
Tolak Rencana Netanyahu, Trump Larang Israel Caplok Tepi Barat

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Amerika Serikat Donald Trump menegaskan penolakannya terhadap wacana aneksasi Tepi Barat oleh Israel. Pernyataan keras itu diarahkan langsung pada sebagian politisi sayap kanan Israel yang mendorong langkah kontroversial tersebut.
"Saya tidak akan mengizinkan Israel menganeksasi Tepi Barat. Tidak, saya tidak akan mengizinkannya. Itu tidak akan terjadi," kata Trump kepada wartawan di Ruang Oval, Gedung Putih, Kamis (25/9/2025) dilansir Reuters. "Sudah cukup. Sekarang saatnya berhenti."
Komentar ini muncul di saat Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tiba di New York untuk menyampaikan pidatonya di Majelis Umum PBB pada Jumat (26/9/2025). Kantor Netanyahu belum memberikan tanggapan atas pernyataan Trump tersebut.
Dorongan aneksasi Tepi Barat belakangan makin kuat di dalam negeri Israel, sebagian datang dari sekutu politik Netanyahu. Namun langkah itu menimbulkan alarm di dunia Arab.
Beberapa pemimpin kawasan bahkan sempat bertemu langsung dengan Trump di sela-sela Sidang Majelis Umum PBB pada Selasa (23/9/2025) untuk menyampaikan kekhawatiran.
Trump bertemu dengan pemimpin dan pejabat dari Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Qatar, Mesir, Yordania, Turki, Indonesia, dan Pakistan. Fokus pembahasan bukan hanya perang hampir dua tahun di Gaza antara Israel dan Hamas, tetapi juga kemungkinan dampak geopolitik serius jika Israel benar-benar melanjutkan aneksasi Tepi Barat.
Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Pangeran Faisal bin Farhan Al-Saud, menegaskan bahwa pesan negara-negara Arab dan Muslim sudah jelas tersampaikan. "Presiden AS sangat memahami konsekuensi berbahaya dari setiap aneksasi Tepi Barat," katanya.
Isu pemukiman Israel menjadi sorotan utama. Sejak Israel merebut Tepi Barat dalam perang 1967, jumlah dan luas permukiman terus berkembang. Infrastruktur berupa jalan hingga jaringan penghubung semakin memecah wilayah tersebut, memperumit peta masa depan negara Palestina.
Salah satu rencana yang paling banyak menuai kecaman, yakni proyek pemukiman E1, mendapat persetujuan akhir pada Agustus lalu. Proyek ini akan membelah Tepi Barat dan memutus akses langsung ke Yerusalem Timur, wilayah yang diklaim Palestina sebagai ibu kota masa depan mereka.
Saat ini, sekitar 700.000 warga Israel tinggal di pemukiman di Tepi Barat dan Yerusalem Timur, di tengah-tengah 2,7 juta penduduk Palestina. Aneksasi Yerusalem Timur oleh Israel sendiri tidak diakui secara internasional.
Israel menolak melepaskan kendali atas Tepi Barat, apalagi setelah serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 yang menjadi awal perang besar di Gaza. Pemerintah Israel beralasan bahwa mempertahankan wilayah itu merupakan keharusan demi keamanan nasional.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Siaga Gaza Menghilang: 97.000 Warga Pergi dalam 4 Hari-Video Netanyahu
