Inalum Produksi 147 Ribu Ton Aluminium di Semester I, Penjualan Segini
Jakarta, CNBC Indonesia - PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) mencatatkan kinerja operasional positif sepanjang semester I tahun 2025. Perusahaan berhasil memproduksi aluminium sebanyak 139-147 ribu ton, atau sekitar 2% di atas target Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP).
Direktur Utama Inalum Melati Sarnita menyampaikan bahwa capaian tersebut merupakan hasil dari pelaksanaan strategi perusahaan yang konsisten di fasilitas peleburan (smelter) utama Inalum di Kuala Tanjung, Sumatera Utara.
"Untuk kinerja performance di year to date half semester, semester pertama 2025, untuk kinerja produksi dan penjualan, kita berhasil melakukan proses operation excellence yang baik di existing capacity kita yang ada di Kuala Tanjung. Realisasi sendiri hingga Juni 2025 berada dalam jumlah optimal sebesar 139-147 ribu ton, ini lebih tinggi 2% dari RKAP," ujar Melati dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi VI DPR RI, Jakarta, dikutip Selasa (30/9/2025).
Faktor lain yang juga mendukung capaian tersebut adalah kondisi alam yang mendukung. Rata-rata tinggi muka air Danau Toba yang menjadi sumber utama energi bagi pembangkit listrik tenaga air (PLTA) Inalum, tercatat pada level 904,6 meter atau lebih tinggi dibandingkan proyeksi awal.
Selain peningkatan produksi, penjualan aluminium Inalum pada semester I 2025 juga mencapai 132-142 ribu ton, atau 101% dari target RKAP.
Produk utama yang dijual masih didominasi oleh ingot G1 (P1020), diikuti billet dan alloy. Namun, pihaknya mengakui bahwa permintaan terhadap produk alloy dan billet mengalami penurunan akibat melemahnya sektor otomotif dan konstruksi di dalam negeri.
Sebagai informasi, pada tahun 2024, kapasitas produksi Inalum berada di angka 275 ribu ton per tahun. Jumlah ini masih ditopang oleh kapasitas terpasang yang berasal dari pabrik peleburan eksisting di Kuala Tanjung.
Perusahaan menargetkan lonjakan kapasitas signifikan hingga 900 ribu ton per tahun pada 2029. Hali itu seiring dengan pembangunan fasilitas smelter baru di Mempawah dan penambahan potline keempat di Kuala Tanjung.
"Ini dapat meningkatkan kapasitas produksi aluminium dari 275 ribu ton per tahun sebagai kapasitas produksi tahun ini menjadi 900 ribu ton per tahun di tahun 2029," tandasnya.
Penjualan Aluminium Semester I-2025
Sementara itu, Inalum mencatat adanya penurunan signifikan dalam penjualan produk aluminium alloy dan billet selama semester I tahun 2025. Penurunan tersebut seiring dengan melemahnya industri otomotif nasional serta lesunya pembangunan infrastruktur di dalam negeri.
Direktur Utama Inalum Melati Sarnita menyampaikan meski secara keseluruhan penjualan aluminium, Inalum pada paruh pertama tahun ini mencapai 132-142 ribu ton atau 101% dari target, namun dua segmen utama yakni alloy dan billet mengalami penurunan.
"Mostly memang kita lihat ada penurunan penjualan di alloy Pak, ini disebabkan oleh lemahnya industri otomotif Indonesia saat ini," kata Melati.
Penjualan billet juga menunjukkan tren yang serupa. Bahkan penurunannya jauh lebih dalam dibandingkan alloy yakni mencapai 60% dari Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP).
"Ini juga menunjukkan lemahnya daya beli masyarakat dan tidak berjalannya industri infrastruktur dan pembangunan-pembangunan infrastruktur di Indonesia saat ini," ujarnya.
Melati menjelaskan daya serap industri otomotif dalam negeri terhadap aluminium saat ini tengah menurun. Hal itu berimbas pada melemahnya penjualan alloy yang biasanya digunakan untuk komponen kendaraan.
Ia pun berharap pemerintah dan DPR dapat memberikan dukungan konkret dalam bentuk kebijakan protektif dan insentif terhadap pelaku industri hilir aluminium dalam negeri. Hal tersebut supaya ekosistem hilirisasi yang sedang dibangun bisa berdampak maksimal terhadap perekonomian nasional.
(ven/wur)