Freeport Umumkan Force Majeure di Tambang Papua, Ini Tanggapan Bahlil
Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia buka suara perihal pernyataan Freeport-McMoRan (FCX), perusahaan tambang Amerika Serikat (AS), yang menyebutkan kondisi force majeure atau keadaan kahar di tambang Grasberg, Tembagapura, Kabupaten Mimika, Papua Tengah.
Hal itu seiring dengan penghentian sementara sebagian operasi tambang bawah tanah Grasberg Block Cave (GBC) akibat aliran material basah yang menutup akses ke area produksi pada 8 September 2025 lalu.
Menurut Bahlil, sejak terjadinya insiden longsor tersebut, pihaknya berkoordinasi dengan PT Freeport Indonesia (PTFI) untuk menyetop seluruh aktivitas produksi. Adapun, seluruh sumber daya kemudian difokuskan untuk menyelamatkan pekerja PTFI yang terjebak di tambang bawah tanah tersebut sejak Senin (8/9/2025) malam.
"Kita fokuskan untuk pencarian pekerja yang terjebak di dalam underground dan sekarang, sampai dengan hari ini, belum berproduksi," kata Bahlil di Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (26/9/2025).
Ia lantas menjelaskan bahwa terhentinya produksi Freeport selama hampir tiga minggu terakhir telah berdampak langsung terhadap produktivitas dan pendapatan, baik bagi perusahaan maupun pemerintah daerah.
"Pasti berdampak pada produktivitas dan dampaknya juga kepada pendapatan, baik pendapatan daerah maupun pendapatan perusahaan," ujarnya.
Di sisi lain, Bahlil menekankan bahwa 51% saham PTFI saat ini telah dimiliki negara melalui Holding BUMN Industri Pertambangan MIND ID. Karena itu, ia berharap agar proses penanganan longsor yang terjadi di area tambang dapat segera terselesaikan.
Menurutnya, ia terus berkoordinasi dengan Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Tony Wenas, serta tim Kementerian ESDM yang berada di lokasi.
"Saya berkoordinasi terus, dan tim saya juga di sana, Direktur Inspektur Tambang dan beberapa Inspektur Tambang lain ada di lokasi, di Tembagapura, melaporkan bahwa proses masih terus berjalan," katanya.
Sebelumnya, Freeport-McMoRan (FCX) pada Rabu (24/09/2025) menyatakan kondisi force majeure di tambang Grasberg, Indonesia, dan memproyeksikan penjualan tembaga serta emas terkonsolidasi pada kuartal ketiga akan menurun.
Sebagaimana diketahui, sejak insiden terjadi pada 8 September 2025 lalu itu Freeport menghentikan sementara operasinya di tambang Grasberg, setelah aliran material basah menutup akses ke sebagian area tambang bawah tanah dan memusatkan semua sumber daya untuk evakuasi tujuh pekerja kontraktor yang terjebak di dalamnya.
Pada Sabtu (20/09/2025) Freeport telah berhasil mengevakuasi dua pekerja yang sebelumnya hilang dan dipastikan 2 korban tersebut dalam kondisi meninggal dunia akibat insiden tersebut. Sementara untuk lima korban lainnya masih dalam proses pencarian.
Perusahaan memperkirakan, operasi di Grasberg, salah satu tambang emas dan tembaga terbesar di dunia kemungkinan akan dimulai kembali secara bertahap pada paruh pertama 2026.
Selain itu, Freeport juga mengindikasikan bahwa produksi tahun 2026 di unit operasinya di Indonesia berpotensi turun sekitar 35%. Perusahaan sebelumnya sedang membangun smelter di Indonesia yang rusak akibat kebakaran tahun lalu dan kini ditutup.
(wia)