
Chaos! Warga Ngamuk Harga Solar Naik Rp 33 Ribu, Kantor Polisi Dibakar
Ratusan warga asli dan petani Ekuador ricuh. Ini terjadi usai protes pencabutan subsidi solar. Harga naik dari Rp16.500 ke Rp 33 ribu per galon.

Ratusan penduduk asli dan petani di Ekuador turun ke jalan pada Senin (22/9/2025). Mereka melakukan protes dan memblokir akses dengan barikade serta batang pohon yang dibakar, sebagai bentuk penolakan terhadap keputusan pemerintah yang menghapus subsidi solar. (Tangkapan Layar Video Reuters/ECUADOREAN POLICE HANDOUT)

Aksi protes itu dengan cepat berubah menjadi ricuh di kota Otavalo, Ekuador utara, ketika para demonstran membakar bagian dalam kantor polisi dan sejumlah kendaraan yang diparkir di luar gedung. Polisi terlihat berusaha memadamkan api. Sementara tentara menembakkan gas air mata untuk membubarkan massa. (Tangkapan Layar Video Reuters/ECUADOREAN POLICE HANDOUT)

Ketegangan juga meluas ke Provinsi Pichincha di wilayah utara Ekuador bagian tengah. Barikade yang terbakar memblokir jalan-jalan utama, sementara petugas kota menggunakan gergaji mesin untuk membersihkan batang pohon yang menghalangi lalu lintas. Polisi dan militer dikerahkan dalam jumlah besar guna mengendalikan situasi. (REUTERS/Karen Toro)

Protes dipicu keputusan pemerintah pekan lalu mencabut subsidi solar senilai 1,1 miliar dolar AS, yang sebelumnya membantu sektor transportasi, kendaraan penumpang, dan pertanian. Akibatnya, harga solar melonjak dari 1,80 dolar (Rp16.500) menjadi 2,80 dolar (Rp33 ribu) per galon. (Tangkapan Layar Video Reuters/ECUADOREAN POLICE HANDOUT)

Kenaikan harga tersebut memicu penolakan luas. Para pengunjuk rasa menilai kebijakan itu akan memperberat biaya hidup, terutama bagi masyarakat kelas pekerja yang sangat bergantung pada bahan bakar murah untuk aktivitas ekonomi sehari-hari. (REUTERS/Karen Toro)

Sebagai respons, Presiden Daniel Noboa mengumumkan keadaan darurat selama 60 hari di tujuh provinsi pekan lalu. Dekrit tersebut menangguhkan kebebasan berkumpul di wilayah terdampak dan memberikan kewenangan kepada aparat keamanan untuk mencegah serta membubarkan pertemuan publik jika dinilai mengancam keselamatan warga. (REUTERS/Karen Toro)

Namun, meskipun ada pembatasan ketat, para demonstran tetap melanjutkan aksi blokade jalan pada Senin. Mereka menantang otoritas pemerintah sekaligus melumpuhkan transportasi di sejumlah provinsi. (Tangkapan Layar Video Reuters/ECUADOREAN POLICE HANDOUT)