Tok! AS Veto Lagi Resolusi DK PBB soal Gencatan Senjata Gaza
Jakarta, CNBC Indonesia - Amerika Serikat (AS) pada hari Kamis (18/9/2025) memveto rancangan resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang menuntut gencatan senjata segera, tanpa syarat, dan permanen di Gaza. Hal ini terjadi saat PBB terus menggemborkan tekanan penuh pada Israel menghentikan sementara serangannya di Gaza untuk pengiriman bantuan ke wilayah Palestina tersebut.
Sebelumnya, rancangan resolusi tersebut, yang disusun oleh 10 anggota terpilih dari 15 anggota dewan, juga menuntut pembebasan segera, bermartabat, dan tanpa syarat semua sandera yang ditawan oleh Hamas dan kelompok-kelompok lainnya.
Rancangan resolusi tersebut menerima 14 suara setuju. Ini adalah keenam kalinya AS mengajukan veto di Dewan Keamanan atas perang hampir dua tahun antara Israel dan militan Palestina, Hamas.
"Kelaparan telah dipastikan terjadi di Gaza - tidak diproyeksikan, tidak dideklarasikan, tetapi dikonfirmasi," ujar Duta Besar Denmark untuk PBB, Christina Markus Lassen, kepada dewan sebelum pemungutan suara, dilansir Reuters.
"Sementara itu, Israel telah memperluas operasi militernya di Kota Gaza, yang semakin memperparah penderitaan warga sipil. Akibatnya, situasi bencana ini, kegagalan kemanusiaan dan kemanusiaan ini, telah memaksa kami untuk bertindak hari ini," ujarnya.
Kota Gaza dan sekitarnya secara resmi menderita kelaparan, dan kemungkinan akan menyebar.
Amerika Serikat secara tradisional melindungi sekutunya, Israel, di Perserikatan Bangsa-Bangsa. Namun, dalam sebuah langkah langka pekan lalu, Amerika Serikat mendukung pernyataan Dewan Keamanan yang mengecam serangan baru-baru ini terhadap Qatar, meskipun teksnya tidak menyebutkan Israel bertanggung jawab.
Langkah ini mencerminkan tindakan Presiden AS Donald Trump atas serangan yang diperintahkan oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Namun, veto AS pada hari Kamis menunjukkan bahwa hanya seminggu kemudian Washington kembali dengan tegas memberikan perlindungan diplomatik kepada Israel.
"Hamas bertanggung jawab atas dimulainya dan berlanjutnya perang ini. Israel telah menerima usulan persyaratan yang akan mengakhiri perang, tetapi Hamas terus menolaknya. Perang ini bisa berakhir hari ini jika Hamas membebaskan para sandera dan meletakkan senjatanya," ujar diplomat AS Morgan Ortagus kepada dewan sebelum pemungutan suara.
Israel tidak senang dengan pernyataan Dewan Keamanan mengenai serangan terhadap Qatar, Duta Besar Israel untuk PBB Danny Danon mengatakan kepada para wartawan pada Kamis.
Danon mengatakan bahwa setelah Netanyahu berpidato di pertemuan tahunan Majelis Umum PBB para pemimpin dunia minggu depan, perdana menteri akan pergi ke Washington untuk bertemu dengan Trump pada tanggal 29 September. Netanyahu mengatakan awal bulan ini bahwa ia telah diundang oleh Trump untuk mengunjungi Gedung Putih.
Dewan Keamanan PBB juga dijadwalkan mengadakan pertemuan tingkat tinggi mengenai Gaza pada hari Selasa sementara para pemimpin dunia berada di New York.
Serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober 2023 memicu perang di Gaza. Hamas menewaskan 1.200 orang, sebagian besar warga sipil, dan sekitar 251 orang disandera, menurut penghitungan Israel. Lebih dari 64.000 orang, yang sebagian besar juga warga sipil, telah tewas selama perang di Gaza, menurut otoritas kesehatan setempat.
"Namun, saya pikir, secara keseluruhan, tingkat kerja sama dengan AS begitu tinggi sehingga kami merasa nyaman dengan hal itu."
(tps/luc)