
Banjir Truk Impor China di RI, Kok Bisa?

Jakarta, CNBC Indonesia - Kalangan industri karoseri angkat suara soal maraknya impor truk utuh (CBU) asal China ke Indonesia. Menurutnya, langkah ini kontraproduktif terhadap perkembangan industri komponen dalam negeri yang sudah mampu mendukung produksi kendaraan truk di dalam negeri.
"Dia memang tidak melanggar aturan. Tapi mungkin aturan itu sudah tidak cocok buat kehidupan kami saat ini, yang mungkin Indonesia belum bisa pada saat itu buat seperti ini. Sekarang kan Indonesia barangnya sudah ada semua, yang pemerintah butuhkan kita sudah punya," ungkap Ketua Dewan Pengawas Asosiasi Karoseri Indonesia (Askarindo), Sommy Lumajeng kepada CNBC Indonesia, Kamis (25/9/2025).
Aturan investasi yang masih membolehkan investor membawa seluruh perangkat kendaraan dari luar negeri, termasuk truk, tanpa bea masuk bisa jadi tidak mengherankan industri dalam negeri. Ia menegaskan, jika komponen-komponen tersebut sudah tersedia di pasar domestik, maka seharusnya regulasi membatasi impor agar industri lokal bisa tumbuh.
"Kenapa nggak aturannya dirubah? Kamu boleh investasi di Indonesia. Kamu boleh bawa semua barang-barang yang di Indonesia belum ada, kan fair enough dong. Kalau sudah ada kenapa kamu mesti bawa?" sebutnya.
Ia menjelaskan bagaimana praktik saat ini memungkinkan investor mengimpor seluruh truk secara utuh dengan alasan investasi, meski banyak bagian dari kendaraan tersebut sebenarnya bisa diproduksi di dalam negeri.
"Regulasi yang ada di ini contohnya ya apabila ada investor mau investasi di Indonesia contoh pertambangan, dia datang ke Indonesia saya mau investasi, alat-alat untuk produksi dia boleh bawa semua, dimasukkan, jadi nol biaya semua karena itu adalah barang investasi. Dia boleh bawa semua tinggal dimasukin daftar, dimasukin daftar. Ini barang-barang yang mau kita bawa," tuturnya.
Namun, ia menekankan pentingnya ada batasan tegas soal komponen yang sebenarnya sudah bisa dipasok oleh vendor lokal, apalagi menyangkut truk yang rantai pasok komponennya sangat luas.
"Kalau ada peraturan bahwa barang-barang yang sudah ada di Indonesia, ya nggak usah dibawa supaya menyerap dalam negeri. Sekarang kalau dia bawa sendiri nggak ada orang jual bus, Nggak ada orang jual baut, nggak ada orang jual ban. Tapi kalau dia beli di Indonesia kan ada orang jual baut. Ada orang jual ban," sebutnya.
Sommy mengungkapkan bahwa dalam satu unit truk terdapat ribuan komponen yang sejatinya bisa disediakan oleh ratusan vendor dalam negeri. Dengan mengimpor secara utuh, kesempatan itu pun tertutup.
"Puluhan perusahaan, bahkan ratusan perusahaan. Buat satu mobil itu, yang terlibat supply chainnya itu bisa ratusan vendor, vendor karet, vendor kaca, vendor ban, vendor selang, vendor plastik, bahkan ribuan. Satu supply chain cuma buat satu mobil itu rata-rata sekitar 3.000 - 4.000 komponen yang dipasang. Nah, itu bisa dibuat oleh kira-kira lebih dari 100 vendor," ujar Sommy.
"Banyak banget. Supply chainnya snowball effect ini gede banget. Efek domino besar sekali. Semuanya kena juga jadinya," lanjutnya.
Sommy pun berharap pemerintah meninjau ulang aturan impor kendaraan listrik, khususnya truk, agar industri komponen dan manufaktur lokal bisa ikut tumbuh dan mengambil peran dalam transisi energi Indonesia.
(fys/wur)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bukan Cuma Mobil Listrik, Truk Made in China Beringas Gempur Pasar RI
