
Ukraina di Ujung Tanduk, Akui Pasukan Putin Tembus Wilayah Penting Ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Ukraina menghadapi babak baru pertempuran setelah militernya mengakui bahwa pasukan Rusia berhasil menembus wilayah industri timur Dnipropetrovsk dan berusaha membangun pijakan di sana. Langkah tersebut dianggap sebagai salah satu serangan paling signifikan sejak invasi penuh Rusia dimulai.
"Ini adalah serangan pertama dengan skala sebesar ini di wilayah Dnipropetrovsk," ujar Viktor Trehubov dari Kelompok Pasukan Operasional-Strategis Dnipro kepada BBC, dilansir Rabu (27/8/2025).
Ia menegaskan bahwa laju pasukan Rusia berhasil dihentikan, namun ancaman masih berlangsung.
Selama musim panas, Rusia berulang kali mengeklaim telah memasuki kawasan tersebut dalam upayanya memperluas serangan dari wilayah Donetsk. Pada Juni lalu, pejabat Moskow bahkan menyebut serangan besar ke Dnipropetrovsk telah dimulai. Meski demikian, laporan terbaru Ukraina menyebut pasukan Rusia hanya sedikit menembus perbatasan wilayah.
Proyek pemetaan independen Ukraina, DeepState, pada Selasa menilai Rusia telah menduduki dua desa di dalam wilayah Dnipropetrovsk, yakni Zaporizke dan Novohryhorivka. Namun, Staf Umum Angkatan Bersenjata Ukraina membantah hal itu.
"Kami tetap mengendalikan Zaporizke," sebut pernyataan militer, seraya menambahkan bahwa "pertempuran aktif juga masih terjadi di sekitar desa Novohryhorivka."
Berbeda dengan Donetsk dan empat wilayah timur Ukraina lainnya yang secara resmi diklaim sebagai bagian dari Rusia, Moskow tidak menyatakan Dnipropetrovsk sebagai wilayahnya. Namun, kota-kota besar di provinsi tersebut, termasuk ibu kota regional Dnipro, tetap menjadi target serangan.
Sebelum perang, Dnipropetrovsk berpenduduk lebih dari tiga juta orang dan dikenal sebagai pusat industri berat kedua terbesar di Ukraina setelah Donbas.
Meskipun langkah pasukan Rusia lambat dan memakan korban besar, Moskow belakangan mencatat beberapa kemajuan di Donetsk. Awal bulan ini, kelompok infanteri kecil Rusia berhasil menembus sejauh 10 kilometer melampaui garis pertahanan Ukraina dekat Dobropillia, meskipun kemudian serangan itu terhenti.
Upaya Diplomasi
Di tengah dinamika pertempuran, diplomasi internasional menunjukkan tanda-tanda kebuntuan. Presiden Rusia Vladimir Putin dikabarkan menyampaikan kepada Presiden Amerika Serikat Donald Trump dalam pertemuan di Alaska bahwa ia bersedia mengakhiri perang bila Ukraina menyerahkan bagian wilayah Donetsk yang masih dikuasainya. Namun, banyak pihak di Ukraina menilai Putin memiliki rencana lebih besar.
Kolonel Pavlo Palisa, Wakil Kepala Kantor Kepresidenan Ukraina, memperingatkan pada Juni lalu bahwa Kremlin sebenarnya berambisi menduduki seluruh wilayah di sebelah timur Sungai Dnipro.
Sementara itu, Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Kaja Kallas, menyebut usulan menyerahkan wilayah Ukraina sebagai bagian dari kesepakatan damai adalah "jebakan".
"Kita lupa bahwa Rusia tidak pernah membuat satu pun konsesi, dan merekalah agresor di sini," kata Kallas kepada BBC.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Potret Rusia Kirim Pasukan Drone Mematikan ke Ukraina
