Internasional

Hujan-Banjir Bandang Makan Korban Jiwa 700 Lebih, Suasana Mencekam

luc, CNBC Indonesia
Selasa, 19/08/2025 20:00 WIB
Foto: Warga duduk di antara puing-puing rumah yang rusak akibat badai yang menyebabkan hujan lebat dan banjir, di Bayshonai Kalay, distrik Buner, provinsi Khyber Pakhtunkhwa, Pakistan, 17 Agustus 2025. (REUTERS/Akhtar Soomro)

Jakarta, CNBC Indonesia - Ratusan warga Pakistan di wilayah barat laut masih mengungsi di dataran tinggi setelah banjir bandang menghancurkan rumah dan menewaskan ratusan orang sejak Jumat (15/8/2025). Hingga Senin (18/8/2025), banyak penduduk mengaku terlalu takut untuk kembali ke rumah mereka, sementara pihak berwenang memperingatkan curah hujan lebat masih akan berlanjut.

"Semua orang ketakutan. Anak-anak ketakutan. Mereka tidak bisa tidur," kata Sahil Khan, mahasiswa berusia 24 tahun, kepada Reuters.

Ia bersama 15 warga lain di Distrik Buner naik ke atap rumah untuk menghindari banjir susulan akibat hujan deras pada Senin.


"Itu seperti kiamat," ujarnya menggambarkan suasana banjir bandang yang disebabkan hujan lebat dan fenomena cloudburst.

Menurut Otoritas Manajemen Bencana Provinsi (PDMA), sejak Jumat lalu sedikitnya 356 orang tewas di wilayah barat laut Pakistan, lebih dari 200 di antaranya berada di Distrik Buner. Dari jumlah itu, 28 korban adalah perempuan dan 21 lainnya anak-anak.

Distrik Buner, yang terletak di Provinsi Khyber Pakhtunkhwa, menjadi wilayah paling parah terdampak. Banjir bandang menyapu rumah-rumah, bangunan, kendaraan, dan harta benda warga, terutama di kawasan perbukitan.

Khan dan warga Desa Bayshonai Kalay di Buner melarikan diri ke dataran lebih tinggi ketika aliran sungai yang sebelumnya sudah meluap kembali membesar akibat hujan tambahan pada Senin. Sebagian besar warga kini tinggal bersama kerabat atau di kamp darurat yang didirikan pemerintah daerah.

Namun upaya evakuasi dan penyelamatan tidak mudah. Jalan-jalan sempit membuat alat berat sulit masuk ke lokasi terdampak. Di pasar utama Buner, toko-toko dan rumah-rumah tertimbun lumpur hingga setinggi 1,5 meter.

Warga setempat berupaya membersihkan lumpur dengan sekop, sementara mobil dan barang-barang rumah tangga tampak berserakan di antara puing-puing bangunan.

"Orang-orang tidak berada di rumah mereka. Mereka ketakutan," kata Dayar Khan, seorang pedagang berusia 26 tahun. "Mereka naik ke gunung-gunung."

Abid Wazir, pejabat pemerintah daerah, mengatakan operasi penyelamatan yang sempat terhenti akibat hujan deras pada Senin kini kembali dilanjutkan.

"Prioritas kami sekarang adalah membersihkan jalan, membangun jembatan, dan membawa bantuan kepada masyarakat terdampak," ujarnya.

Serangan banjir juga melanda distrik lain di barat laut, termasuk Swabi, yang menewaskan 11 orang pada Senin. Di daerah pegunungan terpencil Daroli Bala, air bah menyebabkan rumah-rumah runtuh.

"Penduduk melaporkan kepada kami bahwa 40 orang tersapu banjir," kata komisaris distrik setempat, Nisar Khan. Ia menambahkan, butuh waktu berjam-jam bagi tim penyelamat untuk menjangkau daerah tersebut, bahkan dirinya ikut terjun langsung ke lapangan.

Ketua Otoritas Manajemen Bencana Nasional (NDMA), Letnan Jenderal Inam Haider Malik, memperingatkan masih ada dua periode hujan deras yang diperkirakan berlangsung antara 21 Agustus hingga 10 September.

"Kondisi ini bisa semakin intensif," katanya, seraya menambahkan potensi hujan deras disertai cloudburst masih tinggi.

Syed Muhammad Tayyab Shah, kepala penilaian risiko di NDMA, menegaskan perubahan iklim global telah menggeser pola monsun tahunan sejauh 100 kilometer ke arah barat dari jalur biasanya. Hal ini membuat beberapa wilayah yang sebelumnya jarang dilanda hujan ekstrem kini terpapar langsung oleh fenomena cuaca yang lebih ganas.

Pemerintah Pakistan telah menyalurkan bantuan ke wilayah terdampak, termasuk makanan, obat-obatan, selimut, tenda, generator listrik, serta pompa air. NDMA menyebut Buner dilanda cloudburst-fenomena langka ketika lebih dari 100 milimeter hujan turun hanya dalam waktu satu jam di area kecil. Pada Jumat pagi, wilayah itu tercatat menerima lebih dari 150 milimeter hujan hanya dalam satu jam.

Menurut otoritas bencana, sistem cuaca saat ini masih aktif di wilayah Pakistan dan dapat menyebabkan hujan sangat deras dalam 24 jam ke depan. Secara nasional, banjir dan hujan deras sepanjang musim monsun sejak akhir Juni telah menewaskan sedikitnya 706 orang di seluruh Pakistan.


(luc/luc)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Penampakan Satelit Sebelum dan Sesudah Banjir Bandang di India