Mau Digarap Prabowo, Harta Karun Super Langka Ini Harganya Rp1,8 M/Ton
Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintahan Presiden RI Prabowo Subianto berencana menggarap 'harta karun super langka' berupa Rare Earth Element alias Logam Tanah Jarang (LTJ). Hal ini dapat terlihat ketika kepala negara RI ini membentuk lembaga baru bernama Badan Industri Mineral.
Prabowo mengangkat Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Brian Yuliarto sebagai Kepala Badan Industri Mineral tersebut.
Brian menjelaskan bahwa lembaga baru tersebut nantinya akan bertugas mengelola mineral-mineral strategis yang berkaitan erat dengan industri pertahanan. Mineral strategis yang dimaksud mencakup logam tanah jarang dan mineral penting lainnya.
"Material strategis ini cukup penting untuk kedaulatan bangsa. Juga diharapkan bisa meningkatkan ekonomi kita," ujar Brian Yuliarto saat ditemui di Istana Negara, dikutip Selasa (26/8/2025).
Namun sayangnya, ia belum dapat membeberkan di bawah kementerian mana Badan Industri Mineral akan berada.
Asal tahu saja, Logam tanah jarang sendiri dikenal sebagai mineral strategis yang mempunyai segudang manfaat untuk kebutuhan berbagai teknologi modern. Salah satunya industri pertahanan.
Sehingga tak heran jika harga logam tanah jarang relatif tinggi di pasaran. Mengingat permintaan akan komoditas ini terus mengalami peningkatan secara global.
Lantas Berapa Harga LTJ?
Sepanjang 2025, neodymium menjadi logam tanah jarang dengan kenaikan harga paling signifikan. Dalam dua pekan terakhir, harganya melonjak tajam.
Data Refinitiv mencatat harga komoditas ini berada di kisaran CNY 785.500/ton atau Rp 1,8 miliar pada Jumat (22/8/2025). Dalam sebulan harganya terbang 21% dan dalam setahun melesat 58%. Dari semua komoditas yang diperdagangkan di jabat bumi, lonjakan harga neodymium hanya kalah dengan Rhodium (62%).
Kenaikannya jauh di atas komoditas logam mulia seperti platinum (50%), perak (34%) ataupun emas (28%). Bila dibandingkan nominalnya, harga neodymium sangat jauh di atas. Harga batu bara misalnya berkisar US$111 per ton atau Rp 1,8 juta. Artinya, harga neodymium 1.000 kali lipat batu bara.
Pergerakan harga yang agresif ini menegaskan posisi neodymium sebagai salah satu logam paling strategis dalam rantai pasok global teknologi.
(pgr/pgr)