Bobby Nasution-Kepala BMKG Rapat Siaga Bencana, Singgung Tragedi 2003
Jakarta, CNBC Indonesia - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikoritas Karnawati menggelar rapat koordinasi bersama Gubernur Sumatra Utara (Sumut) Bobby Nasution dan Bupati Langkat Syah Afandi membahas kesiapsiagaan bencana hidrometeorologi.
Rapat yang digelar hybrid, Jumat (26/9/2025) itu menyoroti karakteristik Sungai Bahorok membuat kawasan di sekitarnya sangat rawan bencana.
Dwikorita menjelaskan, Sungai Bahorok memiliki ciri khas berbahaya. Di bagian hilir, sungai melebar hingga hampir satu kilometer dengan pulau-pulau pasir yang kini menjadi permukiman dan lokasi wisata. Namun, semakin ke hulu, lebar sungai menyempit hanya beberapa meter dengan tebing curam yang rawan longsor.
"Kondisi ini, kerap menyebabkan longsoran tanah dan kayu menumpuk di hulu, membentuk bendung alamiah. Ketika hujan deras turun, bendung tersebut bisa jebol sewaktu-waktu," katanya dalam keterangan di situs resmi, Senin (29/9/2025).
"Akibatnya, air dan material longsor meluncur deras ke hilir, meskipun di lokasi bencana tidak terjadi hujan," sambungnya.
Tak hanya itu, ada penyebab lain yang bisa memicu petaka longsor di wilayah tersebut.
"BMKG juga menemukan bahwa gempa-gempa kecil turut memperbesar risiko bencana. Meski tidak dirasakan masyarakat, gempa dengan magnitudo 2,5-3,2 dapat memicu puluhan hingga ratusan titik longsor di lereng terjal," ucapnya.
"Inilah yang mempercepat terbentuknya bendung alamiah. Maka, inspeksi hulu sungai sangat penting dilakukan sebelum puncak musim hujan," tambahnya.
Untuk itu, dia meminta kerja terpadu antara BPBD, Balai Wilayah Sungai, PU, dan tim SAR.
"Jika ditemukan bendung alami di hulu, material kayu dan tanah harus segera ditangani agar tidak menimbulkan bahaya lebih besar. Lebih baik dikendalikan sejak dini daripada menunggu jebol tiba-tiba," tegasnya.
Dwikorita juga menekankan pentingnya sistem peringatan dini berbasis radar cuaca. Dan terutama, kearifan lokal dalam membaca tanda-tanda alam.
"Jika air sungai mendadak keruh, berwarna coklat, membawa kayu atau kerikil, itu tanda banjir bandang sudah terjadi di hulu. Masyarakat harus segera menjauh dari sungai dan mencari tempat yang lebih tinggi," kata Dwikorita mengingatkan.
"Kami menelusuri sungai ini, lebarnya hampir satu kilometer, dan di tengahnya muncul pulau-pulau pasir yang kini berkembang menjadi permukiman serta lokasi wisata," ujarnya.
Di bagian hulu Sungai Bahorok, jelasnya, terjadi penyempitan hanya beberapa meter dengan tebing curam yang penuh longsoran.
"Material kayu dan tanah yang menumpuk di lembah sempit berpotensi membentuk bendung alamiah. Ketika hujan deras turun, bendung itu bisa jebol seketika dan meluncur deras ke hilir meskipun di lokasi bencana tidak terjadi hujan. Inilah fenomena banjir bandang di Bahorok yang harus kita waspadai bersama, apalagi memasuki puncak musim hujan pada November mendatang," kata Dwikorita.
Sementara itu, Gubernur Sumatra Utara Bobby Nasution mengingatkan kembali tragedi banjir bandang Bahorok pada 2003 yang menelan 157 korban jiwa, 82 orang hilang, dan ribuan warga terdampak.
"Dengan semakin berkembangnya wisata sungai di Bahorok, mitigasi harus lebih kuat agar tidak terjadi lagi korban besar," kata Bobby.
Disebutkan, sudah ada Instruksi Gubernur tentang kesiapsiagaan menghadapi ancaman bencana hidrometeorologi. Instruksi tersebut mewajibkan BPBD mengoptimalkan peringatan dini, menyiapkan sarana evakuasi, meningkatkan patroli di wilayah rawan, serta melibatkan masyarakat, dunia usaha, dan relawan kebencanaan.
"Kami berterima kasih kepada Bupati Langkat, Forkopimda, hingga relawan yang sudah hadir. Kesiapsiagaan bersama adalah cara terbaik untuk melindungi masyarakat dari bahaya banjir bandang," ujar Bobby.
(dce/dce)