Media Asing Sorot Pengangguran RI: Tertinggi di Asia Setelah India
Jakarta, CNBC Indonesia - Media asing menyoroti tingginya angka pengangguran muda di Asia. Indonesia juga disebut sebagai salah satu negara dengan tingkat tertinggi di kawasan.
Dalam laporannya, Business Times Singapura dan Bloomberg mencatat tingkat pengangguran muda di Indonesia mencapai 17,3%. Ini hanya sedikit di bawah India (17,6%) dan lebih tinggi dari China (16,5%).
Angka ini disebut menunjukkan tekanan besar di pasar tenaga kerja. Terutama bagi generasi muda yang baru memasuki dunia kerja.
Laman itu mengutip riset Morgan Stanley berjudul Asia Faces Rising Youth Unemployment Challenge. Disebut bahwa tingkat pengangguran di kalangan anak muda Asia kini dua hingga tiga kali lipat lebih tinggi dari rata-rata nasional.
"Pertumbuhan ekonomi di beberapa negara besar Asia tidak mampu menciptakan lapangan kerja baru yang cukup bagi jutaan anak muda," tulisnya dalam laporannya, dikutip Rabu (8/10/2025).
Kondisi ini dipicu oleh ketidakseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja. Dampak dari otomatisasi dan kemajuan kecerdasan buatan (AI) yang menggantikan banyak pekerjaan di sektor manufaktur dan jasa, jadi faktor lain.
Indonesia menjadi salah satu negara dengan pengangguran terselubung tertinggi di kawasan. Lebih dari separuh tenaga kerja di Tanah Air, disebut, masih bergantung pada pekerjaan informal atau sambilan yang cenderung tidak tetap, berupah rendah, dan minim jaminan sosial.
Kondisi ini, menurut laporan tersebut, telah memperburuk prospek ekonomi jangka panjang. Terutama karena 12,7 juta anak muda Indonesia diperkirakan akan memasuki pasar tenaga kerja dalam dekade mendatang.
Disoroti juga meningkatnya keresahan sosial di berbagai negara Asia, termasuk Indonesia. Protes yang terjadi pada Agustus lalu, yang semula dipicu oleh isu tunjangan anggota parlemen, berkembang menjadi demonstrasi atas ketimpangan ekonomi dan kondisi pekerja lepas.
Situasi serupa juga terjadi di China. Di mana jumlah lulusan universitas mencapai rekor tertinggi dan persaingan kerja semakin ketat di tengah perlambatan ekonomi.
Laman itu memperingatkan, tanpa reformasi struktural dan penciptaan lapangan kerja baru, bonus demografi di Asia bisa berubah menjadi beban demografi. Pemerintah di kawasan ini didorong untuk memperkuat pelatihan vokasi, mendorong kewirausahaan muda, dan mengurangi ketergantungan pada pekerjaan informal agar generasi muda memiliki prospek karier yang lebih baik.
Selain itu, korupsi dan nepotisme disebut sebagai hambatan besar dalam menciptakan sistem kerja yang adil dan transparan. Banyak anak muda merasa peluang kerja masih sangat bergantung pada koneksi, bukan kompetensi.
"Protes generasi muda di Asia adalah tanda frustasi terhadap sistem ekonomi dan politik yang tidak berpihak," tulisnya.
Media tersebut menegaskan, tantangan terbesar bagi pemerintah di kawasan ini, termasuk Indonesia, bukan hanya menyediakan pekerjaan. Tetapi juga menjamin masa depan yang layak dipercaya bagi generasi mudanya.
(tfa/șef)