Perang 2 Tetangga Asia Usai di Tangan Trump, Iran "Panas" Lakukan Ini

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
Selasa, 19/08/2025 21:39 WIB
Foto: Presiden AS Donald Trump memegang tangan Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev dan Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan saat berjabat tangan dalam acara penandatanganan trilateral di Gedung Putih, Washington, D.C., 8 Agustus 2025. REUTERS/Kevin Lamarque

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Iran Masoud Pezeshkian melakukan kunjungan resmi ke Yerevan, Armenia, pada Senin (18/8/2025) untuk membahas proyek koridor transportasi Azerbaijan yang didukung Amerika Serikat (AS).

Melansir Al Jazeera, langkah ini menegaskan penolakan Teheran terhadap rencana pembangunan jalur darat tersebut yang dinilai dapat mengancam kepentingan geopolitiknya.

Koridor yang dikenal sebagai Rute Trump untuk Perdamaian dan Kemakmuran Internasional (TRIPP) merupakan bagian dari perjanjian damai antara Armenia dan Azerbaijan yang ditandatangani di Washington awal Agustus.


Presiden AS Donald Trump bahkan menyebut kesepakatan itu memberi Washington hak eksklusif untuk mengembangkan jalur tersebut, sekaligus membuka kerja sama baru di bidang energi, perdagangan, dan teknologi.

Namun, Teheran menilai kehadiran perusahaan maupun pasukan asing di kawasan akan mengganggu stabilitas. "Kami akan membahasnya dengan pejabat Armenia dan menyampaikan kekhawatiran kami," kata Pezeshkian kepada televisi pemerintah sebelum keberangkatan ke Yerevan.

Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi menegaskan koridor itu menyangkut isu geopolitik sensitif.

"Kekhawatiran utama kami adalah rute ini bisa menyebabkan perubahan geopolitik di kawasan," ujarnya kepada kantor berita IRNA.

Penasihat Pemimpin Tertinggi Iran, Ali Akbar Velayati, bahkan menyebut proyek itu sebagai bentuk "hegemoni AS di Kaukasus." Ia menegaskan Teheran akan memblokir inisiatif tersebut "dengan atau tanpa Rusia."

Koridor Zangezur, nama lain rute yang diusulkan, akan menghubungkan Azerbaijan dengan eksklave Nakhchivan melewati dekat perbatasan Iran. Teheran menilai proyek ini berpotensi memisahkan Iran dari Armenia dan Kaukasus, sekaligus menempatkan pasukan asing di wilayah sensitif.

Sementara itu, Rusia menyambut hati-hati kesepakatan tersebut. Moskow menilai proyek itu bisa mendukung stabilitas, tetapi tetap memperingatkan terhadap intervensi asing.

Armenia dan Azerbaijan memiliki sejarah panjang konflik, termasuk perebutan Nagorno-Karabakh sejak akhir 1980-an. Baku berhasil merebut wilayah itu lewat operasi militer pada 2023, memicu eksodus besar-besaran etnis Armenia. Tahun lalu, Armenia juga mengembalikan beberapa desa ke Azerbaijan, yang digambarkan Baku sebagai langkah "bersejarah."

 


(luc/luc)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Helikopter Jatuh di Sungai Mississippi, 2 Orang Tewas