Lagi-Lagi Dunia Bergantung Pada China, Ini Alasannya
Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan bahwa berbagai negara di dunia saat ini sangat bergantung pada China untuk pasokan logam tanah jarang (LTJ), yang merupakan komponen penting dalam industri modern.
Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung mengatakan bahwa ketergangungan ini terjadi lantaran China mendominasi LTJ dalam hal produksi dan pemrosesan. Bahkan saat ini China sendiri menguasai sekitar 90% pasar global LTJ.
Hal tersebut tak terlepas dari kebijakan negeri panda dalam melarang ekspor bahan mentah dan melakukan ekstraksi dan pengolahan LTJ di dalam negeri.
"China merupakan negara pertama yang melakukan ekstraksi terhadap logam tanah jarang, dan juga saat ini untuk logam tanah jarang ini ketergantungan global terhadap China itu justru sangat besar, sekitar 90% dari logam tanah jarang itu diproduksi dan juga diolah di China sendiri," kata Yuliot dalam sambutan pada Wisuda Diploma Tiga ke-4 Tahun Akademik 2024/2025 sekaligus perayaan Dies Natalis ke-6 PEP Bandung di Jawa Barat, dikutip Jumat, (15/8/2025).
Oleh sebab itu, ia menilai pengalaman negara maju menunjukkan bahwa peran aktif negara menjadi kunci keberhasilan dalam menjalankan program hilirisasi.
Perlu diketahui, LTJ merupakan bahan baku untuk peralatan berteknologi canggih, mulai dari elektronik, baterai kendaraan listrik, pembangkit energi baru terbarukan, alat pertahanan hingga peralatan kendaraan tempur seperti tank, senjata, pesawat, dan lainnya. Banyaknya manfaat dari LTJ ini tak ayal bahan baku ini kini menjadi incaran dunia.
Mengutip buku "Potensi Logam Tanah Jarang di Indonesia" yang diterbitkan Badan Geologi Kementerian ESDM 2019, logam tanah jarang (LTJ) merupakan salah satu dari mineral strategis dan termasuk "critical mineral" yang terdiri dari kumpulan dari unsur-unsur scandium (Sc), lanthanum (La), cerium (Ce), praseodymium (Pr), neodymium (Nd), promethium (Pm), samarium (Sm), europium (Eu), gadolinium (Gd), terbium (Tb), dysprosium (Dy), holmium (Ho), erbium (Er), thulium (Tm), ytterbium (Yb), lutetium (Lu) dan yttrium (Y).
Keterdapatan LTJ umumnya dijumpai dalam sebaran dengan jumlah yang tidak besar dan menyebar secara terbatas. Seperti halnya thulium (Tm) dan lutetium (Lu), kedua unsur ini merupakan dua unsur yang terkecil kelimpahannya di dalam kerak bumi, tetapi 200 kali lebih banyak dibandingkan kelimpahan emas (Au).
Meskipun demikian, unsur-unsur tersebut sangat sukar untuk ditambang karena konsentrasinya tidak cukup tinggi untuk ditambang secara ekonomis. Ketujuh belas unsur logam ini mempunyai banyak kemiripan sifat dan sering ditemukan bersama-sama dalam satu endapan secara geologi.
Sejumlah mineral yang mengandung LTJ seperti monasit, zirkon, dan xenotim, merupakan mineral ikutan dari mineral utama seperti timah, emas, bauksit, dan laterit nikel. Tidak hanya itu, ternyata logam tanah jarang juga berpotensi terdapat pada batu bara.
Adapun sumber daya logam tanah jarang dunia terdapat di beberapa tipe endapan. China merupakan penghasil LTJ terbesar di dunia. Pasalnya, China memiliki endapan LTJ dalam bentuk primer berupa produk sampingan dari tambang bijih besi, dan sekunder berupa endapan aluvial dan endapan lateritik.
(ven)