Internasional

Putin Tiba-Tiba Telpon Kim Jong Un Sebelum Ketemu Trump, Ada Apa?

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
Rabu, 13/08/2025 14:11 WIB
Foto: Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dan Presiden Rusia Vladimir Putin. (Alexander Zemlianichenko/Pool via REUTERS/File Photo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Rusia Vladimir Putin menelepon Pemimpin Tertinggi Korea Utara (Korut) Kim Jong Un, Selasa. Hal ini terjadi sebelum rencana pertemuan antara Putin dan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump.

Selama panggilan telepon, Putin menyatakan penghargaan atas semangat pengorbanan yang ditunjukkan oleh personel militer Tentara Rakyat Korea dalam membebaskan Kursk. Kim, pada gilirannya, berjanji bahwa Pyongyang akan sepenuhnya mendukung semua langkah yang akan diambil oleh kepemimpinan Rusia di masa depan juga.


"Keduanya mengonfirmasi keinginan mereka untuk memperkuat kerja sama di masa depan," tulis media Korut, KCNA, dikutip Rabu (13/8/2025).

Kremlin mengonfirmasi panggilan telepon tersebut dalam sebuah pernyataan. Mereka menambahkan bahwa Putin telah berbagi informasi dengan Kim Jong Un dalam konteks pembicaraan yang akan datang dengan Presiden AS Donald Trump.

Panggilan telepon ini dilakukan tiga hari sebelum KTT antara Putin dan Trump, yang merupakan pertemuan pertama antara presiden AS dan Rusia yang sedang menjabat sejak 2021. Trump berupaya menjadi perantara untuk mengakhiri perang Rusia yang sudah berlangsung lebih dari tiga tahun di Ukraina. Trump diperkirakan akan mendesak Rusia menghentikan serangannya.

Rusia dan Korut telah menjalin hubungan yang lebih erat dalam beberapa tahun terakhir. Pyongyang memasok pasukan dan senjata untuk operasi militer Rusia di Ukraina dan kedua negara menandatangani pakta pertahanan bersama tahun lalu ketika Putin mengunjungi negara terpencil tersebut.

Pada bulan April, Pyongyang mengonfirmasi untuk pertama kalinya bahwa mereka telah mengerahkan kontingen tentaranya ke garis depan di Ukraina, bersama pasukan Rusia. Lembaga intelijen Korea Selatan dan Barat mengatakan Pyongyang mengirim lebih dari 10.000 tentara ke wilayah Kursk Rusia pada tahun 2024, bersama dengan peluru artileri, rudal, dan sistem roket jarak jauh.

Efek Positif

Presiden Universitas Studi Korut di Seoul, Yang Moo Jin, mengatakan pengungkapan publik percakapan kedua pemimpin itu menandakan niat untuk memamerkan kedekatan mereka kepada audiens domestik dan internasional. Hal ini juga gilirannya dapat memberikan dampak positif bagi hubungan AS-Korut.

"Jika Trump dan Putin menyepakati kesepakatan damai Ukraina, Putin bisa menyampaikan posisi Kim tentang kepentingan Trump terkait Korea Utara, berpotensi termasuk KTT bersyarat tentang perlucutan senjata nuklir," kata Yang.

"Jika pembicaraan damai Rusia-Ukraina mendapatkan momentum, mereka bisa memiliki efek limpahan positif pada dialog AS-Korea Utara dan antar-Korea," tambahnya.

Selama masa jabatan pertama presiden AS, Trump bertemu Kim tiga kali dalam upaya mencapai kesepakatan tentang denuklirisasi Korea Utara. Namun, sejak KTT kedua mereka di Hanoi pada 2019 gagal karena ketidaksepakatan tentang apa yang akan didapat Korut sebagai imbalannya, Pyongyang telah mempercepat program nuklirnya.


(tps/tps)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Trump Akan Bertemu Putin dan Zelensky di Alaska