Sesar Baribis Penyebab Gempa Bekasi M4,9, Lewati Selatan Jakarta-Bogor
Jakarta, CNBC Indonesia - Gempa bumi mengguncang wilayah Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, pada Rabu malam. Gempa terjadi pada pukul 19.54 WIB. Menurut keterangan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), gempa ini memiliki kekuatan Magnitudo 4,9 dan kedalaman 10 KM. Tidak ada laporan potensi tsunami.
Getaran gempa yang mengguncang Bekasi juga dirasakan beberapa daerah lainnya sebut saja Karawang, Tangerang, Depok hingga Purwakarta dan Banten. Gempa susulan masih terjadi saat ini namun dengan intensitas lebih kecil.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengonfirmasi bahwa dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal yang dipicu oleh sumber gempa sesar naik busur belakang Jawa Barat atau West Java Back Arc Thrust. Peneliti dari Pusat Riset Kebencanaan Geologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Nuraini Rahma Hanifa mengungkapkan West Java Back Arc Thrust adalah nama lain dari sesar Baribis.
Dalam arsip BRIN melalui Pusat Riset Kebencanaan Geologi telah melakukan penelitian mengenai sesar aktif utama di pulau Jawa, yaitu Sesar Baribis-Kendeng. Letaknya memanjang dari barat hingga timur dan ada di bagian belakang (utara) busur vulkanik Jawa.
Peneliti Pusat Riset Kebencanaan Geologi BRIN Sonny Aribowo mengatakan, Sesar Baribis-Kendeng merupakan sebuah sistem sesar yang kompleks dan besar, yang disebut Java Back-arc Thrust.
"Di Jawa Barat, sesar ini melewati Cirebon, Indramayu, Majalengka, Subang, Purwakarta, Karawang, dan Bekasi. Ada indikasi melalui daerah selatan Jakarta (perbatasan dengan Depok) dan di daerah Bogor," jelas Sonny dikutip.
Sejak 2019, Sonny pernah meneliti di Majalengka, Purwakarta, Karawang, Depok, dan Bogor dengan pendanaan dari LPDP (proyek S3 di Universite Grenoble Alpes), Rumah Program Kebencanaan, dan Pusat Studi Gempa Nasional (PuSGeN).
Sonny mengungkapkan, tujuan penelitiannya adalah mengetahui lokasi jalur sesar aktif-pernah bergerak setidaknya sejak 11 ribu tahun lalu-yang melalui kota-kota padat penduduk, agar kewaspadaan akan bahaya gempa dapat ditingkatkan.
"Selain itu, ketika kita mengetahui ada indikasi aktif dari data geodesi dan seismisitas, perlu dikonfirmasi secara geologi apakah benar aktif atau tidak," ungkapnya.
Sonny pun menuturkan pada artikel berjudul "Active Back-arc Thrust in North West Java, Indonesia yang terbit di jurnal Tectonics tahun 2022, Java Back-arc Thrust aktif di segmen Tampomas, sejak sekitar 50 ribu tahun lalu sampai saat ini.
"Jejak morfologi (dari data Digital Elevation Model/DEM, sebagai indikasi awal sesar aktif) Java Back-arc Thrust ini menerus ke arah barat melewati Subang hingga ke selatan Jakarta dan Bogor," tutur Sonny.
Menurut dia, pengetahuan di mana lokasi sesar akan sangat diperlukan. Tak hanya itu, deformasi yang terjadi di batuan juga perlu dilihat untuk melihat geometri sesarnya. Sonny berharap, melalui berbagai metode penelitian yang dilakukan untuk mengetahui sumber gempa bumi dengan baik, maka informasi tersebut dapat digunakan oleh pemangku kepentingan dan masyarakat untuk melakukan langkah mitigasi.
"Output-nya bisa berupa artikel ilmiah yang kemudian dapat diterjemahkan ke dalam bahasa sederhana oleh orang-orang dengan spesialisasi mitigasi dan media. Agar masyarakat dapat memahami sumber bahaya gempa bumi," imbuhnya.
Setelah sumber gempa bumi dapat diketahui, pemangku kepentingan dapat mengatur strategi bagaimana hidup di daerah rawan gempa.
"Dan jika suatu saat terjadi gempa, masyarakat lebih siap. Lebih jauh lagi, jika terjadi gempa dengan magnitudo yang signifikan, tetapi bangunan-bangunan di Indonesia tetap berdiri kokoh, maka riset dan pemanfaatannya dapat dilakukan dengan baik," pungkas Sonny
(wur/wur)