RI Bakal Nambah Impor 1,4 Juta KL BBM, Dipasok dari Perusahaan AS

Firda Dwi Muliawati, CNBC Indonesia
12 September 2025 21:25
Foto : REUTERS/Lucas Jackson/
Foto: REUTERS/Lucas Jackson/

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebut badan usaha penyedia Bahan Bakar Minyak (BBM) diperkirakan membutuhkan tambahan impor BBM sebesar 1,4 juta kilo liter (kl) hingga akhir 2025.

Jumlah tersebut terhitung dari proyeksi kebutuhan BBM, baik PT Pertamina (Persero) maupun badan usaha swasta penyedia BBM dalam negeri, seperti Shell Indonesia, BP-AKR, maupun Vivo Energy. Hal ini menyusul semakin menipisnya stok BBM, khususnya pada SPBU swasta beberapa pekan terakhir ini.

Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung menyebut, kebutuhan tambahan impor BBM tersebut kemungkinan akan dipasok salah satunya dari perusahaan asal Amerika Serikat (AS). Hal ini sejalan dengan komitmen Indonesia atas kebijakan neraca dagang dengan Pemerintah Amerika Serikat.

"Ini impor dalam pemenuhan komitmen trade balance kita dengan Amerika. Jadi ini ya kita juga, karena bukan saja ini keinginan pemerintah, tetapi ada komitmen kita juga dengan pihak lain," ungkapnya saat ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (12/9/2025).

Dia menyebut, impor BBM ini tidak mesti diambil dari kilang minyak di Amerika Serikat, namun bisa dibeli dari perusahaan Amerika Serikat. Meskipun perusahaan AS tersebut tidak mengambil dari kilang minyak di AS, melainkan dari negara lain, itu tetap bisa dilakukan.

Yang jelas, pembelian BBM dari perusahaan AS menurutnya sudah terhitung sebagai komitmen Indonesia atas perbaikan neraca dagang dengan AS.

"Ini kan ada berapa perusahaan AS kan, itu tinggal kesepakatan kita perusahaan AS yang melakukan pengadaan harus, ya misalnya ExxonMobil, itu kan ini kan perusahaan AS. Ya kemudian Chevron, itu kan merupakan AS. Jadi dari manapun mereka melakukan pengadaan, itu terserah. Tetapi ini dicatatkan sebagai trade balance kita dengan Amerika," jelasnya.

Meski begitu, Yuliot mengungkapkan belum ada detail berapa kebutuhan tambahan impor per badan usaha, namun pihaknya mendorong setiap badan usaha untuk memberikan data kebutuhan tambahan impor untuk bisa dieksekusi.

"Jadi untuk kebutuhan yang disampaikan data sementara 1,4 juta kl. Jadi, dari ini kan berapa porsi Pertamina, berapa porsi badan usaha. Ini data-datanya itu kita minta detailkan," imbuhnya.

Sebagaimana diketahui, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump meminta Indonesia untuk membuka keran impor energi lebih besar sebagai bagian dari negosiasi tarif.

Dalam pernyataannya, Trump menegaskan bahwa kebijakan ini merupakan bagian dari kesepakatan dagang baru yang lebih luas.

"Mereka akan membayar 19% (tarif impor) dan kami tidak akan membayar apapun kami kini memiliki akses penuh ke Indonesia, dan beberapa kesepakatan energi besar akan diumumkan," ujar Trump, Selasa (15/7/2025), seperti dikutip dari Reuters.

Sebagai imbal balik, Indonesia berkomitmen mengimpor produk energi AS senilai US$ 15 miliar atau setara Rp 244 triliun (kurs Rp16.290/US$). Paket ini mencakup peningkatan impor minyak mentah, Liquefied Petroleum Gas (LPG), serta Bahan Bakar Minyak (BBM).

Data impor BBM RI

Indonesia tercatat telah mengimpor produk hasil minyak senilai US$ 21,6 miliar atau Rp 352,38 triliun sepanjang tahun 2024. Namun demikian, dari total impor tersebut, kontribusi hasil minyak yang berasal dari Amerika Serikat (AS) hanya seuprit.

Berdasarkan data Dewan Ekonomi Nasional (DEN), impor hasil minyak dari AS hanya sebesar US$ 19 juta atau sekitar 0,1% dari total impor Indonesia. Hal ini menunjukkan kontribusi yang sangat kecil dalam pasokan energi domestik.

Adapun Singapura menjadi negara asal impor terbesar dengan nilai mencapai US$ 11,40 miliar atau 53% dari total impor BBM RI. Diikuti oleh Malaysia dengan US$ 4,52 miliar atau 21%.

Kemudian, China sebesar US$ 1,04 miliar atau 5%, Arab Saudi sebesar US$ 0,83 miliar atau 4%, India sebesar US$ 0,73 miliar atau 3%.

Selanjutnya, ada Korea Selatan sebesar US$ 0,72 miliar atau 3%, dan Negara lainnya sebesar US$ 2,31 miliar atau 11%.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article SPBU Swasta Bisa Beli BBM dari Pertamina, Speknya Sama? Ini Kata ESDM

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular