
Ramai Tudingan Nikel, Tak Lain Gegara RI Jadi Penguasanya!

Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan tambang asal Prancis, Eramet, angkat suara perihal maraknya isu kampanye negatif nikel kotor atau dirty nickel yang ditujukan ke Indonesia. Menurutnya, kampanye negatif tersebut tak lain karena pasokan nikel Indonesia sudah mendominasi di pasar nikel dunia.
CEO Eramet Indonesia Jerome Baudelet mengatakan, kampanye yang dilemparkan oleh negara-negara Barat ke Indonesia tersebut lantaran peningkatan produksi nikel Indonesia yang sebelumnya "hanya" menyumbang 8% dari total pasokan nikel dunia, kini sudah melonjak menjadi lebih dari 60%. Bahkan, lonjakan produksi ini terjadi "hanya" dalam kurun waktu 10 tahun.
"Indonesia berubah dari 8% produksi dunia menjadi lebih dari 60% produksi, itu memiliki efek yang menakutkan," ungkapnya di Jakarta, Senin (25/8/2025).
Kondisi ini menurutnya juga berdampak pada tutupnya sejumlah tambang nikel di berbagai negara, termasuk di negara-negara Barat, yang tak mampu bersaing dengan nikel asal Indonesia. Terlebih, ketika pasokan nikel dari Indonesia berlimpah dan harga pun semakin turun.
"Kita berbicara tentang penutupan 500.000 ton karena situasi kelebihan pasokan ini selama 2-3 tahun terakhir," jelasnya.
"Jadi, ada dampaknya terhadap perekonomian beberapa negara Barat," tambahnya.
Kendati demikian, Jerome tidak menampik proses pertambangan di Indonesia juga bukan yang terbaik dari sisi keberlanjutannya. Meskipun memang, setiap negara dinilai memiliki standar keberlanjutan yang berbeda-beda.
"Jadi, di negara-negara ini selalu ada orang-orang yang melakukan hal-hal dengan benar, orang-orang yang melakukan hal-hal dengan tidak benar atau bahkan ilegal," imbuhnya.
Dengan begitu, secara pribadi, Jerome tidak setuju dengan kampanye 'dirty nickel' yang ditujukan ke Indonesia. Hal itu lantaran setiap negara memiliki kepercayaan masing-masing perihal operasi tambang berkelanjutan.
"Mari kita lihat operasinya satu per satu dan lihat bahwa orang-orang, kebanyakan dari mereka, melakukan hal yang benar," tandasnya.
Eramet Indonesia sendiri berkomitmen untuk terus melakukan penambangan berkelanjutan di Indonesia, khususnya di Indonesia Weda Bay Industrial Park (IWIP).
Strategi pertama yang dilakukan oleh perusahaan adalah dengan peduli terhadap orang-orang. Artinya, perusahaan benar-benar memperhatikan kesehatan dan keselamatan orang-orang di lokasi. Selain itu, perusahaan juga menyediakan lingkungan yang inklusif, dan mempercepat pembangunan lokal dan berkelanjutan bagi masyarakat dan wilayah tuan rumah.
Strategi kedua yang dilakukan oleh perusahaan dengan menjadi mitra terpercaya bagi alam. Hal itu dilakukan dengan mengendalikan dan mengoptimalkan konsumsi air, mengintegrasikan pelestarian keanekaragaman hayati, dan memitigasi risiko pencemaran serta mengurangi dampak lingkungan.
Terakhir, perusahaan juga melakukan transformasi rantai nilai. Hal itu dilakukan dengan mengurangi jejak karbon, mengoptimalkan sumber daya mineral, dan mengembangkan rantai nilai yang bertanggung jawab dengan pemasok dan pelanggan.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tak Cuma China, RI Gaet Perusahaan Prancis Investasi Hilirisasi