Dua Kapal Tenggelam Misterius! Ratusan Tewas & Puluhan Orang Hilang
Jakarta, CNBC Indonesia — Dua kecelakaan kapal terpisah yang terjadi pekan ini di Republik Demokratik Kongo (DRC) menewaskan sedikitnya 193 orang dan meninggalkan puluhan lainnya hilang. Peristiwa nahas ini terjadi di Provinsi Equateur, wilayah barat laut negara tersebut, pada Rabu (10/9) dan Kamis (11/9).
Mengutip Aljazeera, Minggu (14/9/2025), Kementerian Urusan Kemanusiaan DRC melaporkan, kecelakaan pertama terjadi pada Kamis malam di Sungai Kongo, tepatnya di wilayah Lukolela. Sebuah kapal kayu berpenumpang hampir 500 orang terbakar lalu terbalik, menewaskan 107 orang. Sebanyak 209 orang berhasil diselamatkan, namun 146 lainnya masih dilaporkan hilang.
Sehari sebelumnya, sebuah kapal bermotor juga terbalik di wilayah Basankusu, menewaskan sedikitnya 86 orang. Media pemerintah menyebut sebagian besar korban merupakan pelajar.
Adapun belum ada penjelasan resmi terkait penyebab kecelakaan beruntun tersebut. Namun, laporan media pemerintah mengaitkan insiden Rabu dengan praktik kelebihan muatan dan navigasi malam hari. Foto-foto dari lokasi memperlihatkan warga berkerumun sambil menangisi jenazah korban di tepi sungai.
Sementara itu, kelompok masyarakat sipil setempat menuding pemerintah lalai dan menyebut jumlah korban sebenarnya lebih tinggi dari data resmi.
Operasi Pencarian Terbatas
Upaya pencarian korban dilakukan oleh personel angkatan laut bersama relawan warga sekitar. Pemerintah setempat berjanji memberikan perawatan medis bagi korban luka, santunan bagi keluarga korban jiwa, serta memulangkan para penyintas ke daerah asal maupun tujuan perjalanan.
Namun, operasi evakuasi kerap terhambat. Lokasi yang terpencil, sumber daya terbatas, serta minimnya peralatan keselamatan membuat banyak tubuh korban sulit ditemukan.
Sebagai informasi, transportasi sungai menjadi nadi utama mobilitas masyarakat di DRC, terutama di wilayah hutan hujan yang sulit dijangkau jalan darat. Kapal kayu tua yang sering digunakan warga relatif murah, namun rawan kecelakaan.
Hampir semua kapal di sana beroperasi dengan kondisi minim keselamatan: jaket pelampung sangat langka, kapal kelebihan muatan, hingga kebiasaan berlayar malam hari yang membuat operasi penyelamatan semakin sulit ketika kecelakaan terjadi. Kecelakaan kapal semacam ini bukan pertama kali terjadi di DRC.
(mkh/mkh)