Curhat Penjual Elektronik Glodok, Omzet "Lenyap" 80%-Untung Ada Ini

Martyasari Rizky, CNBC Indonesia
03 October 2025 20:50
Kondisi perdagangan di Harco Glodok, Jakarta Barat, berdasarkan pantauan CNBC Indonesia, Jumat (3/10/2025). (CNBC Indonesia/Martyasari Rizky)
Foto: Kondisi perdagangan di Harco Glodok, Jakarta Barat, berdasarkan pantauan CNBC Indonesia, Jumat (3/10/2025). (CNBC Indonesia/Martyasari Rizky)

Jakarta, CNBC Indonesia - Industri elektronik tengah menghadapi tekanan berat. Data Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menunjukkan subsektor komputer, barang elektronik, dan optik (KBLI 26) mengalami kontraksi akibat lemahnya pasar domestik maupun ekspor. Kondisi ini diperparah banjir produk impor murah dari China.

Di pusat elektronik Harco Glodok, Jakarta Barat, kondisi itu terasa nyata. Pusat perbelanjaan yang dulu sempat berjaya di era 90-an kini tidak seramai dulu. Banyak pedagang mengeluhkan penjualan yang merosot tajam.

Nita (nama samaran), salah satu pedagang, menyebut penurunan omzet sudah berlangsung sejak pandemi Covid-19.

"Iya, turun banget. Drastis kalau dibanding sebelum Covid. Ini mulai turun penjualan sesudah Covid. Penjualan di sini ya parah bisa dikatakan, kalau nggak dibantu online nggak akan bisa. Penjualan offline di sini kurang, jauh banget, terbantu dari online," kata Nita saat ditemui CNBC Indonesia di lokasi, Jumat (3/10/2025).

Ia mengaku omzet tokonya anjlok 60-80% dibandingkan sebelum pandemi. Tahun 2024 bahkan menjadi periode terberat.

"Kalau dibandingkan sebelum Covid 60-80% omzetnya anjlok. Pas tahun 2024 itu ngedrop parah, puncak parah-parahnya di 2024. Tahun ini agak membaik, tapi nggak bisa dikatakan baik juga, karena kita masih berat ya jualan," jelasnya.

Menurut Nita, barang yang masih laku biasanya produk kecil dengan harga yang masih terjangkau.

"Kabel-kabel ya, USB port, barang yang kecil-kecil dan harganya terjangkau sih rata-rata. Kalau kayak perangkat komputer gitu agak sulit," kata dia.

Hal serupa diungkapkan Lesti, pedagang elektronik lainnya. Ia mengaku omzetnya turun lebih dari separuh dibanding sebelum pandemi.

"Agak susah ya sekarang. Kalau dulu, sebelum Covid jauh sangat, omsetnya turun lebih dari 50%. Sekarang betul-betul susah. Apalagi bulan-bulan kayak sekarang. Biasanya agak mulai ramai menuju akhir tahun, soalnya biasa ada pengadaan buat kantor-kantor. Tapi nggak tahu kalau tahun ini, nggak bisa prediksi," ucapnya.

Curhatan para pedagang ini mencerminkan kontraksi nyata industri elektronik dalam negeri.

Selain industri komputer, barang elektronik, dan optik, Kemenperin juga mencatat jasa reparasi serta pemasangan mesin dan peralatan (KBLI 33) juga ikut melemah.

"Dua subsektor yang mengalami kontraksi adalah industri komputer, barang elektronik dan optik (KBLI 26) serta jasa reparasi dan pemasangan mesin dan peralatan (KBLI 33). Kontraksi pada industri komputer, barang elektronik dan optik disebabkan oleh lemahnya pasar domestik maupun ekspor akibat ketergantungan terhadap barang impor, permintaan yang turun diperburuk dengan banjir produk impor murah terutama dari China," dikutip dari keterangan resmi Kemenperin.

Kondisi perdagangan di Glodok Plaza, Jakarta Barat, usai kebakaran hebat beberapa waktu lalu, berdasarkan pantauan CNBC Indonesia, Jumat (3/10/2025). (CNBC Indonesia/Martyasari Rizky)Foto: Kondisi perdagangan di Glodok Plaza, Jakarta Barat, usai kebakaran hebat beberapa waktu lalu, berdasarkan pantauan CNBC Indonesia, Jumat (3/10/2025). (CNBC Indonesia/Martyasari Rizky)
Kondisi perdagangan di Glodok Plaza, Jakarta Barat, usai kebakaran hebat beberapa waktu lalu, berdasarkan pantauan CNBC Indonesia, Jumat (3/10/2025). (CNBC Indonesia/Martyasari Rizky)

(dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Panasonic Mau PHK 10.000 Karyawan, Industri Elektronik RI Bermasalah?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular