Mengejutkan! AS "Tusuk Israel dari Belakang", Tiba-Tiba Bela Hizbullah
Jakarta, CNBC Indonesia - Amerika Serikat (AS) tiba-tiba mengecam Israel. Hal ini terkait ketegangan di Timur Tengah.
Utusan AS yakni Tom Barrack menyerukan kepada pemerintahan Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu untuk menghormati komitmen gencatan senjata yang mengakhiri perang dengan Hizbullah. Apalagi, pemerintah Lebanon memulai proses pelucutan senjata kelompok tersebut.
Berdasarkan perjanjian gencatan senjata, penggunaan amunisi di Lebanon harus dibatasi. Di mana senjata-senjata itu hanya boleh digunakan negara bukan kelompok tertentu.
Israel pun diwajibkan menarik seluruh pasukannya dari Lebanon. Meskipun, Tel Aviv, masih mempertahankan pasukan di lima titik perbatasan yang dianggap strategis.
"Saya pikir pemerintah Lebanon telah melakukan bagiannya," tegas Barrack setelah bertemu dengan Presiden Lebanon, Joseph Aoun, di Beirut, dikutip dari AFP, Senin (18/5/2025).
"Mereka telah mengambil langkah pertama. Sekarang yang kita butuhkan adalah Israel untuk mematuhi jabat tangan yang setara itu," tegasnya.
Langkah Barrack tidak baru kali ini. Ia pertama kali menyampaikan usulan serupa pada Juni lalu dan kembali pada tanggal 7 dan 8 Juli untuk pembicaraan lanjutan.
Dokumen tersebut menguraikan 11 tujuan, termasuk penerapan Perjanjian Taif 1989, kesepakatan rekonsiliasi nasional Lebanon, bersama dengan konstitusi dan resolusi Dewan Keamanan PBB. Terutama Resolusi 1701, yang mengakhiri perang 2006 antara Israel dan Hizbullah.
Rencana itu juga menyerukan negara untuk memperluas kedaulatan penuh atas semua wilayah Lebanon, memperkuat lembaga resmi, menetapkan otoritas eksklusif negara dalam keputusan perang dan damai. Rencana itu pun memastikan bahwa senjata hanya dimiliki oleh pasukan negara.
Perang lintas batas antara Israel dan Hizbullah dimulai pada Oktober 2023 dan meningkat menjadi perang skala penuh pada September 2024. Sebanyak 4.000 orang, termasuk pemimpin Hizbullah, Hasan Nasrallah tewas dan sekitar 17.000 lainnya terluka.
Gencatan senjata sempat hampir dicapai pada November 2024. Tetapi, pasukan Israel telah melakukan serangan hampir setiap hari di Lebanon selatan, dengan klaim menargetkan aktivitas Hizbullah.
Berdasarkan gencatan senjata, Israel seharusnya menarik diri sepenuhnya dari Lebanon selatan pada 26 Januari 2025. Tetapi batas waktu diperpanjang hingga 18 Februari 2025, setelah Tel Aviv menolak mematuhinya. Israel masih mempertahankan kehadiran militer di lima pos perbatasan.
(sef/sef)