
China Penguasa Logam Tanah Jarang Dunia, Ini Datanya

Jakarta, CNBC Indonesia - China semakin mengukuhkan dominasi global sebagai penguasa mineral langka berupa Logam Tanah Jarang (LTJ). Adapun LTJ sendiri mempunyai segudang manfaat penting dalam berbagai bidang, mulai dari teknologi, otomotif, hingga peralatan tempur.
Berdasarkan data Booklet Logam Tanah Jarang yang dirilis Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pada 2020, China paling tidak telah menguasai 62% produksi LTJ dunia, serta 37% cadangan global. Selain itu, Negeri Panda juga menjadi konsumen terbesar dengan konsumsi sebesar 64% dari total konsumsi LTJ dunia.
Setelah China, cadangan LTJ terbesar di dunia terdapat di Brasil (18%), Vietnam (18%), dan Rusia 10%.
Dari sisi pasokan, Amerika Serikat menduduki posisi ke-2 sebagai produsen logam tanah jarang terbesar dunia dengan porsi 12%. Kemudian, disusul Myanmar (10%), dan Australia (10%).
Sementara dari sisi konsumen, setelah China, konsumen LTJ terbesar kedua dunia yaitu Jepang, dengan porsi 16% secara global. Kemudian, Amerika Serikat menduduki posisi ketiga sebagai konsumen LTJ, dengan porsi sebesar 15%.
Lantas, bagaimana dengan Indonesia?
Indonesia juga memiliki peluang besar terkait LTJ. Mengutip Booklet ESDM Tanah Jarang 2020, berdasarkan kajian Badan Geologi ESDM (2020), keterdapatan LTJ di Indonesia sangat luas dan tersebar di berbagai pulau, baik itu sebagai mineral utama maupun produk samping dari pengolahan mineral lain.
Sumatera
1. Provinsi Riau - LTJ pada batuan granit (Indikasi).
2. Tanjung Pandan, Kepulauan Bangka Belitung - LTJ pada lapukan granit (Keterdapatan).
3. Tikus dan Badaw, Kepulauan Bangka Belitung - LTJ pada lapukan granit (Keterdapatan).
4. Bangka Belitung, Kepulauan Bangka Belitung - LTJ pada batuan granit (Keterdapatan).
5. Humbang Hasundutan, Sumatera Utara - LTJ pada lapukan granit (Sumber Daya).
6. Bangka Selatan, Kepulauan Bangka Belitung - LTJ Plaser (Sumber Daya).
7. Pulau Bintan, Kepulauan Riau - LTJ pada bauksit (Indikasi).
8. Bangka Selatan, Kepulauan Bangka Belitung - LTJ pada tailing timah (Sumber Daya).
9. Pulau Bangka, Kepulauan Bangka Belitung - LTJ Plaser (Indikasi).
10. Pulau Jemaja, Kepulauan Riau - Endapan LTJ (monasit dan xenotim) (Sumber Daya).
11. Bangka, Kepulauan Bangka Belitung - LTJ Plaser (Indikasi).
12. Bangka Selatan, Kepulauan Bangka Belitung - LTJ Plaser endapan timah (Keterdapatan).
13. Lingga, Kepulauan Riau - LTJ pada endapan timah (Keterdapatan).
14. Belitung Timur, Kepulauan Bangka Belitung - LTJ pada batuan granit (Indikasi).
15. Pegunungan Tigapuluh, Riau - LTJ pada batuan granit (Indikasi).
16. Cekungan Sumatera Selatan, Sumatera Selatan - LTJ pada batubara (Indikasi).
Kalimantan
1. Matan Hilir, Kalimantan Barat - LTJ ditemukan pada tailing emas (Sumber Daya)
2. Capkala, Kalimantan Barat - LTJ terdapat pada tipe endapan ball clay (Sumber Daya).
3. Landak, Kalimantan Barat - LTJ pada tailing emas (Sumber Daya).
4. Ketapang, Kalimantan Barat - LTJ pada endapan laterit (Keterdapatan).
5. Kendawangan, Kalimantan Barat - LTJ ditemukan pada tailing emas (Sumber Daya).
6. Seruyan dan Lamandau, Kalimantan Tengah - LTJ terdapat pada endapan plaser (Keterdapatan).
7. Ketapang, Kalimantan Barat - LTJ juga ditemukan pada endapan timah (Indikasi).
Sulawesi
1. Buton, Sulawesi Tenggara - LTJ pada laterit (Keterdapatan)
2. Banggai, Sulawesi Tenga - LTJ pada laterit (Sumber Daya)
3. Mamuju, Sulawesi Barat - LTJ pada batuan kalium (Keterdapatan).
Jawa
1. Pamarican, Jawa Barat - LTJ pada batuan fosfatik (Indikasi).
2. Dieng, Jawa Tengah - LTJ Primer (Indikasi).
RI Masih Bergantung Impor
Meski mempunyai potensi yang cukup besar, Indonesia masih mengandalkan impor untuk memenuhi kebutuhan LTJ dalam negeri. Realisasi kebutuhan LTJ pada 2014-2018 menunjukkan bahwa Indonesia impor bahan baku LTJ yaitu
diantaranya La, Ce, Nd, PR, dan Sm untuk industri pewarna dan pigmen, oil refinery, keramik, electric vehicle, magnet permanen dan generator.
Artinya bahan baku LTJ untuk industri hilir masih sangat bergantung negara lain. Data 2018 menunjukkan impor LTJ Indonesia datang dari China 48%, Malaysia 37%, Jepang 11%, dan negara lain 4%.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article RI Belajar dari Inggris-China, Amankan Sumber Daya Alam Masing-Masing