Internasional

Mengenal "Nepo Baby & Nepo Kids" yang Jadi Sebab Demo Chaos Nepal

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
Kamis, 11/09/2025 14:05 WIB
Foto: REUTERS/Navesh Chitrakar

Jakarta, CNBC Indonesia - Gelombang demonstrasi besar yang melanda jalan-jalan Kathmandu di Nepal sejak Senin. Para pemuda, aktivis, dan warga biasa turun ke jalan, menyuarakan kemarahan terhadap korupsi yang merajalela, tata kelola pemerintahan yang buruk, dan sistem yang dirasa hanya menguntungkan segelintir elite politik.

Di tengah lautan spanduk dan slogan-slogan perubahan, salah satu sasaran utama kemarahan para pendemo adalah praktik nepotisme yang terang-terangan. Para pendemo menargetkan anak-anak dan kerabat pejabat tinggi yang seolah mendapatkan karpet merah menuju posisi strategis dan kekuasaan.

Kekecewaan ini sering kali terfokus pada bagaimana anak-anak para pemimpin partai besar atau perdana menteri (PM) dengan mudahnya menapaki karier politik atau mendapatkan posisi penting tanpa melalui proses yang adil. Publik memandang sinis bagaimana para keturunan elite politik ini, seperti yang sering dikaitkan dengan dinasti politik berpengaruh di negara tersebut, seolah mewarisi kekuasaan layaknya takhta kerajaan.


Sentimen inilah yang menjadi lahan subur bagi relevansi istilah global yang dikenal sebagai "nepo baby" dan "nepo kids". Lalu apakah nepo baby dan nepo kids?

Istilah nepo baby sendiri pertama kali menjadi viral di industri hiburan. Mengutip New York Times, sebutan ini awalnya digunakan untuk menyindir anak-anak dari aktor atau musisi terkenal yang kariernya melesat berkat koneksi orang tua mereka.

Konsep ini kemudian meluas menjadi nepo kids, sebuah label yang lebih umum untuk merujuk pada anak-anak dari tokoh berpengaruh di berbagai bidang. Ini pun termasuk politik dan bisnis.

Inti dari label ini adalah persepsi bahwa kesuksesan yang diraih bukanlah buah dari kerja keras murni, melainkan sebuah privilese yang diwariskan sejak lahir. Hal itu membuat mereka seakan memulai perlombaan jauh di depan garis start.

Dalam panggung politik Nepal, fenomena nepo kids ini terasa sangat nyata. Praktik di mana para pemimpin senior partai politik memberikan tiket pemilu atau menunjuk anggota keluarga mereka untuk jabatan penting telah menjadi rahasia umum.

Hal ini memicu frustrasi yang mendalam di kalangan generasi muda Nepal yang berbakat dan berpendidikan namun merasa pintu kesempatan tertutup bagi mereka. Mereka melihat bagaimana sistem lebih menghargai nama keluarga daripada kompetensi, menciptakan sebuah siklus kekuasaan yang sulit ditembus oleh orang biasa dan hanya melanggengkan dinasti politik yang sama dari generasi ke generasi.

Di sisi lain, banyak juga dari mereka yang nampak berfoya-foya di atas penderitaan masyarakat. Gaya hidup mewah ini sering dipamerkan di media sosial mereka.

"(Generasi Z) menuntut akuntabilitas dan investigasi yang adil atas korupsi ini, gaya hidup mewah ini, semua anak politisi yang korup ini," kata seorang pendemo bernama Shree Gurung kepada CNN International.

Sementara itu, kondisi di Nepal masih terus memanas. PM KP Sharma Oli dan Presiden Ram Chandra Poudel dikabarkan telah mengundurkan diri setelah kediaman mereka dibakar.

Istri dari mantan PM Jhalanath Khanal, tewas setelah rumahnya dibakar massa. Sementara itu, para menteri dilaporkan juga menjadi korban kekerasan massa, di mana Menteri Keuangan dikejar dan ditelanjangi sedangkan Menteri Luar Negeri dipukuli.

Beberapa pejabat lainnya bahkan harus dievakuasi menggunakan helikopter untuk menghindari amukan massa yang semakin memanas. Saat ini total 22 orang tewas dan negara itu dikuasai sementara oleh militer.


(tps/șef)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Pemerintah Korup, Gen Z Bergerak Tumbangkan PM Nepal