Investasi Hilirisasi RI Masih Menggeliat Tahun Ini, Ini Buktinya

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
26 August 2025 15:00
Smelter tembaga PT Freeport Indonesia di KEK JIIPE, Gresik, Jawa Timur. (Doc PT Freeport Indonesia)
Foto: Smelter tembaga PT Freeport Indonesia di KEK JIIPE, Gresik, Jawa Timur. (Doc PT Freeport Indonesia)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Investasi dan Hilirisasi atau Badan Koordinator Penanaman Modal (BKPM) mengungkapkan bahwa realisasi investasi di sektor hilirisasi hingga Semester I-2025 telah mencapai Rp 280,8 triliun.

Deputi Bidang Perencanaan Penanaman Modal Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM Dedi Latip memaparkan bahwa jumlah tersebut didorong oleh meningkatnya investasi pada hilirisasi komoditas mineral yang tercatat mencapai Rp 193,8 triliun.

"Besar harapan kami, target pertumbuhan 8% mudah-mudahan bisa tercapai. Di tahun ini, kami tahun 2025, punya target (investasi) Rp 1.905 triliun," ungkapnya dalam acara MGEI Business Forum 2025, Jakarta, Selasa (26/8/2025).

Adapun hilirisasi mineral mencakup nikel yang tercatat sebesar Rp 94,1 triliun, tembaga Rp 40 triliun, bauksit, 27,7 triliun, besi baja Rp 21,5 triliun, timah Rp 3,5 triliun, dan lainnya sebesar Rp 7 triliun.

Kemudian, disusul hilirisasi di sektor perkebunan dan kehutanan yang mencapai Rp 67,4 triliun, sektor minyak dan gas bumi tercatat sebesar Rp 17,3 triliun, dan sektor perikanan dan kelautan sebesar Rp 2,3 triliun.

Sebelumnya, Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi/BKPM Todotua Pasaribu optimistis proyek hilirisasi batu bara akan mulai terealisasi pada tahun depan.

Todotua mengungkapkan bahwa proyek-proyek hilirisasi batu bara tidak lagi berada pada tahap konseptual, namun sudah memasuki tahap persiapan komersialisasi.

"Jadi, mungkin kita bisa lihat satu tahun ke depan, ini sudah ada realisasi daripada apa namanya hilirisasi di sektor komoditas batubara. Yang paling dekat sih, ini ada akan menjadi nanti coal to synthetic natural gas," ujarnya dalam acara CNBC Indonesia, dikutip Senin (14/7/2025).

Todotua pun berharap melalui program hilirisasi ini nantinya Indonesia dapat menggenjot produksi amonia dan metanol dalam negeri. Pasalnya, dua produk petrokimia tersebut saat ini masih bergantung pada impor.

"Pertama adalah amonia, kemudian yang kedua adalah metanol. Dua produk ini, dua produk petrochemical ini dalam catatan kita, ini angka impor kita masih cukup signifikan. Dan, dua produk ini, ini dihasilkan daripada apa namanya ekstrak gas," kata dia.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Realisasi Investasi RI Rp465 T di Kuartal I, Sektor Ini Jadi Andalan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular