
Apakah Demo RI-Nepal Bisa Buat 'Asian Spring' seperti 'Arab Spring'?

Jakarta, CNBC Indonesia - Protes besar terjadi di Nepal. Anak muda, para Generasi Z di Nepal turun ke jalan-jalan di seluruh negara Himalaya itu, bentrok dengan polisi, dan memaksa perdana menteri untuk mengundurkan diri.
Banyak media asing dengan cepat membandingkan kejadian ini dengan gelombang protes pro-demokrasi sebelumnya di dunia Arab. Apakah ini Asian Spring?
Seperti di Nepal, pola kerusuhan serupa juga muncul di seluruh Asia dalam beberapa waktu terakhir. Sebelum Nepal, demonstrasi terjadi di Indonesia, Bangladesh, dan Sri Lanka, yang juga menarik perhatian global.
Sementara Pakistan dan Thailand juga mengalami agitasi besar dalam beberapa tahun terakhir. Seperti Arab Spring, demonstrasi di negara-negara ini didorong oleh ketidaksetaraan, kegagalan tata kelola, dan otoritarianisme, dengan kaum muda sebagai garda terdepan.
Media sosial, seperti halnya dalam Arab Spring, memainkan peran penting dalam agitasi di Asia. Dalam kasus Nepal, para demonstran Gen Z sendiri, yang sangat mengakar di platform daring, mendorong momentum untuk membentuk pemerintahan baru di mana larangan terhadap aplikasi media sosial lah yang bertindak sebagai pemicu protes di Nepal.
Arab Spring menjadi Asian Spring?
Arab Spring dimulai di Tunisia. Pemicunya adalah aksi bakar diri yang dilakukan oleh pedagang kaki lima Mohamed Bouazizi sebagai protes terhadap korupsi polisi dan kesulitan ekonomi.
Mobilisasi akar rumput, yang didorong terutama oleh Facebook (Meta). Ini segera mengubah tindakannya menjadi gerakan melawan rezim otoriter di sebagian wilayah dua benua.
Meskipun dipicu oleh penyebab yang berbeda tetapi saling tumpang tindih, protes dengan cepat menyebar ke sebagian besar dunia Arab di Afrika dan Asia Barat. Hal ini membawa perubahan rezim di beberapa negara namun di sisi lain menjerumuskan negara lain ke dalam konflik berkepanjangan.
Negara-negara yang paling terkena dampak bukan hanya Tunisia, tapi juga Mesir, Libya, Yaman, Suriah, dan Bahrain. Namun, demonstrasi pecah di seluruh Asia Barat, banyak di antaranya ditindas secara paksa oleh pemerintah otoriter dan monarki.
"Keluhan utama massa adalah: korupsi, penguasa yang mengakar, penindasan terhadap perbedaan pendapat, dan otoritarianisme," tulis India Today, dikutip Kamis (12/9/2025).
Meskipun demikian, muat laman itu, latar belakang politiknya mungkin bervariasi, isu-isu yang memicu perbedaan pendapat selama Arab Spring mirip dengan apa yang memicu kerusuhan di negara-negara Asia saat ini. Mulai dari Nepal, Indonesia, Bangladesh, Sri Lanka, Thailand, dan Pakistan.
Tapi tentu ada pembeda. Karena di Arab, AS mendominasi sementara di Asia, pemain asing lebih kompleks tak hanya Washington tapi juga China.
"Perlu juga dicatat bahwa sementara Arab Spring melihat protes terjadi dalam suksesi yang cepat, hal itu tidak sama dengan agitasi di Asia," tambahnya.
"Di dunia Arab, banyak dari perubahan rezim tampaknya dipengaruhi oleh Amerika Serikat, yang telah lama campur tangan di Timur Tengah untuk melayani kepentingannya sendiri. Namun, di Asia, baik Amerika Serikat maupun China dan kepentingan mereka yang saling berbenturan yang dikatakan telah membentuk gerakan dan hasilnya," jelasnya.
(tps/tps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kronologi Demo Chaos Nepal: Bendera One Piece, Rumah PM-Menkeu Dibakar
