Update Rusia: Putin Marah Besar-Ukraina Siap Hentikan Perang
Jakarta, CNBC Indonesia - Peperangan Rusia-Ukraina masih terus terjadi. Meski kedua negara sudah dalam koridor pembicaraan perdamaian yang diinisiasi Amerika Serikat (AS), pertempuran masih sengit antara dua negara eks Soviet itu.
Berikut sejumlah perkembangan terbarunya dikutip berbagai sumber dalam beberapa jam terakhir per Jumat (22/8/2025):
1. NATO Arahkan Jet Tempur Mendekat Ukraina.
Ketegangan di perbatasan timur NATO kembali meningkat setelah Polandia mengumumkan pengerahan jet tempur dan peningkatan kesiapan pertahanan udara menyusul serangan rudal jarak jauh Rusia ke wilayah Ukraina yang berdekatan dengan perbatasannya.
Langkah itu dilakukan untuk mengantisipasi risiko meluasnya serangan lintas batas yang berulang kali mengkhawatirkan negara-negara anggota aliansi.
"Sehubungan dengan aktivitas penerbangan jarak jauh Federasi Rusia yang melancarkan serangan ke wilayah Ukraina, termasuk dengan penggunaan rudal hipersonik, pesawat Angkatan Udara Polandia dan penerbangan sekutu beroperasi di wilayah udara Polandia," tulis militer Polandia di platform X, Kamis (21/8/2025).
Komando Operasional Angkatan Bersenjata Polandia menegaskan bahwa seluruh kekuatan dan aset yang tersedia telah diaktifkan sesuai prosedur. "Pasangan jet tempur siaga telah dikerahkan, sementara sistem pertahanan udara dan radar pengintaian mencapai tingkat kesiapan tertinggi," ungkap pernyataan itu.
Militer Polandia menambahkan tindakan tersebut diambil untuk "memastikan keamanan wilayah Republik Polandia dan warganya," khususnya di kawasan yang berbatasan langsung dengan Ukraina dan terdampak operasi militer Rusia.
Langkah Polandia muncul setelah Rusia melancarkan serangan udara semalam ke kota Lviv, Ukraina barat, yang hanya berjarak puluhan kilometer dari perbatasan Polandia. Wali Kota Lviv, Andriy Sadovyi, mengatakan kota itu kembali mengalami malam mencekam akibat serangan kombinasi drone Shahed buatan Iran dan rudal Rusia.
"Lviv mengalami malam yang bising. Musuh melancarkan serangan gabungan dengan drone Shahed dan rudal. Mereka kembali menghantam Jalan Olena Stepanivna, sama seperti sebulan lalu. Laporan awal menunjukkan adanya korban jiwa," tulis Sadovyi di Telegram.
"Satu orang meninggal dunia dan dua lainnya terluka akibat serangan ini. Semua layanan darurat telah bekerja di lokasi. Informasi mengenai kebakaran di beberapa lokasi lain juga sudah diterima dan sedang diperiksa. Komisi tanggap darurat sedang dibentuk," imbuhnya.
2. Rusia Tembak 574 Drone ke Ukraina
Pemerintah Ukraina mengumumkan bahwa Rusia melancarkan salah satu serangan udara terbesar tahun ini. Menurut Angkatan Udara Ukraina, serangan semalam yang terjadi pada hari Kamis (21/8/2025) melibatkan total 574 drone dan 40 rudal balistik serta jelajah. Sebagai respons, sistem pertahanan udara Ukraina berhasil menembak jatuh 546 drone dan 31 rudal.
Fokus utama serangan ini adalah wilayah barat Ukraina, area yang selama ini relatif aman dan diyakini menjadi lokasi penyimpanan sebagian besar bantuan militer dari sekutu Barat. Serangan tersebut juga secara spesifik menghantam sebuah pabrik elektronik milik Amerika Serikat yang berlokasi di dekat perbatasan Hungaria. Presiden American Chamber of Commerce di Ukraina, Andy Hunder, mengatakan bahwa serangan itu merupakan pukulan langsung terhadap investasi AS di negara tersebut.
Menurut keterangan resmi, setidaknya satu orang tewas dan 15 lainnya terluka akibat serangan tersebut. Pada saat serangan terjadi, dilaporkan ada sekitar 600 pekerja shift malam di dalam pabrik elektronik yang diserang. Meskipun sebagian besar berhasil selamat, enam orang di antaranya mengalami luka-luka.
Serangan ini terjadi di tengah upaya diplomatik yang kembali digencarkan oleh Amerika Serikat untuk mengakhiri perang yang telah berlangsung selama tiga tahun. Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengutuk serangan tersebut dan menyatakan bahwa tindakan Rusia ini membuktikan bahwa Moskow tidak memiliki niat tulus untuk berdamai.
Menanggapi tuduhan tersebut, Kementerian Pertahanan Rusia menegaskan bahwa serangan mereka menargetkan "perusahaan kompleks industri militer Ukraina," termasuk pabrik drone, depot penyimpanan, lokasi peluncuran rudal, dan area di mana pasukan Ukraina berkumpul. Rusia membantah tuduhan menargetkan warga sipil.
3. Bos Nuklir Rusia Buka-bukaan Ada Ancaman Kolosal
Kepala Badan Energi Atom Rusia (Rosatom) Alexey Likhachev memperingatkan bahwa Rusia menghadapi "ancaman kolosal" sehingga harus terus memperkuat persenjataan nuklirnya.
"Dalam situasi geopolitik saat ini, ini adalah masa ancaman kolosal terhadap eksistensi negara kita," ujar Likhachev pada Kamis (21/8/2025), dikutip kantor berita RIA Novosti.
Menurutnya, senjata nuklir menjadi benteng terakhir kedaulatan Rusia.
"Perisai nuklir, yang juga merupakan pedang, adalah jaminan kedaulatan kita. Hari ini kita memahami bahwa perisai nuklir di tahun-tahun mendatang harus terus ditingkatkan," tegasnya.
Pernyataan ini muncul di tengah meningkatnya ketegangan nuklir antara Rusia dan aliansi pertahanan NATO yang dipimpin Amerika Serikat (AS), sejak Moskow menginvasi Ukraina.
Rusia diketahui memiliki persenjataan nuklir terbesar di dunia dan dalam beberapa tahun terakhir gencar memodernisasi armadanya, termasuk dengan rudal hipersonik yang diklaim mampu menembus sistem pertahanan Barat.
4. Ukraina: Perlu Bekukan Permusuhan di Medan Perang.
Salah satu skenario untuk mengakhiri konflik Ukraina-Rusia adalah Kyiv menerima pembekuan permusuhan di sepanjang garis pertempuran saat ini. Hal ini disampaikan penasihat senior untuk Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, Mykhailo Podolyak.
Berbicara kepada surat kabar Italia La Repubblica dalam sebuah wawancara yang diterbitkan pada hari Kamis, ajudan senior itu mengomentari potensi konsesi yang bisa diberikan Kyiv untuk kesepakatan damai.
"Posisi awal Ukraina adalah sebagai berikut: kami memahami bahwa salah satu skenario dasar untuk keluar dari perang ini adalah membekukan konflik di sepanjang garis depan," kata Podolyak. Beberapa wilayah akan tetap menjadi wilayah Rusia secara "de facto," tambahnya.
"Secara de jure, tidak ada yang akan mengakui wilayah-wilayah itu sebagai wilayah Rusia, dan upaya besar perlu dikerahkan melalui "alat ekonomi, diplomatik, dan lainnya untuk mendapatkannya kembali," kata Podolyak.
Dalam skenario seperti itu, Kyiv juga harus dimasukkan ke dalam aliansi, tambah Podolyak. "Bukan NATO, tetapi aliansi tetap," katanya. Menurut Podolyak, pengerahan kontingen militer ke Ukraina dari "berbagai negara" sedang dalam diskusi dengan sekitar sepuluh negara, terutama Prancis.
5. Moskow Beri Syarat Pertemuan Putin-Zelensky.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov menguraikan syarat untuk pertemuan Putin-Zelensky. Hal ini disampaikannya pada hari Kamis (21/8/2025).
Dalam pernyataannya, Lavrov mengatakan bahwa Presiden Rusia berulang kali menyatakan bahwa dia siap untuk bertemu, termasuk dengan Zelensky, jika ada pemahaman bahwa semua masalah yang memerlukan pertimbangan di tingkat tertinggi telah dibahas secara menyeluruh oleh para ahli dan menteri.
"Pemimpin Ukraina mendesak pertemuan cepat dengan Putin karena dia ingin tetap menjadi sorotan dan khawatir bahwa perhatian komunitas internasional terhadapnya menurun," kata Lavrov.
Diplomat tinggi itu mencatat bahwa Zelensky sebelumnya menolak setiap pembicaraan dengan Putin dan bahkan menandatangani dekret pada tahun 2022 yang melarang negosiasi semacam itu, yang hingga kini belum dia batalkan.
"Jelas, aktivitasnya terkait dengan penyelenggaraan pertemuan puncak dengan pemimpin Rusia juga memiliki tujuan untuk menampilkan fokusnya yang konon konstruktif pada proses penyelesaian, tetapi pada kenyataannya, ini hanyalah tentang mengganti kerja serius, keras, dan sulit dalam menyepakati prinsip-prinsip resolusi krisis yang berkelanjutan... dengan efek khusus dan trik dalam gaya KVN dan Kvartal 95," katanya, merujuk pada acara-acara di mana Zelensky muncul selama masanya sebagai seorang komedian.
(tps/tps)