Internasional

Inflasi 'Hot' Jepang Mereda, Akhirnya Beras Ga Buat Pusing 7 Keliling

sef, CNBC Indonesia
22 August 2025 09:00
Orang-orang berjalan melintasi penyeberangan pejalan kaki di distrik Shibuya dalam cuaca panas dan lembab Kamis, 13 Juli 2023, di Tokyo. (AP Photo/Eugene Hoshiko)
Foto: Jepang (AP/Eugene Hoshiko)

Jakarta, CNBC Indonesia - Inflasi akibat harga beras sedikit mereda di Jepang. Meski harga beras di Jepang melonjak 90,7% di Juli, dibanding periode yang sama tahun lalu, data resmi menunjukkan lonjakan harga kini melambat dibanding bulan-bulan sebelumnya.

Dari data terbaru Kementerian Dalam Negeri Jepang, Jumat (22/8/2025) tingkat inflasi inti Jepang turun menjadi 3,1% dari 3,3% (yoy). Ini merupakan angka terendah sejak November 2024.

Mengutip Trading Economics, harga listrik turun untuk pertama kalinya sejak April 2024 (-0,7% vs 5,5%) sementara harga gas tidak berubah setelah kenaikan 2,7% sebelumnya. Pertumbuhan harga melambat untuk barang-barang rumah tangga (2,5% vs 2,7%) dan rekreasi (2,6% vs 2,8%).

Inflasi tetap stabil untuk perumahan (1,0%), layanan kesehatan (1,5%), dan barang-barang lain-lain (1,2%), tetapi meningkat untuk sandang (2,8% vs 2,6%), transportasi (2,6% vs 2,4%), dan komunikasi (6,4% vs 5,9%). Di sektor pangan, harga melonjak 7,6%, tertinggi sejak Februari, meningkat dari 7,2% di bulan Juni, didorong oleh beras, yang melonjak 90,7% secara tahunan meskipun Tokyo berupaya menekan harga pangan pokok.

Inflasi inti juga mencapai 3,1%, sesuai dengan tingkat inflasi umum dan mencapai titik terendah dalam 5 bulan setelah 3,3% di bulan Juni. Secara bulanan, IHK (Indeks Harga Konsumen) naik tipis 0,1%, sama seperti di bulan Juni.

Mengutip AFP, data terbaru ini memberi kelegaan pada kabinet Perdana Menteri (PM) Shigeru Ishiba. Namun, tingkat inflasi tetap di atas target bank sentral, Bank of Japan (BoJ), sebesar 2%.

Hal ini memperkuat ekspektasi bahwa BoJ akan menaikkan suku bunga pada Oktober. BoJ selama ini enggan menaikkan suku bunga pinjaman, karena menganggap inflasi di atas target disebabkan oleh faktor-faktor sementara.

Di sisi lain, AS terus menekan BoJ menaikkan suku bunganya. Bahkan Menteri Keuangan AS Scott Bessent sempat mengatakan bahwa bank tersebut "tertinggal" dalam hal inflasi.

"Skenario dasar kami adalah kenaikan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan (BoJ) bulan Oktober," kata ekonom Bloomberg Economics, Taro Kimura, sebelum data inflasi diumumkan, masih dimuat AFP.

Harga Beras yang Mahal

Sebelumnya harga beras melambung tinggi di Jepang karena sejumlah faktor, Pada bulan Juni, harga biji-bijian pokok tersebut 100,2% lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya, setelah pada bulan Mei, harganya naik mencapai 101,7%.

Selain musim panas yang sangat panas di 2023, aksi beli panik (panic buying) setelah peringatan akan terjadinya gempa besar pada tahun 2024 juga menjadi penyebab. Ini membuat dugaan penimbunan oleh beberapa pedagang terjadi.

Belum lagi lonjakan wisatawan yang datang ke Jepang. Mereka dilaporkan menginginkan beras.

Hal ini kemudian membuat pemerintah Ishiba melepaskan beras stok darurat ke pasar untuk menurunkan harga. Awal bulan ini, pemerintah mengumumkan perubahan dalam kebijakan yang telah berlangsung puluhan tahun untuk mendorong petani menanam tanaman selain beras.

Perlu diketahui, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump juga ingin Jepang mengimpor lebih banyak beras Amerika. Ini untuk mengurangi surplus perdagangan Tokyo dengan AS.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Inflasi Jepang di Maret Masih Tinggi, Lampaui Target BOJ

Most Popular