International

Negara Terkaya Loyo 'Diubek-ubek'Trump, Pertumbuhan Melambat Tajam

sef, CNBC Indonesia
Jumat, 15/08/2025 21:50 WIB
Foto: (Dok. Credit Suisse)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pertumbuhan ekonomi Swiss melambat tajam pada Kuartal-II (Q2) 2025. Ekspor menurun setelah perusahaan-perusahaan bergegas menimbun barang menjelang ancaman tarif baru Amerika Serikat (AS).

Perlu diketahui, ekonomi negara tersebut bergantung pada ekspor. Namun sektor itu hanya tumbuh 0,1% pada periode April-Juni dibandingkan dengan Kuartal-I (Q1), ketika tumbuh sebesar 0,8%.


"Kinerja negatif di sektor industri telah diimbangi oleh keuntungan di sektor jasa," kata kementerian tersebut dalam sebuah pernyataan, dikutip Jumat (15/8/2025).

Pertumbuhan telah meningkat pesat dalam tiga bulan pertama tahun ini karena pengiriman barang farmasi ke AS. Ekspor utama itu melonjak untuk mengantisipasi serangan tarif Presiden Donald Trump.

"Pertumbuhan melambat secara signifikan di Swiss pada kuartal kedua karena tarif front-running mereda," kata ekonom Eropa di perusahaan riset Capital Economics yang berbasis di London, Adrian Prettejohn.

"Kami menduga perlambatan ini akan paling terasa di industri farmasi, setelah perusahaan-perusahaan bergegas mengekspor barang ke AS pada kuartal pertama," ujarnya.

Trump memberlakukan tarif "dasar" sebesar 10% untuk impor dari seluruh dunia pada bulan April. Ia memperingatkan bahwa puluhan negara, termasuk Swiss, akan menghadapi pungutan yang lebih tinggi lagi.

Ekspor barang Swiss turun 5,3% pada Q2 dibandingkan dengan tiga bulan pertama tahun ini karena pengiriman produk kimia dan farmasi menurun. Namun, ekspor jam tangan melonjak pada bulan April karena importir AS bergegas membangun stok mereka setelah Trump memperingatkan bahwa Swiss dapat dikenakan tarif sebesar 31%.

Trump sendiri mengejutkan Swiss dengan menandatangani bea masuk yang lebih besar, yaitu 39%, pada 1 Agustus. Tarif ini lebih dari dua kali lipat tarif yang dikenakan pada Uni Eropa (UE) dan para pesaingnya di Jepang.

Pemerintah Swiss masih berharap dapat menegosiasikan tarif yang lebih rendah setelah perundingan terakhir di Washington gagal mengubah keputusan pemerintah AS. Meskipun produk farmasi sejauh ini terhindar dari tarif, pemimpin AS tersebut telah mengancam akan mengenakan tarif hingga 250 persen pada seluruh sektor jika harga obat tidak turun.

"Perekonomian kemungkinan hanya akan tumbuh perlahan dalam beberapa kuartal mendatang karena tarif AS yang tinggi dan ketidakpastian bisnis yang meningkat membebani ekspor dan investasi," kata Prettejohn.


(sef/sef)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Ketegangan Dagang AS-Swiss Picu Lonjakan Harga Emas Global