Amran & Bos Bapanas Umumkan Harga Beras Turun Tapi Masih di Atas HET

Martyasari Rizky, CNBC Indonesia
Kamis, 21/08/2025 17:15 WIB
Foto: Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman saat ditemui di kantor Kementan, Jakarta, Rabu (13/8/2025). (CNBC Indonesia/Martyasari Rizky)

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman mengakui harga rata-rata beras di pasaran hingga kini masih melampaui harga eceran tertinggi (HET), meski mulai terlihat tren penurunan.

"Mengenai beras oplos dan HET. Betul yang disampaikan Bu Ketua Komisi IV DPR RI (Titiek Soeharto) bahwa harga (beras) di atas HET," kata Amran dalam rapat kerja bersama Komisi IV DPR RI di Kompleks Parlemen, Jakarta, Kamis (21/8/2025).

Amran menjelaskan, harga beras di tingkat konsumen pada Agustus 2025 menunjukkan tren menurun. Berdasarkan data Kementan, harga rata-rata beras premium dan medium di zona 1, meliputi wilayah Jawa, Lampung, Sumatra Selatan, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi tercatat Rp15.552 per kilogram (kg) untuk premium dan Rp13.974 per kg untuk medium. Padahal, HET di zona tersebut masing-masing Rp14.900 dan Rp12.500 per kg.


"Harga ini sudah terjadi penurunan dan harga yang kami terima terakhir tadi pagi itu rata-rata average seluruh Indonesia posisi Rp6.900 untuk seluruh Indonesia. Ini harga di tingkat gabah," jelasnya.

Ia menegaskan produksi beras nasional dalam kondisi aman. Namun, ada kejanggalan karena harga gabah di tingkat petani justru turun, sedangkan harga beras untuk konsumen tetap tinggi.

"Kami ingin menyampaikan hal penting tentang tata kelola perberasan Indonesia, mulai dari produksi aman, bahkan data tadi itu gabah produksi, harga gabah turun, tetapi (beras) harga di konsumen naik. Ini anomali juga terjadi," ujar dia.

Senada dengan Amran, Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi mengakui harga beras rata-rata memang turun, namun angkanya masih di atas HET. Data Bapanas mencatat harga beras premium hanya turun tipis 0,94% atau Rp153 per kg dibanding pekan lalu.

"Harga beras premium tadi seperti disampaikan Pak Mentan di atas HET, tetapi juga terjadi penurunan. Harga medium di semua zona di atas HET, namun memang ada penurunan sebesar Rp134 per kg," ujar Arief dalam kesempatan yang sama.

Dalam paparannya dia merinci, harga beras premium di zona 1 Rp15.436 per kg (naik 3,6%), zona 2 Rp16.565 per kg (naik 7,56%), dan zona 3 Rp18.373 per kg (naik 16,28%). Untuk beras medium, harga di zona 1 Rp13.873 per kg (naik 10,98%), zona 2 Rp14.553 per kg (naik 11,09%), dan zona 3 Rp16.431 per kg (melonjak 21,71% dari HET).

Sementara itu, Ketua Komisi IV DPR Titiek Soeharto menyoroti lonjakan harga beras dan komoditas pangan lainnya yang makin membebani masyarakat.

"Harga beberapa komoditas utama seperti beras, bawang merah, hingga minyak goreng mengalami kenaikan, masih berada di level tinggi, bahkan untuk komoditas beras melampaui harga eceran tertinggi yang ditentukan," ucap Titiek dalam kesempatan itu.

Menurutnya, harga beras yang terus mahal membuat daya beli masyarakat, khususnya kelompok berpendapatan rendah, semakin tertekan. Ia juga menyinggung maraknya praktik beras oplosan yang tak sesuai mutu.

"Praktik seperti ini (beras oplosan tak sesuai mutu dan kualitas) tentu saja merugikan masyarakat, merusak kepercayaan konsumen, mengganggu stabilitas pasar dan berpotensi menimbulkan keresahan sosial," tegasnya.

Titiek menyebut aparat sudah mengambil tindakan hukum terhadap pelaku beras oplosan. Namun, kasus ini menunjukkan adanya masalah mendasar dalam tata kelola pangan, dari sisi produksi, distribusi, hingga pengawasan.

Ia juga mengingatkan soal harga gabah kering panen (GKP) di petani yang kini menembus Rp7.000-Rp7.500 per kg, melampaui harga pembelian pemerintah (HPP) Rp6.500 per kg. Kondisi ini membuat penggilingan kesulitan menjual beras sesuai HET.

"Akibatnya, penggilingan kesulitan memproduksi beras dengan harga sesuai HET. Hal ini menandakan adanya ketidakseimbangan serius antara regulasi harga, biaya produksi, dan tata niaga pangan kita," tandas Titiek.


(wur)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Harga Beras Tinggi Saat Bulog Punya Stok 4 Juta Ton, Solusinya?