Internasional

Hamas Sepakat Usulan Damai AS, Benarkah Perang Gaza Segera Berakhir?

Romys Binekasri, CNBC Indonesia
04 October 2025 13:00
Israeli mobile artillery units stand near the Israel-Gaza border, in Israel September 16, 2025. REUTERS/Amir Cohen
Foto: REUTERS/Amir Cohen

Jakarta, CNBC Indonesia - Hamas telah merespons positif proposal perdamaian Gaza yang diajukan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump namun dengan catatan yang perlu dinegosiasi.

Hamas setuju untuk membebaskan semua tawanan Israel yang mereka tahan, tetapi meminta untuk menegosiasikan aspek-aspek lain dari rencana 20 poin kesepakatan. Dalam hal ini, harus ada penarikan Israel sepenuhnya dari Jalur Gaza.

Mereka juga mengatakan bahwa mereka akan menyerahkan kekuasaan di Gaza kepada sebuah badan yang terdiri dari para teknokrat Palestina.

Terkait rencana kesepakatan 20 poin lainnya dari Trump, yang mencakup pelucutan senjata Hamas, kelompok tersebut mengatakan bahwa hal itu harus dibahas dalam kerangka kerja nasional Palestina yang komprehensif, di mana Hamas akan diikutsertakan dan akan berkontribusi dengan tanggung jawab penuh.

Trump menyambut baik tanggapan Hamas, dan menulis di sosial media Truth bahwa Ia yakin kelompok Palestina siap untuk mencapai perdamaian.

Dalam sebuah pengumuman penting, Ia juga mengatakan bahwa Israel harus segera menghentikan pengeboman Gaza sehingga para tawanan dapat dibebaskan.

"Kami sudah berdiskusi tentang rincian yang akan dikerjakan. Ini bukan hanya tentang Gaza, ini tentang PERDAMAIAN yang telah lama dicari di Timur Tengah," tulisnya, dilansir Al Jazeera, Sabtu (4/10/2025).

Trump kemudian merilis sebuah pesan video yang menegaskan bahwa ia menganggap respon Hamas sebagai sebuah kemenangan. Ia mengumumkan rencana perdamaian Gaza pada hari Senin, bersama Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Gedung Putih.

Netanyahu pun mendukung rencana Trump, karena rencana tersebut akan mencapai tujuan perang Israel.

"Rencana ini akan membawa kembali semua sandera kami ke Israel, menghancurkan kemampuan militer Hamas dan kekuasaan politiknya, dan memastikan bahwa Gaza tidak akan pernah lagi menjadi ancaman bagi Israel," ujar Netanyahu.

Namun, sang perdana menteri juga memiliki beberapa peringatan. Di Gedung Putih, Netanyahu mengatakan bahwa jika Hamas menolak rencana tersebut, atau jika Hamas menerimanya atas dasar perlawanan, maka Israel akan kembali mengancam.

Beberapa jam kemudian, berbicara dalam bahasa Ibrani di hadapan khalayak domestik Israel, Netanyahu mengatakan bahwa Ia tidak merestui negara Palestina, dan berjanji bahwa militer Israel akan tetap berada di sebagian besar wilayah Gaza.

Hamas telah menegaskan bahwa mereka tidak bersedia menerima beberapa aspek dari rencana Trump, termasuk pemerintahan sementara yang dipimpin oleh Trump dan mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair.

"Kami tidak akan pernah menerima siapa pun yang bukan orang Palestina untuk mengendalikan Palestina," kata pejabat senior Hamas Mousa Abu Marzouk.

Menurutnya, penunjukan Blair sangat tidak disukai karena keterlibatannya di masa lalu dalam invasi ke Irak.

Selain itu, topik perlucutan senjata juga akan menjadi masalah. Trump dan Netanyahu mengatakan bahwa Hamas harus segera meletakkan senjata, namun Hamas hanya mengatakan bahwa mereka bersedia untuk mendiskusikan topik tersebut.

"Pernyataan Hamas mengatakan bahwa masa depan Gaza masa depan seluruh perjuangan - akan diserahkan kepada konsensus Palestina," kata Ali Hashem dari Al Jazeera.

Saat ini banyak hal yang bergantung pada seberapa jauh Trump bersedia untuk memelintir lengan Netanyahu dan memaksanya untuk menyetujui kesepakatan

Sementara itu, Israel terus membombardir Gaza, dengan fokus utama pada Kota Gaza. Sedikitnya 72 warga Palestina telah terbunuh oleh Israel sejak fajar pada hari Jumat, menurut sumber-sumber medis.

 


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Israel Menggila Lagi, Netanyahu Perluas Operasi Militer di Jalur Gaza

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular