Madagaskar Membara, Demo Gen Z Kian Menggila Desak Presiden Mundur
Jakarta, CNBC Indonesia - Ratusan warga Madagaskar kembali turun ke jalan pada Senin (6/10/2025) di ibu kota Antananarivo, menandai hari ke-12 aksi protes anti-pemerintah yang dipimpin oleh kelompok muda.
Melansir AFP, gerakan ini bermula dari kekecewaan atas pemadaman listrik dan air yang berkepanjangan, namun kini berkembang menjadi tuntutan politik yang menekan Presiden Andry Rajoelina untuk mundur.
Gelombang protes dimulai pada 25 September dan terus berlanjut hampir setiap hari. Upaya Rajoelina meredakan situasi dengan membubarkan kabinet pada 29 September justru gagal menghentikan kemarahan publik.
"Masa depan negara ini bergantung pada saya, pada Anda, pada kita semua. Jangan biarkan gerakan ini kehilangan momentum," seru salah satu pemimpin demonstrasi di hadapan ratusan massa di dekat Universitas Ankatso.
Para pengunjuk rasa kemudian berupaya menuju pusat kota, namun dihadang oleh barikade pasukan keamanan. Kawasan Ankatso sendiri memiliki nilai simbolis kuat, di mana itu merupakan tempat pemberontakan mahasiswa pada 1972 menggulingkan presiden pertama Madagaskar, Philibert Tsiranana.
"Kita bisa melihat dengan jelas bahwa demokrasi di Madagaskar sama sekali tidak dihormati. Mereka bahkan menghancurkannya dengan brutal," kata seorang aktivis lain yang menuding pemerintah menindas gerakan rakyat.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebelumnya mengecam tindakan keras aparat keamanan yang menggunakan peluru tajam untuk membubarkan massa. PBB menyebut sedikitnya 22 orang tewas dan lebih dari 100 lainnya luka-luka selama bentrokan, meski angka ini dibantah oleh otoritas Madagaskar.
Pada Sabtu lalu, polisi juga menembakkan gas air mata untuk membubarkan demonstran di sekitar Danau Anosy. Pihak kepolisian mengklaim tindakan itu diambil karena massa bertindak provokatif.
Aksi serupa juga terjadi di kota Toliara, wilayah selatan negara itu, di mana demonstran membakar ban di jalanan.
Gerakan protes ini banyak terinspirasi oleh aksi pemuda di Bangladesh, Nepal, dan Indonesia, dengan kelompok "Gen Z Mada" menjadi motor utama melalui media sosial.
Menurut Bank Dunia, hampir tiga perempat dari 32 juta penduduk Madagaskar hidup di bawah garis kemiskinan pada 2022, menjadikan ketidakpuasan ekonomi sebagai bahan bakar utama di balik gelombang demonstrasi yang kian meluas ini.
(tfa/luc)