut Perang Terbuka Lawan Rusia, Siapkan Ini

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
Kamis, 09/10/2025 20:40 WIB
Foto: Prajurit Ukraina menembak jatuh rudal Rusia saat asap mengepul dari kota selama serangan rudal Rusia, di tengah serangan Rusia terhadap Ukraina, di Kyiv, Ukraina 7 September 2025. (REUTERS/Gleb Garanich)

Jakarta, CNBC Indonesia - Eropa secara terang-terangan menuduh Rusia sedang melancarkan perang hibrida yang terencana dan terkoordinasi untuk mengganggu stabilitas dan memecah belah benua tersebut. Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, mengatakan kepada anggota parlemen Uni Eropa bahwa serangkaian insiden yang terjadi bukanlah pelecehan acak, melainkan bagian dari kampanye terstruktur untuk mengacaukan dan melemahkan blok tersebut.

Von der Leyen menyebutkan bahwa insiden tersebut mencakup pelanggaran wilayah udara Estonia oleh jet tempur MiG, penerbangan drone di atas situs-situs penting di Belgia, Polandia, Romania, Denmark, dan Jerman, hingga serangan siber yang melumpuhkan bandara dan logistik, serta sabotase kabel bawah laut.

Ia menegaskan insiden-insiden ini "diperhitungkan untuk berlama-lama dalam keremangan penyangkalan", sehingga sulit untuk menemukan bukti solid yang secara langsung menunjuk ke Moskow.


"Ini adalah perang hibrida, dan kami harus menanggapinya dengan sangat serius," ujarnya dikutip CNBC International, Kamis (10/10/2025).

Laporan dari layanan intelijen keamanan Dragonfly menunjukkan bahwa kampanye hibrida Rusia di Eropa telah meluas secara signifikan sejak invasi skala penuh ke Ukraina. Sejak 2014, tercatat 219 insiden yang dicurigai terkait perang hibrida Rusia, dan 86% di antaranya terjadi sejak awal 2022.

Negara-negara Baltik, Polandia, dan Jerman diperkirakan tetap menjadi target utama karena dukungan kuat mereka terhadap Ukraina. Rusia sendiri telah membantah dan mengejek tuduhan-tuduhan ini.

Menghadapi ancaman ini, Eropa siap bertindak. Anggota NATO sebelumnya tahun ini telah berjanji untuk meningkatkan belanja pertahanan. Selain itu, negara-negara anggota juga membahas inisiatif untuk menciptakan jaringan dinding drone (drone wall) guna melindungi wilayah udara dari pelanggaran kendaraan udara tak berawak.

Sementara itu, Perdana Menteri Luksemburg Luc Frieden, yang juga merupakan anggota UE, menegaskan bahwa UE tidak menginginkan konflik dengan Rusia. Namun Benua Biru harus melindungi dirinya bila kemungkinan terburuk terjadi.

"Serangan hibrida jelas merupakan sesuatu yang dapat terjadi di mana saja-kabel di Laut Baltik, serangan pada sistem IT kita, drone yang dapat terbang di atas beberapa negara kita. Itu menunjukkan bahwa ada jenis provokasi tertentu yang harus kita tanggapi dengan serius." Frieden melanjutkan, "Saya tidak ingin kita berperang dengan Rusia... tetapi kita perlu menanggapi ancaman dengan serius."

"Kami ingin mengatakan kepada Rusia, jangan coba-coba, hentikan, mundurlah... dan [mereka] tidak punya peluang untuk menaklukkan Eropa," tambahnya.


(tps/luc)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Serangan Udara Rusia Hantam Kharkiv, 6 Orang Terluka