Keras! Direktur BMKG Sentil "Peramal" Gempa, Blak-blakan Bilang Begini
Jakarta, CNBC Indonesia - Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Daryono memperingatkan pihak-pihak yang maju dan mengeluarkan ramalan gempa di Indonesia. Belum lagi, tukas dia, "para peramal" itu sering menganggap ramalannya teppat.
Padahal, tukas dia, kalau pun ada kejadian gempa, memang karena sumbernya di Indonesia banyak. Bulan Agustus 2025 saja, Daryono mencatat ada 4.071 kejadian gempa di Indonesia.
Dari data yang diunggah Daryono di akun media sosial X resmi miliknya, ada 21 kali kejadian gempa berkekuatan lebih dari M5,0. Sementara yang berkekuatan kurang dari M5,0 ada 4.050 kejadian.
Sementara itu, ada 90 kali kejadian gempa yang dirasakan. Dan gempa merusak tercatat terjadi 3 kali. Yaitu, Gempa Sarmi berkekuatan M6,3 pada tanggal 12 Agustus 2025, Gempa Poso berkekuatan M5,8 tanggal 17 Agustus 2025, dan Gempa Karawang berkekuatan M4,7 tanggal 20 Agustus 2025.
Secara berturut-turut sejak bulan Januari hingga Juli 2025, kejadian gempa di Indonesia tercatat lebih dari seribuan kali. Yakni 2.441 kejadian, 2.530 kejadian, 3.567 kejadian, 4.272 kejadian, 4.340 kejadian, 3.308 kejadian, dan 3.375 kejadian.
"Meramal gempa di Indonesia ibarat berburu di kebun binatang, karena saking banyaknya sumber gempa dan kejadian gempanya yang sangat banyak. Sebagai contoh pada bulan Agustus 2024 di Indonesia terjadi gempa sebanyak 4.071 kali, artinya dalam sehari terjadi gempa sebanyak 131 kali," kata Daryono kepada CNBC Indonesia, Senin (8/9/2025).
"Tidak usah diramalpun gempa akan terjadi. Maka bagi para peramal sebaiknya mencoba memprediksi gempa besar yang kekuatannya M6, M7, M8 dan M9. Janganlah memprediksi gempa-gempa kecil, karena tanpa diramalpun akan terjadi," tukasnya.
Lebih lanjut dalam unggahan di akun media sosial X-nya, Daryono mengingatkan, jika memang gempa dapat diramal atau diprediksi, sambung dia, tentu para pakar gempa di dunia sudah akan membuat tabel proyeksi gempa, di mana saja gempa akan terjadi.
"Kenyataannya kan belum ada mereka lakukan? Apakah peramal kita lebih pintar dari mereka yang fokus mendalami ilmu gempa selama puluhan tahun," ujar Daryono.
"Mereka yang menguasai ilmu gempa justru akan sangat berhati hati dan tidak berani melakukan prediksi gempa di hadapan publik. Tetapi mereka yang tidak paham ilmu gempa malah sangat berani dan suka bicara tentang prediksi gempa," tulisnya.
Imbauan BMKG Saat Gempa Terjadi
Seperti diketahui, BMKG sebelumnya pernah mengingatkan potensi kejadian gempa dahsyat, megathrust. Di mana ada 3 segmen megathrust di Indonesia yang sudah ratusan tahun tidak mengeluarkan energi, sehingga patut jadi perhatian kewaspadaan. Yaitu, Megathrust Selat Sunda dan Megathrust Mentawai-Siberut.
Ditegaskan, tidak dapat diprediksi kapan kejadian megathrust melanda Indonesia.
BMKG hanya meminta masyarakat bersiap menghadapi efek dari megathrust.
"Sebetulnya isu megathrust itu bukan isu yang baru. Itu isu yg sudah sangat lama. Tapi kenapa BMKG dan beberapa pakar mengingatkan? Tujuannya adalah untuk 'ayo, tidak hanya ngomong aja, segera mitigasi (tindakan mengurangi dampak bencana)," ujar Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, dikutip Sabtu (6/9/2025).
BMKG sendiri sudah melakukan langkah mitigasi dengan menempatkan sensor peringatan, edukasi ke masyarakat, mengecek secara berkala sistem peringatan dini yang sudah dihibahkan ke pemerintah daerah, hingga melakukan simulasi terhadap warga yang berada di zona buta atau blind zone.
Secara terminologi, blind zone adalah wilayah di sekitar titik gempa bumi yang tidak sempat menerima peringatan dini. Ini disebabkan karena gelombang gempa sudah lebih dulu sampai alias bergerak sangat cepat sebelum sistem mengirimkan peringatan.
"Kalau terlalu dekat dengan pusat gempa, waktu itu tidak cukup untuk menghindari guncangan," ujar BMKG.
Atas dasar ini, BMKG meminta masyarakat jangan menunggu peringatan. Jika terasa guncangan kuat, maka lakukan DROP-COVER-HOLD ON untuk melindungi diri.
Sesuai namanya, DROP berarti merunduk supaya tidak jatuh akibat goyangan kuat. Lalu, COVER berarti melindungi kepala dan leher sembari mencari perlindungan di bawah meja atau benda kokoh agar terhindari dari benda jatuh. Sementara HOLD ON berarti memegang erat penyangga atau meja tempat berlindung agar tetap aman.
"Dengan menerapkan langkah ini, kita bisa melindungi diri dari bahaya paling umum saat gempa, yaitu tertimpa, terjatuh, atau terbentur benda. Keselamatan bisa kita upayakan. Jadi, biasakan diri untuk selalu ingat Drop, Cover, and Hold setiap kali terjadi gempa," tulis BMKG.
Meski blind zone tak dapat dihindari, BMKG sudah berupaya semaksimal mungkin membangun sistem peringatan dini gempa bumi, lewat INA-EEWS. Sistem ini mengintegrasikan 222 sensor sehingga bisa memberikan informasi potensi gempa 20 detik sebelum guncangan tiba.
Dengan demikian, masyarakat bisa menerapkan langkah pertama penyelamatan diri. BMKG sendiri sudah menguji coba sistem ini di 4 provinsi pada 14 Agustus 2025 lalu dan diharapkan bisa memberikan respon baik dan akurat mengenai tingkat guncangan.
(dce/dce)