Pusat Barang Elektronik Kramat Jati Sepi, Pembeli Satu per Satu Hilang

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
Rabu, 08/10/2025 06:15 WIB
Foto: Toko-toko elektronik sepi dan hanya terjadi keramaian akibat lalu lalang kendaraan di depannya di kawasan Kramat Jati, Jakarta Timur, Selasa (7/10/2025). (CNBC Indonesia/Chandra Dwi Pranata)

Jakarta, CNBC Indonesia - Toko-toko elektronik di kawasan Kramat Jati, Jakarta Timur tampak sepi dan hanya terjadi keramaian akibat lalu lalang kendaraan di depan toko-toko tersebut. Berdasarkan pantauan CNBC Indonesia pada Selasa (7/10/2025) di lokasi tersebut, tampak hanya beberapa pelanggan yang datang. Itupun bisa dihitung jari.

Padahal dahulu, sebelum adanya eksistensi marketplace atau toko online, toko-toko elektronik di Kramat Jati cukup ramai, tak hanya dari pasar yang menjual sayuran, buah-buahan, dan ikan-ikan. Namun kini, kondisinya sudah berubah drastis. Total ada 55 toko elektronik yang ada di kawasan tersebut.

Muklis (samaran) salah satunya, di mana tokonya masih sempat ramai di 2021. Namun kini, kondisinya makin sepi dan hanya sedikit orang yang datang.


"Makin sepi, dulu di 2021-2022 masih cukup ramai, meski tak seramai sebelum pandemi Covid-19. Tapi kalau dibandingkan dengan sekarang, wah, sudah sulit untuk diungkapkan melalui kata-kata," kata Muklis saat ditemui CNBC Indonesia, Selasa (7/10/2025).

Di tokonya, aneka elektronik dijual, mulai dari mesin cuci satu tabung, dua tabung, kulkas satu pintu, dua pintu, AC, televisi (TV) LED, dan speaker. Harganya pun mulai dari Rp 400.000 hingga Rp 3 juta.

Meski makin sepi, Ia tetap bertahan karena berharap dari pelanggan yang masih lebih memilih membeli langsung ketimbang membeli online.

Foto: Toko-toko elektronik sepi dan hanya terjadi keramaian akibat lalu lalang kendaraan di depannya di kawasan Kramat Jati, Jakarta Timur, Selasa (7/10/2025). (CNBC Indonesia/Chandra Dwi Pranata)
Toko-toko elektronik sepi dan hanya terjadi keramaian akibat lalu lalang kendaraan di depannya di kawasan Kramat Jati, Jakarta Timur, Selasa (7/10/2025). (CNBC Indonesia/Chandra Dwi Pranata)

"Terkait pelanggan yang beli langsung masih ada, biasanya mereka sudah dibuat kecewa ketika beli online, tapi barangnya tidak sesuai, alhasil cari ke sini, tapi memang jumlahnya makin sedikit," lanjutnya.

Selain itu, Muklis juga mengungkapkan pelanggan yang masih mengunjungi tokonya merupakan masyarakat sekitar dan biasanya orang tua yang kurang paham akan toko online.

"Selain itu, ya paling warga-warga sekitar sini yang beli, atau orang tua yang kurang paham cara beli barang di online, cuma memang jumlahnya makin sedikit," ujarnya.

Begitu juga Lusi (samaran), pedagang elektronik lainnya, mengaku memang kondisinya makin sepi semenjak pandemi Covid-19 dan ramainya toko online. Padahal sebelumnya, tokonya ramai dikunjungi pelanggan yang melewati Jalan Kramat Jati.

"Ya begini lah kondisinya, kadang ramai, kadang sepi banget, intinya makin susah diprediksi. Kalau dulu sebelum orang-orang beli di online, kami bisa prediksi ramainya kapan, sekarang susah," kata Lusi.

Seperti Muklis, Lusi juga menjual aneka elektronik, termasuk mesin pemanas air dan kompor gas. Bahkan ditokonya, ada TV tabung dan beberapa speaker lama. Namun, TV tabung dan speaker tersebut tidak dijual alias hanya pajangan.

"Kalau TV tabung, itu engga dijual, cuma jadi pajangan, juga sudah rusak itu, toh yang nyari TV tabung sudah semakin sedikit," ujarnya.

Sementara itu, Arman (samaran) mengaku penjualan elektronik memang sedang tidak baik-baik saja dan kebanyakan pelanggan yang datang merupakan warga sekitar.

"Pelanggan tetap ada, cuma memang tidak seramai dulu, ya paling orang-orang sekitar sini yang masih mencari barang-barang elektronik," ungkap Arman.

Meski begitu, Ia tetap berjualan untuk menghidupi keluarganya dan enggan beralih ke usaha lainnya karena belum tentu nasibnya bisa sebaik sekarang.

"Masih tetap bertahan, kalau jualan lain, takutnya malah nasibnya lebih parah, jalanin aja, rezeki sudah ada yang ngatur," terangnya.


(chd/wur)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Ramai Rojali-Rohana,Target Harbolnas Rp35 Triliun Bisa Dicapai?