Harga Beras Sumbang Deflasi, Tapi BPS Kasih Peringatan Keras Soal Ini

Martya Rizky, CNBC Indonesia
06 October 2025 11:50
Beras bantuan pangan pemerintah. (Dok. Bapanas)
Foto: Beras bantuan pangan pemerintah. (Dok. Bapanas)

Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat harga beras mengalami penurunan pada September 2025 dan menjadi salah satu penyumbang deflasi nasional. Meski begitu, BPS mengingatkan bahwa harga beras masih berada di level tinggi, sehingga perlu tetap diwaspadai oleh pemerintah dan masyarakat.


Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menjelaskan, penurunan harga beras pada bulan lalu merupakan capaian positif setelah sebelumnya komoditas ini selalu mencatat inflasi.


"Di bulan September, beras mengalami deflasi. Dan ini adalah merupakan pencapaian baik karena bulan-bulan sebelumnya beras selalu mengalami inflasi," ujar Amalia dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah di kantor Kemendagri, Jakarta, Senin (6/10/2025).


Ia menyebut, deflasi beras pada September merupakan yang kedua kalinya sepanjang 2025. "Deflasi beras secara bulanan di bulan September ini adalah deflasi kedua di tahun 2025, yang waktu itu pernah terjadi deflasi beras di bulan April tahun 2025," katanya.


Secara wilayah, penurunan harga beras paling dalam tercatat di Provinsi Aceh, yang mengalami deflasi 5,06%, sedangkan inflasi beras tertinggi terjadi di Papua Selatan sebesar 0,94% month-to-month (mtm).


Namun, Amalia menegaskan, meski ada penurunan harga secara bulanan, secara umum harga beras masih tergolong tinggi.


"Untuk beras, walaupun inflasinya ataupun kenaikan IPH-nya (indeks perkembangan harga) masih tergolong rendah, namun level harganya sudah tergolong kepada level harga yang tinggi," sebut dia.


Ia memperingatkan, pemerintah tidak boleh terlena hanya karena beras tidak lagi menjadi penyumbang inflasi. Sebab, yang dirasakan langsung oleh masyarakat ialah level harga, bukan inflasi.


"Walaupun nanti beras tidak masuk radar dalam penyumbang inflasi, tetapi yang perlu kita catat sama-sama adalah level harga untuk beras masih dalam level harga yang tinggi," tegas Amalia.


"Karena sekali lagi, yang dibayar oleh konsumen adalah level harga, bukan inflasi," tandasnya.

BPS sebelumnya mencatat inflasi September menjadi 0,21%, didorong oleh kenaikan harga pada komoditas makanan minuman dan tembakau antara lain cabai merah, daging ayam ras, emas perhiasan hingga sigaret kretek mesin (SKM).

Data menunjukkan pada tingkat penggilingan, harga beras turun 0,62% menjadi Rp13.512/kg. Pada tingkat grosir, penurunan terjadi 0,02% menjadi Rp14.290/kg dan tingkat eceran turun 0,13% menjadi Rp15.375/kg. Seperti diketahui Harga Eceran Tertinggi (HET) yang berlaku efektif sejak 22 Agustus 2025 yakni Rp13.500 per kilogram (kg) untuk zona 1, Rp14.000 per kg untuk zona 2, dan Rp15.500 per kg untuk zona 3.


(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video:Harga Beras Dunia Jatuh, Wamentan: Efek Indonesia Tak Impor Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular