Pantas Prabowo Murka! Rp47 T Timah RI Diselundupkan ke Tetangga

Firda Dwi Muliawati, CNBC Indonesia
Rabu, 01/10/2025 14:50 WIB
Foto: Tambang PT Timah di Pemali, Pulau Bangka (REUTERS/Fransiska Nangoy)

Jakarta, CNBC Indonesia - Asosiasi Eksportir Timah Indonesia (AETI) membeberkan bahwa aktivitas penyelundupan timah di Indonesia marak terjadi. Salah satu contohnya adalah penyelundupan timah RI ke Malaysia senilai Rp 45-47 triliun.

Ketua Umum AETI Harwendro Adityo Dewanto mengatakan timah yang diselundupkan dari Indonesia ke Malaysia diperkirakan mencapai 12.000 ton per tahun. Informasi tersebut diperoleh langsung olehnya dari mitra industri di Malaysia.

Dalam berbagai forum internasional, Malaysia menyebutkan bahwa mereka menerima pasokan timah dari Indonesia sebesar 1.000 ton per bulan. "Dari Malaysia sendiri mengakui kepada kita bahwa dia mendapat supply timah, ore timah itu dari Indonesia itu sebanyak seribu ton per bulan. Kalau di equivalent ya mungkin sekitar 12 ribu ton per tahun. Itu ya kalau dihitung-hitung dengan menjadi ingot itu ya kurang lebih sekitar Rp 45-47 triliun dengan harga timah saat ini," jelasnya kepada CNBC Indonesia dalam program Mining Zone, dikutip Rabu (1/10/2025).


Bukan hanya menyebabkan kerugian penerimaan negara, aktivitas ilegal sektor timah tersebut juga dinilai berdampak langsung pada industri timah dalam negeri. Banyak eksportir resmi yang merasa dirugikan karena harus bersaing secara tidak adil dengan produk yang keluar melalui jalur ilegal.

Menurut catatannya, sejak awal tahun 2025, intensitas penyelundupan terpantau semakin meningkat. Aktivitas ilegal tersebut dilakukan secara sistematis, terstruktur, dan tersembunyi. Bahkan para pelaku usaha legal tidak menyadari keberadaan jaringan penyelundupan yang ternyata sudah berjalan begitu senyap dan masif.

"Mereka melakukannya secara sistematis, secara terstruktur, dan secara diam-diam, jadi kita semua tidak tahu praktik itu terjadi," imbuhnya.

Kendati demikian, isu aktivitas ilegal khususnya pada sektor timah sudah menjadi perhatian Presiden RI Prabowo Subianto. Hal itu juga menjadi titik terang dari peningkatan produksi timah dalam negeri.

"Nah itu sekarang efeknya sangat bagus, sekarang produksi timah di Indonesia saat ini cukup meningkat gitu. Terlepas dari kinerja PT Timah sendiri yang sedang menurun, terlepas dari itu semua produksi sedang bagus," tandasnya.

Sebelumnya, Presiden RI Prabowo Subianto menyoroti maraknya praktik penyelundupan hasil produksi tambang timah ilegal dari wilayah Bangka Belitung ke luar negeri.

Menurut dia, setidaknya hampir 80% hasil timah dari wilayah Bangka Belitung selama ini diselundupkan ke luar negeri melalui berbagai jalur.

"Hampir 80% hasil timah diselundupkan dan menyelundupkannya macem-macem ada yang pakai kapal, ada yang pakai ferry, sekarang tutup tidak bisa keluar, sampan pun tidak bisa keluar," kata Prabowo dikutip Selasa (30/9/2025).

Ia pun menilai bahwa kondisi yang terjadi saat ini merupakan bentuk perampokan sistemik akibat kelengahan para elite selama ini, sehingga kekayaan bangsa terkeruk.

Prabowo menyebut di Bangka Belitung, yang sejak lama dikenal sebagai salah satu pusat tambang timah terkemuka di dunia, terdapat sekitar 1.000 tambang ilegal yang beroperasi.

Maka dari itu, Prabowo menyiapkan aksi tegasnya dan meminta kepada TNI, Polri serta Bea Cukai untuk melakukan operasi besar-besaran. "Mulai tanggal 1 September kemarin saya perintahkan TNI-POLRI bea cukai bikin operasi besar-besaran di Babel menutup, yang selama ini hampir 80% hasil timah diselundupkan," ujarnya.

Nah, selain timah, baik nikel, batu bara hingga bauksit kata Prabowo juga terdapat tambang-tambang ilegal.

"Hampir semua terdapat tambang-tambang ilegal yang sangat besar dan banyak. Ini saya perintahkan untuk segera ditertibkan, dibersihkan tambang ilegal atau diambil alih negara. Dan ini menjanjikan bahwa bila kita tegakan ini Insya Allah penerimaan negara jauh lebih besar, kebocoran kita tutup sehingga negara akan punya kemakmuran," tandas Prabowo.


(pgr/pgr)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Potensi Rare Earth dari SHP Timah Masih Tertahan Regulasi