
Potret Pilu di Negara Muslim, Krisis Air Menggila-Bocah Antre Seharian
Anak-anak di Kabul antre berjam-jam demi air bersih. Krisis air kian parah, sumur kering, harga melonjak, dan PBB peringatkan risiko kota kehabisan air.

Setiap hari, sejumlah anak di Kabul harus menghabiskan waktunya antre berjam-jam demi mendapatkan air bersih. Pemandangan ini mencerminkan krisis air Afghanistan yang kian parah dan berdampak langsung pada kehidupan sehari-hari warganya. (REUTERS/Sayed Hassib)

Sejak sumur rumah mengering empat tahun lalu, banyak keluarga terpaksa bergantung pada keran umum atau membeli air tangki dengan harga mahal. Situasi ini tak hanya merenggut masa depan anak-anak, tetapi juga menekan perekonomian keluarga miskin yang harus mengeluarkan sebagian besar pendapatannya hanya untuk air. (REUTERS/Sayed Hassib)

Populasi Kabul yang kini melebihi enam juta jiwa memperburuk tekanan terhadap pasokan air, sementara investasi infrastruktur tidak mampu mengimbangi pertumbuhan tersebut. Perang yang menghancurkan jaringan pasokan memperparah keadaan, membuat warga semakin terjebak dalam lingkaran serba kekurangan. (REUTERS/Sayed Hassib)

Kekeringan yang diperparah perubahan iklim juga membuat kondisi semakin kritis. Sumur-sumur dalam hingga 120 meter kini banyak yang mengering, sementara curah hujan dan pencairan salju yang dulunya mengisi cekungan air tanah semakin jarang terjadi. (REUTERS/Sayed Hassib)

PBB memperingatkan bahwa Kabul berisiko menjadi ibu kota modern pertama di dunia yang benar-benar kehabisan air dalam hitungan tahun. Tanpa langkah cepat dalam pengelolaan air dan pembangunan infrastruktur, krisis ini berpotensi berkembang menjadi bencana kemanusiaan yang lebih luas di Afghanistan. (REUTERS/Sayed Hassib)