Freeport Didorong IPO di Indonesia, Ternyata Ini Alasannya
Jakarta, CNBC Indonesia - Komisaris Utama Holding BUMN Industri Pertambangan MIND ID Fuad Bawazier mendorong agar PT Freeport Indonesia (PTFI) dapat segera melantai di bursa saham Indonesia melalui skema penawaran umum saham perdana atau Initial Public Offering (IPO).
Dia menilai, aksi korporasi tersebut cukup penting, terlebih mayoritas saham PTFI saat ini telah dimiliki oleh Pemerintah Indonesia melalui MIND ID. Di samping itu, IPO PTFI juga dinilai akan membuat pasar modal Indonesia semakin bergairah.
"Karena satu, untuk memperkuat pasar modal kita. Pasar modal kan jadi kuat kan? Kan gengsi juga pasar modal kita jadi lebih bergengsi pasar modal kan," ungkapnya dalam acara Cuap Cuap Cuan CNBC Indonesia, dikutip Selasa (9/9/2025).
Fuad menilai PTFI merupakan perusahaan tambang kelas dunia dengan kinerja pertambangan yang luar biasa. IPO PTFI sendiri akan memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk turut memiliki perusahaan tambang kelas dunia tersebut.
Oleh sebab itu, ia pun berharap supaya perpanjangan Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) PTFI bisa dilakukan selepas 2041. Mengingat, investasi di sektor tambang merupakan usaha jangka panjang.
"Mungkin juga Danantara nanti bisa dapet duit. Kalau mau ini kan. Apalagi nanti kalau mau dapet tambah saham 10% lagi. Makanya harus diperpanjang," kata dia.
Seperti diketahui, pada 2018 lalu Indonesia resmi menjadi pemegang saham mayoritas PT Freeport Indonesia sebesar 51,23% melalui Holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Pertambangan MIND ID atau sebelumnya atas nama PT Inalum (Persero).
Adapun nilai akuisisi untuk menjadi pemegang saham mayoritas Freeport ini mencapai US$ 3,85 miliar atau setara Rp 55,8 triliun saat itu. Akuisisi ini menandai peningkatan kepemilikan Indonesia di PTFI dari semula hanya 9,36% menjadi 51,23%.
Cadangan dan Smelter Freeport
PT Freeport Indonesia (PTFI) menyimpan cadangan tembaga dan emas yang berlimpah dari tambang bawah tanah. Tercatat, untuk cadangan tembaga mencapai 29 miliar pound dan 24 juta ons emas hingga tahun 2041.
Tak cuma sampai situ, berdasarkan data sumber daya, bijih konsentrat yang ada di area eksplorasi Freeport itu mencapai sekitar 48 miliar pound tembaga dan 58 juta ons emas.
Vice President Underground Engineering Freeport Indonesia Anton Priatna sempat menyampaikan, produksi bijih konsentrat perusahaan mengandalkan tambang bawah tanah. Di antara tambang bawah tanah itu adalah Grasberg Block Cave (GBC), Big Gossan, Deep Ore Zon (DOZ) dan juga Deep Mill Level Zone (DMLZ).
Adapun lewat tambang itu, produksi bijih konsentrat yang dihasilkan Freeport Indonesia bisa mencapai 220-230 ribu ton per hari. Kelak, produksi akan bertambah dengan beroperasinya tambang bawah tanah Kucing Liar di tahun 2028.
PTFI kini juga memiliki dua operasi fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) tembaga di Gresik, Jawa Timur. Serta, memiliki fasilitas pemurnian emas melalui Precious Metal Refinery (PMR) yang berada di area di smelter kedua PTFI di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Java Integrated Industrial and Ports Estate (JIIPE), Gresik, Jawa Timur.
Mengutip data PTFI, investasi kumulatif untuk proyek smelter PTFI di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Java Integrated Industrial and Ports Estate (JIIPE), Gresik, tersebut mencapai Rp 58 triliun atau sekitar US$ 3,67 miliar.
Proyek ini merupakan pemenuhan komitmen PTFI terhadap Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) yang diterbitkan pada tahun 2018.
Proyek smelter dengan desain single line terbesar di dunia ini memiliki kapasitas pengolahan 1,7 juta ton konsentrat tembaga per tahun dan memproduksi sekitar 600.000-700.000 katoda tembaga per tahun.
Bersama dengan smelter pertamanya yang dikelola PT Smelting Gresik, kedua smelter milik PT Freeport Indonesia ini akan memurnikan total 3 juta ton konsentrat tembaga per tahun, dan menghasilkan 1 juta ton katoda tembaga, 50 ton emas, dan 200 ton perak.
(wia)