Mobil Listrik China Tak Lagi Dapat Insentif, Begini Reaksi Bos Toyota

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
23 September 2025 17:30
FILE PHOTO: A Baojun E100 all-electric battery car is seen while it is being charged in the parking lot in front of a Baojun NEV Experience Center store in Liuzhou, Guangxi Zhuang Autonomous Region, China, November 8, 2017. Picture taken November 8, 2017. REUTERS/Norihiko Shirouzu/File Photo
Foto: REUTERS/Norihiko Shirouzu

Jakarta, CNBC Indonesia - Kebijakan insentif impor kendaraan listrik utuh (CBU) dari China akan berakhir di tahun ini. Insentif ini dinikmati oleh beberapa merek otomotif, termasuk BYD, Aion, Maxus hingga Geely sehingga harganya bisa lebih murah.

Langkah ini disebut sebagai akhir dari masa "honeymoon" bagi mobil listrik asal Negeri Tirai Bambu. Marketing Director PT Toyota-Astra Motor (TAM) Jap Ernando Demily buka suara terkait kebijakan tersebut.

"Dampak penghapusan insentif mobil China atau honeymoon periode, mari cermati sama-sama dulu karena impaknya ke semua pemain BEV di Indonesia, jadi let's see lah beberapa bulan ke depan dampaknya seperti apa," ujar Ernando di Menara Astra, Selasa (23/9/2025).

Adapun kondisi pasar otomotif dalam beberapa tahun terakhir cenderung stagnan bahkan mengalami penurunan. Ia mendorong adanya kolaborasi lintas sektor demi membangkitkan kembali industri otomotif nasional.

"Kedua terpenting adalah bahwa kondisi market beberapa tahun ini stagnan, bahkan cenderung turun, kita harap sesama pelaku industri otomotif dan berbagai stakeholder, seperti pemerintah sebagai policy maker, kami dari industri, financing company memikirkan kolaborasi gimana industri tumbuh lagi," lanjutnya.

ParkingFoto: Freepik
Parking

Sehingga penting adanya kebijakan yang tidak hanya bersifat insentif sementara, tetapi mampu mendorong pertumbuhan industri secara menyeluruh. Dengan industri yang kuat, efek ganda akan dirasakan hingga ke lapisan paling bawah dalam rantai pasok otomotif.

"Harapannya semoga apapun policy-nya bisa tumbuh industri di Indonesia, dengan membangun industri maka menciptakan multiplier effect jadi di tier 1, 2, 3, kemudian diler, karoseri, logistic company bisa hidup lagi. Hari ini dengan ekosistem yang ada sebanyak 350 ribu orang terlibat di ekosistem Toyota," kata Ernando.

"Kami harapkan policy yang diambil ke depan bisa membantu recovery," pungkasnya.

Sebagai informasi, insentif impor mobil listrik dari China sebelumnya menjadi faktor penting yang mendorong penetrasi kendaraan listrik di Indonesia. Namun kini, pemain otomotif yang ingin menjual mobil listrik di Tanah Air diwajibkan memiliki rencana perakitan lokal (local production) sebagai bentuk komitmen industrialisasi.

Langkah ini sejalan dengan strategi pemerintah untuk mengembangkan ekosistem kendaraan listrik nasional secara berkelanjutan, sekaligus menarik investasi manufaktur dari pemain global.


(fys/wur)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Siap Lawan BYD Cs, Toyota dan Daimler Kawinkan 2 'Raksasa'

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular