Seng Ada Lawan! China Penguasa Harta Karun Super Langka Dunia

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
22 August 2025 16:25
Logam Tanah Jarang
Foto: Logam Tanah Jarang

Jakarta, CNBC Indonesia - China memang bisa dikatakan sebagai "raja" dari industri logam. Bahkan, "harta karun super langka" alias Logam Tanah Jarang (LTJ) atau rare earth element juga dikuasai Negeri Tirai Bambu tersebut.

Berdasarkan data dari Booklet Logam Tanah Jarang yang dirilis Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pada 2020, China menguasai 37% cadangan logam tanah jarang di dunia.

Setelah China, cadangan LTJ terbesar di dunia terdapat di Brasil (18%), Vietnam (18%), dan Rusia 10%.

Selain menguasai cadangan LTJ terbesar di dunia, ternyata China juga merupakan produsen dan konsumen LTJ terbesar di dunia. Produksi logam tanah jarang di China mencapai 62% dari total pasokan di dunia, dan mengonsumsi 64% dari konsumsi logam tanah jarang di dunia.

Penguasaan China terhadap logam tanah jarang ini merupakan langkah strategis. Pasalnya, logam tanah jarang sangat penting untuk kendaraan listrik hingga peralatan militer.

Pentingnya pemanfaatan logam tanah jarang ini pun ternyata disadari oleh Presiden Prabowo Subianto.

Saat menyampaikan Pidato RUU APBN 2026 dan Nota Keuangan dalam Rapat Paripurna DPR RI, Jumat (15/08/2025), Presiden Prabowo mengaku bersyukur bahwa Indonesia dikaruniai "harta karun super langka" alias Logam Tanah Jarang (LTJ) atau rare earth element. Pasalnya, mineral kritis ini bisa digunakan untuk memodernisasi alat sistem pertahanan bangsa ini.

Dengan adanya potensi logam tanah jarang di negeri ini, dia pun menegaskan sumber daya alam ini harus dikelola sebaik-baiknya.

"Kita harus kuasai kendalikan membela dan mengelola semua kekayaan bangsa Indonesia. Untuk itu, kita harus modernisasi alat sistem pertahanan, memperkuat komponen cadangan kita. Kita berdayakan industri strategis nasional, serta kesejahteraan prajurit bangsa. Alhamdulillah yang Maha Kuasa telah memberi karunia kita, kita memiliki mineral-mineral, yang disebut tanah jarang, rare earth kita punya semua rare earth di dunia kita miliki," tuturnya saat pada Pidato RUU APBN 2026 dan Nota Keuangan dalam Rapat Paripurna DPR RI, Jumat (15/08/2025).

"Dan rare earth ini vital untuk kehidupan teknologi tinggi untuk kehidupan modern dan juga pertahanan modern," ujarnya.

"Saudara-Saudara, kita harus menciptakan SDM unggul agar semua SDA kita bisa manfaatkan secepatnya," tandasnya.

RI Perlu Tiru China

Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung pun sempat mengungkapkan pentingnya strategi nasional dalam upaya mengamankan pasokan sumber daya alam, termasuk dengan mencontoh praktik yang dilakukan China.

Menurut dia, keberhasilan China dalam melarang ekspor LTJ dalam bentuk bahan mentah, membuat negara tersebut menguasai sekitar 90% pasar global LTJ saat ini. Hal ini tak terlepas dari kemampuan mereka dalam mengekstraksi dan pengolahan di dalam negeri.

"Saat ini untuk logam tanah jarang ini ketergantungan global terhadap China itu justru sangat besar, sekitar 90% dari logam tanah jarang itu diproduksi dan juga diolah di China sendiri," kata Yuliot dalam sambutan pada Wisuda Diploma Tiga ke-4 Tahun Akademik 2024/2025 sekaligus perayaan Dies Natalis ke-6 PEP Bandung di Jawa Barat, dikutip Jumat (22/8/2025).

Oleh karena itu, ia menilai pengalaman negara maju menunjukkan bahwa peran aktif negara menjadi kunci keberhasilan dalam menjalankan program hilirisasi.

Wakil Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bidang Mineral Yoseph C.A Swamidharma juga mendorong agar pemanfaatan mineral super langka berupa Logam Tanah Jarang (LTJ) di Indonesia dapat lebih masif. Sebab, LTJ mempunyai segudang manfaat untuk memajukan industri di dalam negeri.

Menurut Yoseph, pihaknya selalu mendukung upaya pemerintah dalam menggalakkan hilirisasi di sektor pertambangan. Namun demikian, ia berharap agar LTJ di Indonesia dapat segera mendapatkan perhatian khusus.

Ia pun menilai tidak hanya sebatas pada nikel, lithium, mangan, dan kobalt saja yang menjadi bahan baku pendukung untuk pengembangan mobil listrik. LTJ juga mempunyai manfaat dalam mendukung rantai pasok pengembangan mobil listrik. Mulai dari medan magnet yang dapat digunakan untuk menggerakkan motor.

"Dalam pandangan kami memang kami sifatnya mendorong apa yang sudah digariskan pemerintah Indonesia, jadi memang betul bahwa kelengkapan material kebutuhan EV maupun baterai memang masih banyak unsur yang harus terus dieksplorasi. Salah satunya memang LTJ ini, disamping itu ada mineral kritis seperti lithium dan grafit," kata dia dalam acara Mining Zone CNBC Indonesia beberapa waktu lalu.

Ia menyadari pekerjaan rumah di IAGI, Badan Geologi, BRIN serta pemangku kepentingan lainnya yang berkecimpung dalam memperbaiki neraca dan menambah cadangan LTJ di Indonesia relatif lebih besar.

"Tapi dari kami sendiri kami yakin kami mampu berbuat banyak berkontribusi untuk melakukan itu, ditambah lagi dengan kekuatan saat ini kekuatan peneliti dan peralatan, disediakan penelitian yang semuanya sudah secara umum ada, lalu kerja sama kita dengan internasional terus digalakkan, jadi memang jika dibandingkan China atau benua besar kita bukan yang terbaik, tapi bukan berarti kita tidak punya," kata dia.

Potensi LTJ di Indonesia

Potensi LTJ ditemukan pada batuan granit, endapan plaser, endapan laterit, endapan ball clay, tailing Bauksit (red mud), Tailing Timah (monasit dan xenotime), tailing emas, dan batu bara.

Berdasarkan data Booklet Logam Tanah Jarang 2020 tersebut, Indonesia telah memiliki data sumber daya untuk beberapa mineral pembawa LTJ, seperti monasit dan xenotime.

Indonesia telah memiliki sumber daya monasit sebesar 185.179 ton logam yang dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi cadangan.

Logam tanah jarang terdiri atas 17 unsur kimia, termasuk 15 unsur pada kelompok Lantanida yaitu Lantanum (La) cerium (Ce), praseodymium (Pr), neodymium (Nd), prometium (Pm), samarium (Sm), europium (Eu), gadolinium (Gd), terbium (Tb), disprosium (Dy), holmium (Ho), erbium (Er), tiulium (Tm), ytterbium (Yb) dan lutetium (Lu) serta 2 unsur yakni scandium (Sc) dan yttrium (Y).


(wia/wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Lawan Trump, China Tahan "Harta Karun" Logam Tanah Jarang

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular