
Airlangga & Purbaya Mau Duduk Bareng Bahas Suntikan Rp 200 T ke Bank

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto akan membahas realisasi APBN 2025 bersama dengan Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa pada Siang ini, Jumat (12/9/2025). Termasuk soal rencana penempatan Rp 200 triliun dana nganggur pemerintah di Bank Indonesia ke enam bank dalam negeri.
"Ya itu nanti dibahas dengan pak menteri keuangan. Hari ini juga ada pembahasan, minggu depan juga ada pembahasan," kata Airlangga saat ditemui di kantornya, Jakarta, Jumat (12/9/2025).
Pembahasan juga akan terkait dengan postur Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2026.
Airlangga mengatakan, secara keseluruhan, upaya pemerintah untuk ekspansi likuditas akan sangat bermanfaat bagi perekonomian. "Menambah likuidasi di pasar selalu baik," tegasnya.
Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa sebelumnya telah memastikan kebijakan memindahkan uang nganggur pemerintah di Bank Indonesia senilai Rp 200 triliun untuk tahap pertama akan membuat laju pertumbuhan kredit kian cepat ke depannya.
Kebijakan itu ia akan terapkan mulai Jumat (12/9/2025) dengan menyalurkan uang dari Saldo Anggaran Lebih (SAL) dan Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) pemerintah di BI ke enam bank, yakni empat bank Himbara dan dua bank syariah.
Ia menegaskan, kebijakan itu akan membuat likuditas perekonomian Indonesia kembali tebal, karena uang primer atau M0 akan semakin kencang pertumbuhannya.
Purbaya meyakini, kebijakan itu akan menggerakkan ekonomi cepat dan menepis anggapan miring bahwa kebijakan itu tak akan mendorong geliat permintaan kredit atau pembiayaan karena dari sisi permintaannya yang lesu.
"Jadi orang pernah bilang juga seperti itu bahwa kredit enggak akan naik kalau ekonominya enggak maju, gitu kan? Sudah pernah kita balik, kita kasih uang banyak, kredit tumbuh juga," ucap Purbaya seusai rapat kerja dengan Komisi XI DPR, Kamis malam (11/9/2025).
"Kenapa? Ketika bank-bank itu punya uang lebih, ada cost of capital nya, kan? Kalau ditaruh di brankas, rugi dia. Misalnya enggak ditaruh di BI lagi ya, rugi dia kan? Dia akan terpaksa menyalurkan dalam bentuk kredit," tegasnya.
Sebagaimana diketahui, pertumbuhan kredit perbankan tanah air tengah melemah dari waktu ke waktu. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, kredit perbankan pada Juli hanya tumbuh 7,03% secara tahunan (yoy), melambat dari bulan sebelumnya 7,77% yoy, dengan nilai outstanding Rp 8.043,2 triliun.
Karena pertumbuhan kredit atau pembiayaannya lema otomatis aktivitas ekonomi tak mampu tumbuh lebih cepat. Oleh sebab itu, Purbaya menekankan, guyuran dana segar itu akan membuat bank ke depan semakin gencar menyalurkan pembiayaan ke berbagai lini usaha karena likuditas perekonomian melimpah.
"Jadi dengan cara itu, hampir pasti uang akan nyebar di sistem ekonomi dan ekonomi akan tumbuh lebih cepat. Kredit pasti akan tumbuh lebih cepat dari yang sekarang," tegas Purbaya.
Ia pun mengaku sudah meminta perbankan untuk tidak menggunakan guyuran likuiditas itu untuk membeli surat berharga, seperti SBN ataupun SRBI. "Kita sudah bicara dengan pihak bank, janganlah beli SRBI atau SBN," ucap Purbaya.
(arj/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kaisar Jepang Beri Penghargaan Bintang Tanda Jasa ke Menko Airlangga