DPR Rapat 3,5 Jam Bahas Stok BBM dengan Pengusaha SPBU, Ini Hasilnya
Jakarta, CNBC Indonesia - Komisi XII DPR RI melakukan Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian ESDM Laode Sulaeman dan Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) dengan seluruh badan usaha penyedia Bahan Bakar Minyak (BBM) hari ini, Rabu (1/10/2025).
RDP serta RDPU yang berlangsung hingga 3,5 jam lamanya tersebut membahas perihal pasokan BBM untuk SPBU swasta yang mengalami kelangkaan.
Berdasarkan rapat tersebut, terdapat setidaknya 4 poin simpulan yang disepakati, antara lain berikut ini:
1. Komisi XII DPR RI mendesak Dirjen Migas Kementerian ESDM untuk segera melakukan evaluasi dan menyiapkan kebijakan yang dapat mencegah terjadinya kelangkaan pasokan Bahan Bakar Minyak (BBM) di SPBU swasta di Indonesia serta mencegah agar tidak terjadi kegaduhan di masyarakat dengan mengacu kepada UU 22/2001 tentang Minyak dan Gas Bumi serta Undang-undang Dasar 1945.
2. Komisi XII DPR RI mendorong Dirut Pertamina Patra Niaga, Dirut PT Shell Indonesia, Dirut PT Vivo Energy Indonesia, Dirut PT Aneka Petroindo Raya/BP-AKR, Dirut PT AKR Corporindo Raya Tbk, dan Dirut PT ExxonMobil Lubricant Indonesia, untuk terus menjaga kestabilan aspek mutu, aspek komersial, dan aspek operasional dalam pelayanan kepada masyarakat.
3. Komisi XII DPR RI mendorong Dirut Pertamina Patra Niaga, Dirut PT Shell Indonesia, Dirut PT Vivo Energy Indonesia, Dirut PT Aneka Petroindo Raya/BP-AKR, Dirut PT AKR Corporindo Raya Tbk, dan Dirut PT ExxonMobil Lubricant Indonesia, untuk dapat bekerja sama dalam membangun refinery BBM untuk memperkuat ketahanan energi nasional.
4. Komisi XII DPR RI meminta Dirjen Migas Kementerian ESDM, Dirut Pertamina Patra Niaga, Dirut PT Shell Indonesia, Dirut PT Vivo Energy Indonesia, Dirut PT Aneka Petroindo Raya/BP-AKR, Dirut PT AKR Corporindo Raya Tbk, dan Dirut PT ExxonMobil Lubricant Indonesia, untuk menyampaikan jawaban tertulis atas semua pertanyaan anggota Komisi XII DPR RI yang belum dijawab dan disampaikan pada Komisi XII DPR RI paling lambat 8 Oktober 2025.
(wia)