Internasional

8 Fakta Baru Israel Serang Kapal Flotilla, 1 Kapal Lolos Dekati Gaza

Thea Fathanah Arbrar, CNBC Indonesia
03 October 2025 17:40
Tangkapan layar dari video streaming langsung menunjukkan pasukan angkatan laut Israel di atas kapal Florida yang menuju Gaza, bagian dari Armada Sumud Global, yang menurut laporan penyelenggara armada telah dicegat, 2 Oktober 2025. (Global Sumud Flotilla/Handout via REUTERS)
Foto: Tangkapan layar dari video streaming langsung menunjukkan pasukan angkatan laut Israel di atas kapal Florida yang menuju Gaza, bagian dari Armada Sumud Global, yang menurut laporan penyelenggara armada telah dicegat, 2 Oktober 2025. (via REUTERS/GLOBAL SUMUD FLOTILLA)
Daftar Isi

Jakarta, CNBC Indonesia - Armada Global Sumud Flotilla (GSF), salah satu misi laut terbesar yang mencoba menembus blokade Gaza, dicegat oleh Angkatan Laut Israel. Hampir semua kapal yang membawa ratusan aktivis dari berbagai negara berhasil dihentikan, memicu gelombang kecaman internasional.

Israel menyatakan seluruh kapal telah diamankan kecuali Marinette, kapal berbendera Polandia dengan enam penumpang yang masih berada di laut lepas. Para aktivis yang ditahan, termasuk tokoh iklim Greta Thunberg, mantan wali kota Barcelona Ada Colau, serta anggota Parlemen Eropa Rima Hassan, dibawa ke Israel.

Berikut fakta-fakta terkait peristiwa itu, seperti dihimpun CNBC Indonesia pada Jumat (3/10/2025).

Kronologi Penangkapan

Armada yang terdiri dari lebih dari 45 kapal sipil berangkat sejak akhir Agustus dari pelabuhan di Spanyol dan Italia. Mereka membawa bantuan simbolis berupa makanan, pasokan medis, serta kebutuhan pokok untuk warga Gaza.

Pada Rabu malam, kapal-kapal Israel menaiki armada sekitar 70 mil laut (130 km) dari pantai Gaza. Penyelenggara melaporkan pasukan Israel memutus komunikasi, mengganggu sinyal darurat, serta menghalangi siaran langsung serangan.

"Lebih dari 200 orang dari 37 negara ikut serta, termasuk 30 orang dari Spanyol, 22 dari Italia, 21 dari Turki, dan 12 dari Malaysia," kata juru bicara armada, Saif Abukeshek, seperti dikutip Al Jazeera.

Kementerian Luar Negeri Israel merilis video peringatan yang memperlihatkan seorang perwira angkatan laut meminta kapal kembali. "Bantuan apa pun harus disalurkan melalui jalur yang telah ditetapkan," ujar perwira tersebut.

Pernyataan Israel

Duta Besar Israel untuk PBB, Danny Danon, mengatakan para aktivis akan dideportasi setelah perayaan Yom Kippur selesai pada Kamis. Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Israel membagikan video Greta Thunberg dikelilingi tentara di dek kapal.

"Beberapa kapal dari armada Hamas-Sumud telah dihentikan dengan selamat dan penumpangnya dipindahkan ke pelabuhan Israel. Greta dan teman-temannya dalam keadaan aman dan sehat," tulis kementerian di platform X.

Israel berdalih blokade laut perlu diberlakukan untuk mencegah penyelundupan senjata ke Gaza sejak Hamas mengambil alih pada 2007. Namun, aktivis menolak keras tuduhan bahwa armada terkait Hamas, menyebut klaim itu tidak berdasar.

Komentar Netanyahu

PM Israel Benjamin Netanyahu memuji "serangan" yang dilakukan tentara Israel ke The Global Sumud Flotilla. Sebelumnya pencegatan dilakukan ke 40-han kapal yang membawa 400 aktivis itu, yang hendak memberikan bantuan kemanusiaan ke Gaza, Palestina.

"Saya memuji para prajurit dan komandan angkatan laut yang menjalankan misi mereka pada Hari Yom Kippur dengan cara yang paling profesional dan efisien," ujarnya dalam sebuah pernyataan Kamis, dikutip AFP.

"Tindakan penting mereka mencegah puluhan kapal memasuki zona perang dan menggagalkan kampanye delegitimasi terhadap Israel," tambahnya.

Kecaman Internasional

Tindakan Israel memicu respons keras dari berbagai negara. Berikut di antaranya:

- Malaysia: Perdana Menteri Anwar Ibrahim mengutuk keras aksi Israel yang disebutnya "intimidasi terhadap warga sipil tak bersenjata dan penghinaan total terhadap hati nurani dunia".

- Irlandia: Menteri Luar Negeri Simon Harris menyebut langkah Israel "sangat memprihatinkan". Ia menegaskan armada itu merupakan "misi damai untuk menyoroti bencana kemanusiaan".

- Kolombia: Presiden Gustavo Petro mengusir diplomat Israel dan menangguhkan perjanjian perdagangan bebas. "Netanyahu menunjukkan kemunafikannya di seluruh dunia," tegasnya.

- Venezuela: Menlu Yvan Gil menilai Israel menggunakan blokade bantuan sebagai "alat perang untuk memusnahkan penduduk Gaza dengan kelaparan".

- Turki: Kementerian Luar Negeri menyebut aksi Israel sebagai "tindakan teroris".

- Jerman: Meski sekutu Israel, Berlin menegaskan agar keselamatan semua penumpang dijamin sesuai hukum internasional.

- Italia: PM Giorgia Meloni menyatakan tetap mengkritisi armada, namun berkomitmen memulangkan 22 warganya yang ditahan.

Respons Indonesia

Sementara itu, Kementerian Luar Negeri RI memastikan terus memonitor perkembangan armada Global Sumud Flotilla, khususnya terkait keselamatan Warga Negara Indonesia (WNI) yang ikut serta.

"Kemlu terus memonitor dan menjalin komunikasi dengan WNI yang bergabung dalam pelayaran Global Sumud Flotilla," kata Direktur Perlindungan WNI Kemlu, Judha Nugraha dalam pernyataan tertulis.

Judha menjelaskan, salah satu WNI bernama Husein saat ini berada dalam pelayaran menuju Cyprus. "Berdasarkan komunikasi per 2 Oktober 2025, kondisi yang bersangkutan dalam keadaan baik. KBRI Roma yang memiliki wilayah kerja di Cyprus telah menerjunkan petugas di Cyprus untuk memberikan bantuan yang diperlukan," tambahnya.

Misi Armada Sebelumnya

Upaya menembus blokade Gaza dengan armada sipil bukan kali pertama terjadi. Pada 2010, sebanyak 10 aktivis Turki tewas setelah kapal diserbu pasukan Israel. Insiden itu memperburuk hubungan Ankara-Tel Aviv.

Kemudian pada 2011-2018, beberapa armada kecil dicegat. Aktivis ditahan dan beberapa mengaku dipukuli; pada 2024 Israel mencegah flotilla meninggalkan pelabuhan di luar negeri, dan pada 2025, kapal asal Italia yang membawa bantuan medis dicegat di perairan internasional. Aktivis termasuk Greta Thunberg ditahan lalu dideportasi.

Krisis Kemanusiaan Gaza

Armada Global Sumud Flotilla menekankan bahwa meski bantuan yang dibawa bersifat simbolis, tujuan mereka adalah membuka koridor laut ke Gaza. Perang yang berlangsung hampir dua tahun terakhir telah memperburuk krisis kemanusiaan di wilayah tersebut.

"Ini bukan soal berapa banyak bantuan yang kami bawa, tapi soal hak rakyat Gaza untuk hidup bebas dari kelaparan dan isolasi," ujar Abukeshek.

Menurut PBB, lebih dari 2 juta penduduk Gaza kini bergantung pada pasokan bantuan kemanusiaan, yang masuk secara terbatas di bawah pengawasan Israel.

Satu Kapal Lolos & Dekati Gaza

Sementara itu, satu kapal Marinette, yang terus melanjutkan misinya untuk menembus blokade Israel atas Gaza. Hal ini merujuk pelacak armada tersebut, Jumat.

"Dunia menyaksikan apa yang terjadi ketika warga sipil menentang pengepungan. Dan tetap saja. Marinette terus berlayar," kata armada di Instagram, dikutip AFP.

"Dia tahu nasib para pelautnya di atas air. Dia tahu apa yang menanti. Dan dia menolak untuk kembali," tegasnya.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Israel Bombardir Bantuan Dunia ke Palestina, 13 Drone Serang 10 Kapal

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular