Proyek Gas Abadi Rp 342 T Jalan, Serapan Tenaga Kerja Besar-besaran
Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) membeberkan proyek gas Lapangan Abadi, Blok Masela di Maluku bisa menyerap tenaga kerja besar-besaran.
Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung menyebut, proyek gas dengan investasi sekitar US$ 20,94 miliar atau setara Rp 342,56 triliun (asumsi kurs Rp 16.359 per US$) tersebut bisa menyerap hingga 12.611 tenaga kerja pada fase pengembangan. Sedangkan pada fase operasi, tenaga kerja yang akan terserap mencapai 850 orang.
Targetnya, proses keputusan investasi final (Final Investment Decision/FID) proyek tersebut akan ditandatangani pada awal 2026 mendatang. Pemerintah pun menargetkan proyek gaś Lapangan Abadi ini bisa beroperasi pada 2029 mendatang.
"Multiplier effect yang kita harapkan bisa benar-benar terwujud dan masyarakat di sekitar proyek merasakan langsung dampak positif keberadaan proyek ini," jelas Yuliot dalam acara Peresmian Fase FEED Proyek LNG Abadi, di Jakarta, Kamis (28/8/2025).
Dia menyebut, proyek ini akan menerapkan teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon atau Carbon Capture Storage (CCS).
"Untuk menunjukkan bahwa Indonesia dapat mengembangkan potensi sumber daya alam sambil tetap berpegang teguh kepada prinsip-prinsip good governance dan juga bertanggung jawab terhadap lingkungan dan mencapai target net zero emission," imbuhnya.
Proyek tersebut juga diberikan kemudahan dari pemerintah berupa dukungan fleksibilitas dalam pengadaan dan percepatan perizinan fase FEED dan Engineering, Procurement, and Construction (EPC).
"Kalau memang ada peralatan-peralatan yang dari luar negeri, itu juga ini bisa dikombinasikan dalam pelaksanaannya," tambahnya.
Pihaknya juga berharap seluruh perizinan pada proyek gas raksasa tersebut bisa dilaksanakan dalam waktu dekat sehingga saat proyek sudah berjalan, seluruh perizinan sudah rampung.
"Gas bumi ini diharapkan dapat berkontribusi untuk mengurangi ketergantungan impor sekaligus meningkatkan daya saing industri di dalam negeri," tandasnya.
Di sisi lain, President and CEO Inpex Corporation Takayuki Ueda menyampaikan, proyek tersebut diperhitungkan bisa menyumbang Pendapatan Domestik Bruto (PDB) bagi Indonesia mencapai US$ 150 miliar setara Rp 2.454 triliun. Selain itu, penciptaan lapangan kerja terhitung mencapai 70.000 orang dalam 30 tahun.
"Ini juga akan menjadi proyek energi pertama di Indonesia yang menerapkan penangkapan dan penyimpanan karbon, yang disebut CCS, sejak awal produksi," katanya dalam kesempatan yang sama.
Fase mulainya FEED Masela dilakukan dengan mengoptimalkan desain, mengurangi risiko teknis dan pelaksanaan, serta meningkatkan kepastian biaya dan jadwal.
"Berkat kontraktor-kontraktor kelas dunia untuk FEED, saya rasa kami sangat berharap FEED yang akurat dan canggih secara teknis sangat penting untuk fase EPC berkualitas tinggi," tambahnya.
Tahap pertama yang akan dilakukan oleh pihaknya dengan percepatan tanda tangan perjanjian pokok (heads of agreement/HOA) yang tidak mengikat dengan banyak calon pelanggan. Pihaknya juga akan meningkatkan perjanjian-perjanjian yang ada menjadi kontrak jangka panjang yang mengikat, termasuk volume dan harga, sesegera mungkin.
Kedua, pihaknya juga akan mempercepat pengaturan pembiayaan dengan berbagai lembaga keuangan, termasuk JBIC, lembaga publik Jepang, dan bank internasional lainnya, untuk mengamankan pembiayaan yang kompetitif.
"Sejauh ini, kami telah menerima indikasi positif dari banyak lembaga keuangan dan bankir. Namun, kami juga akan melanjutkan upaya kami karena mendapatkan pembiayaan yang kompetitif merupakan faktor kunci keberhasilan proyek Abadi," imbuhnya.
Terakhir, pihaknya akan memperkuat keterlibatan dengan masyarakat setempat. Ueda optimis, pihaknya bisa mendapatkan dukungan dari masyarakat setempat untuk keberhasilan proyek Abadi Masela.
Blok Masela
Inpex Masela Ltd merupakan pemegang hak partisipasi (Participating Interest/ PI) terbesar di Blok Masela yakni mencapai 65%.
Sebelumnya, Inpex ditemani oleh Shell Upstream Overseas Services dengan saham 35%. Namun sayangnya, Shell memutuskan hengkang dari proyek gas abadi yang berlokasi di Maluku itu.
Adapun 35% saham Shell tersebut sejak Juli 2023 lalu telah diambil oleh PT Pertamina Hulu Energi melalui anak usahanya PT Pertamina Hulu Energi Masela (PHE Masela) sebesar 20% dan Petronas 15%.
Perjanjian jual beli hak partisipasi dari Shell ke Pertamina dan Petronas ini ditandatangani pada 25 Juli 2023 dan persetujuan Menteri ESDM atas pengalihan PI diperoleh pada 4 Oktober 2023.
Lapangan Abadi di Blok Masela adalah lapangan gas laut dalam dengan cadangan gas terbesar di Indonesia yang terletak sekitar 160 kilometer lepas pantai Pulau Yamdena di Laut Arafura dengan kedalaman laut 400-800 meter. Adapun potensi gas dari Lapangan Abadi ini diperkirakan 6,97 triliun kaki kubik (TCF) gas.
Setelah kontrak bagi hasil ditandatangani pada 1998, akhirnya Inpex menemukan cadangan gas jumbo di Blok Masela ini pada tahun 2000.
Setelah 19 tahun kemudian, baru lah Pemerintah Indonesia memberikan persetujuan atas Rencana Pengembangan atau Plan of Development (PoD) pertama (PoD-I) kepada Inpex untuk memproduksi 9,5 juta ton LNG per tahun (MTPA) dari Kilang LNG Masela, dan memproduksi 150 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) gas pipa, serta 35.000 barel per hari (bph) kondensat.
Konsep pengembangan lapangan green field (lapangan migas baru) yang memiliki kompleksitas tinggi dan risiko besar mencakup pengeboran deep water, fasilitas subsea, FPSO (Floating Production Storage and Offloading), dan onshore LNG plant akan menjadi tantangan sekaligus peluang besar bagi PHE serta mitra-mitranya untuk merealisasikannya.
Blok Masela juga direncanakan akan menghasilkan energi bersih melalui penerapan teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon atau Carbon Capture and Storage (CCS) untuk mendukung program Pemerintah dalam mengurangi emisi karbon dan mendukung sustainability pada era transisi energi.
Penerapan CCS ini pun disetujui Pemerintah Indonesia pada 28 November 2023, melalui Revisi 2 PoD-I. Kemudian, dilanjutkan dengan melakukan tender FEED. Hingga akhirnya, Rabu, 9 April 2025, Inpex meluncurkan FEED OLNG dan Kamis, 28 Agustus 2025 dilakukan peresmian pengerjaan FEED.
Berikut jejak penting Proyek Gas Lapangan Abadi, Blok Masela:
1998: Kontrak bagi hasil (PSC) ditandatangani oleh Inpex
2000: Penemuan cadangan gas jumbo di Blok Masela
2019: Persetujuan Rencana Pengembangan Pertama (PoD-I) oleh Pemerintah Indonesia, untuk memproduksi 9,5 juta ton LNG per tahun, 150 MMSCFD gas bumi, dan 35.000 bph kondensat.
2023: Shell hengkang, Pertamina dan Petronas masuk memegang hak partisipasi masing-masing 20% dan 15%. Kemudian, Revisi 2 POD-I disetujui Pemerintah Indonesia, karena memasukkan fasilitas CCS.
2025: FEED OLNG resmi diluncurkan.
2025 Agustus: Peresmian dimulainya FEED.
(wia)